80

12.5K 1.2K 344
                                    

Tubuh dengan balutan seragam karate itu membuat senyum Dyba terbentuk. Seperti janji Sam minggu lalu, lelaki itu benar-benar memasukkan Rion ke club karate di mana dulu Sam juga belajar karate di sini. Sam akhirnya juga ikut turun tangan untuk mengajari jagoannya itu. Jangan lupakan bahwa Sam pemegang sabuk hitam.

Dyba menoleh saat merasakan ada seseorang yang duduk di sampingnya. Dyba tersenyum ramah sambil mengangguk menatap ibu-ibu yang duduk di sampingnya.

"Yang diajarin pelatih ganteng itu anaknya ya, bu?"

Dyba yang tadi memperhatikan kedua orang lelakinya langsung menatap ibu-ibu yang emm mungkin di gengnya ibu-ibu ini termasuk dalam genggaman sosialita. "Iya, bu."

"Wah ibunya masih muda, masih cantik banget."

Dyba terkekeh. "Saya sudah mau 28 tahun kok, bu."

"Wah ternyata, gak nampak kalau umurnya hampir kepala tiga."

Dyba hanya tersenyum, ia kemudian menatap Rion yang sedang mengerucutkan bibirnya ke ayahnya, sedangkan Sam malah tertawa lebar. Entahlah apa yang dibicarakan kedua orang itu.

"Lagi hamil juga ya, bu?"

Dyba kembali menoleh, tetap menampilkan senyum ramahnya. "Iya, ini sudah masuk empat bulan jalan lima."

"Wah bagus banget, setidaknya anaknya nanti gak usah cari jalan lagi karena jalan kakaknya udah ada."

"Iya, bu."

Dyba meringis dalam hati, ia bingung kalau di suruh ngomong-ngomong bersama ibu-ibu seperti ini. Apalagi ibu-ibu di sampingnya ini jelas memperhatikannya dari atas sampai bawah.

"Gimana bisa sih bu anaknya diajarin sama pelatih ganteng kayak gitu? Anak saya juga mau kalau pelatihnya ganteng kayak gitu."

Dyba tersenyum geli, pandangannya menatap ke arah lapangan. "Anaknya yang mana, bu?"

"Yang cewek sabuk kuning, diajarin sama bapak-bapak kepala botak itu."

"Gak papa bu, yang penting bener aja ngajarinnya."

"Umur anak ibu berapa?"

"Bulan depan lima tahun."

Dyba mengernyit dahinya saat wajah ibu itu berubah. "Yah, kirain masih deket umurnya sama anak saya. Kalau deket saya mau nyuruh anak saya kenalan sama anak ibu, ya siapa tau mereka jodoh nantinya."

Dyba berusaha menahan tawanya. Hello ibu cantik yang ada di depannya! Tolong, tolong banget, embul masih lima tahun.
Dyba mengulum senyumnya. "Ibu bisa aja, lagian masih kecil anak saya bu, belum boleh cinta-cintaan sama saya. Biar dia fokus sekolah dulu."

Ibu-ibu itu tersenyum malu. "Anak ibu ganteng, gak bisa bayangin saya ayahnya seganteng apa, pasti kebanyakan itu gen ayahnya karena saya liat dia cuma mirip sedikit aja sama ibu."

Dyba hanya tersenyum saja. Sedangkan sebenarnya ia berbisik di dalam hati. "Buset, muji suami orang di depan istrinya langsung. Langka banget spesies macam ini!"

"Oh iya ibu tinggalnya di mana? Siapa tau kita searah jadi sering ketemu gitu."

"Saya di perumahan Mitra Private Residence bu."

Ekpresi ibu-ibu di depannya langsung melotot seketika. Dua kata yang spontan diucapkan ibu itu yang membuat tawa Dyba langsung keluar. "Orang kaya."

Ibu itu menatap Dyba takjub. "Beneran?! Perumahan yang isinya orang-orang ...."

Dyba terkekeh sambil menggeleng. "Enggak, saya orang biasa kok."

"Gak mungkin orang biasa tinggal di perumahan mewah kayak gitu, bu."

DySam (After Marriage)  [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang