63

14.9K 1.4K 178
                                    

Hai! DySam kembali menemani kalian!

Sebelum kalian baca, biarkan aku bercerita sedikit. Tenang, sedikit aja gak panjang-panjang.

Jadi, sebelumnya aku minta maaf banget. Maaf banget dua hari gak bisa up. Maag ku lagi kambuh, ditambah demam+pusing jadi satu makannya gak bisa nulis.

Buat yang komen rela begadang, rela liatin wp tiap hari untuk nunggu up nya DySam aku cuma mau maaf dan makasih. Maaf banget udah buat kalian nunggu. Dan makasih karena kalian udah setia nungguin DySam.

Jujur, ini kepala sebenernya masih pusing tapi aku paksa nulis karena gak enak sama kalian. Aku gak enak sama kalian yang udah setia nungguin up DySam.

Catatan kecilnya gini, kalau aku gak up dua hari, kalian bisa cek di wall aku. Di sana aku bakalan ngomong kalau misalnya penyakit ku lagi kambuh, atau misalnya ada yang lain yang buat aku gak bisa up. Aku gak mungkin bakalan nulis part untuk pengumuman gitu, karena nanti pasti bakalan jadi banyak part nya.

Dah segitu aja, makasih yang mau nungguin dan sekali lagi maaf banget udah buat kalian nunggu. Semoga part ini buat kalian jadi senang.

Happy reading ^^

***

Sam menatap Dyba dengan tatapan bersalahnya dari perbatasan meja makan. Memang mereka sudah pulang dan tidur satu ranjang lagi, tetapi wanita itu tidak mau berceloteh seperti biasa.

Mulutnya gatal ingin menanyakan hal itu, tetapi ia tidak ingin membuat mood Dyba tambah anjlok. Sejak dua hari yang lalu ia dan Dyba pulang ke rumah mereka, ia hanya bisa menatap punggung Dyba dalam diam.

Dentingan piring dan meja makan yang terbuat dari kaca membuat Sam yang sedari tadi menatap Dyba menjadi tersentak.

Sam mengulum bibirnya, ia menatap Dyba yang sudah duduk di depannya. "Kamu mau aku bikinin teh?"

Dyba menggeleng, ia sudah bersiap dengan sendok dan garpu di tangannya. "Cepet pimpin doa, aku laper."

Sam mengangguk, ia menunduk kemudian mulai memimpin doa. Sam tersenyum tipis sambil menatap wanita cantik dengan wajah datar di depannya. "Selamat makan sayang."

Dyba hanya mengangguk. Ia kemudian sudah sibuk dengan makanan yang baru saja ia masak, hanya nasi goreng sederhana dengan telur ceplok di atasnya. Sarapan pagi emang Dyba tidak pernah membuat yang aneh-aneh, lagi pula suaminya juga tidak memilih-milih makanan.

Suara tersedak Sam membuat Dyba langsung mengangkat kepalanya. Ia dengan cepat mengulurkan minumnya. "Minum Sam."

Sam menerima gelas itu, ia meminum sambil memukul-mukul dadanya sendiri agar makanannya turun. Dyba mengalihkan pandangannya, ia menghela nafasnya. Semarah-marahnya Dyba apabila melihat Sam yang kesakitan Dyba tidak akan tega. Dyba berdiri, berjalan ke arah Sam dan berhenti di belakang tubuh suaminya. tangannya ikut memukul-mukul pelan punggung tegap yang terbalut kemeja merah maroon.

"Hati-hati makannya, kalau makan liatin nasinya, jangan liatin aku terus."

Batuk Sam sudah mereda. Sam memejamkan matanya sejenak kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Dyba. "Makasih sayang."

Dyba mengangguk, sebelum kembali ke tempat duduknya ia sempat menepuk punggung Sam beberapa kali. "Hati-hati makannya."

Senyum lebar milik Sam langsung terbit saat mendengar perkataan Dyba. Ia tidak peduli dengan sakit yang masih terasa di tenggorokan, setidaknya ia bisa membuat Dyba perhatian lagi kepadanya. Ia bisa membuat Dyba yang dari kemarin hanya menjawab seperlunya menjadi Dyba yang kembali perhatian.

DySam (After Marriage)  [Selesai]Where stories live. Discover now