H E - s i x

38.2K 4.5K 122
                                    

HE

°

Menjalani rutinitas pagi dengan menyiapkan segala kebutuhan aktornya adalah biasa bagi Sura. Sudah tidak terhitung berapa lama dia menggantikan tugas asisten rumah tangga dalam hal memasak di dapur karena Nemesis menolak masakan yang bukan buatan Caesura. Pertama kali hal itu terjadi karena ulah Sura sendiri, dia 'menyelamatkan' Nemesis ketika pria itu mabuk berat di hari kehilangan ponakan dari kakak tersayangnya.

Untuk pertama kali Sura melihat Nemesis menangis dan lemah. Dia tidak bisa memandang Nemesis seperti biasanya karena malam itu aktor yang memiliki banyak penggemar itu benar-benar menjadi dirinya sendiri. Diri yang tidak pernah diketahui oleh siapapun. Barangkali orangtua pria itu sendiri. Dan malam itu pula sesuatu tidak biasa terjadi antara Sura dan Nemesis.

"Teh hijau." Sura tahu kebiasaan senin, selasa, dan rabu Nemesis adalah meminum teh hijau.

Pria itu memiliki jadwal rutin menjaga pola makannya dengan benar. Proporsi tubuh menjadi tolak ukur paling tinggi seorang aktor untuk tetap bugar dan ideal di depan kamera.

"Syuting video clip 'You all my heart' dimajuin jadi jam sepuluh, Mas."

Nemesis mengendus aroma teh hijaunya, tapi tidak merasakan apa yang diingini. Justru aroma lain menyeruak mendominasi indera penciumannya.

Zeugma Nemesis mengenal aroma ini. Sesuatu yang kuat tapi tak seperti kebanyakan aroma. Lembut sekaligus hangat dari aroma tersebut dikenalnya dalam malam yang sempat dilupakannya. Malam yang tidak dia ingat bagaimana persisnya dia habiskan bersama perempuan tak dia kenal yang lari pagi harinya dan hanya Sura yang saat itu berada di apartemennya.

"Sura," panggil Nemesis.

"Ya, Mas?"

Ditatapnya perempuan itu dengan raut menelisik. Tidak ada yang aneh dengan gaya bicara asistennya ketika mengatakan bahwa dia tak tahu menahu mengenai perempuan yang tidur di ranjangnya ketika malam Nemesis mabuk berat, tapi sekarang Nemesis ingin kembali tahu.

"Kamu kenal perempuan yang malam itu bersama saya?"

Caesura mengerutkan dahinya. "Perempuan? Malam itu... yang mana, Mas? Saya tahu mas Nemesis suka ganti perempuan tapi malam yang mana, ya?"

Nemesis benar-benar menelisik ekspresi Sura. Dia tak mau kehilangan kesempatan mendapati Sura yang bisa saja berbohong padanya.

"Malam saat saya mabuk parah. Ketika saya kembali dari pemakaman ponakan saya. Kamu kenal?"

Kenapa dia mendadak tanya?

"Seinget saya, nggak ada perempuan yang keluar dari kamar mas Nemesis waktu saya datang. Saya cuma masak, menyiapkan makanan seperti biasa buat mas dan udah. Nggak ada siapa-siapa."

Hening kembali. Nemesis masih menyorot Sura dengan tatapannya yang tidak terputus sama sekali.

"Ke sini." Kata pria itu.

"Apa, Mas?" balas Sura dengan bingung.

"Ke sini sebentar." Nemesis meletakkan gelas teh hijaunya dan memiringkan duduk.

Ketika Sura berada di hadapannya, dia menyahut pinggang Sura dan menyibak rambut pendek gadis itu dari telinga. Nemesis menghidu aroma wewangian dari sana dan merasakan degup jantungnya berulah sekaligus menenangkan.

"Mas??" Sura berusaha melepaskan diri, tetapi pria itu tidak menuruti hingga tenaganya menjadi lebih kuat.

"Mas Nemesis!" Dilepaskannya Sura hingga tubuh gadis itu mundur begitu ringannya. Dorongan dari tubuh Sura sendiri dan Nemesis yang sengaja melepaskan rengkuhannya.

"Mas Nemesis ini kenapa?? Ada masalah dengan bau tubuh saya?!" ucap Sura.

Nemesis terdiam. Dia mengingat, lebih tepatnya memaksa mengingat aroma yang sama persis dengan milik Sura saat ini.

"Kamu pakai parfum baru?" tanya putra Dave tersebut.

"Nggak, ini parfum lama saya."

"Kemana parfum kamu yang kemarin?" tambah Nemesis dengan cepat.

Sura semakin kebingungan. "Habis."

Lalu diam kembali. Sura tidak mengerti, dia berniat bertanya lagi tapi artisnya dengan cepat berkata. "Kembali ke pekerjaan kamu." Dan sudah, cukup sampai di sana interogasi Nemesis mengenai parfum yang Sura pakai.

*

"Hari ini aku mau ada vanilla latte." Kata Nemesis dengan standar wajah paling datar yang dia miliki.

"Apa, Mas?" Sura memastikan kembali permintaan yang aktornya mau.

"Kamu nggak dengar atau pura-pura nggak dengar?" balas Nemesis dengan ketus.

Kalau sudah dalam mode 'artis' begini Sura memang menghadapi bos yang super tak menyenangkan.

"Dengar, Mas. Saya cuma mau memastikan. Kalau yang mas minta adalah jenis minuman saya akan segera pesan, kalau varian cake saya juga akan segera pesan."

"Pesan aja dua-duanya. Kenapa kamu rumit sekali?" balas Nemesis semakin ketus.

Sura menatap pria yang menutupi matanya dengan kacamata hitam. Hari ini sepertinya mood Nemesis sungguh berbeda.

"Ada yang menganggu pikiran mas? Kalau ada, bisa kita bicarakan dulu ketimbang nantinya mas Nemesis membawanya sampai ke lokasi."

"Berhenti bicara. Kamu bukan penasihat saya ataupun juru bicara saya. Lakukan tugasmu sebagai asisten saja, menuruti semua yang saya katakan. Sampai di sana tugas kamu."

Caesura mengalah. Meski hatinya sakit karena pekerjaannya dianggap remeh sekali oleh Nemesis, tapi dia tak boleh menyerah. Demi menghidupi kehidupannya. Ya, jangan pernah lepas dari pekerjaan ini karena hanya di bawah naungan pria itu dia bisa mendapat gaji yang tidak sepadan di tempat lain besarnya.

He Wants to Messed Up With Me [TAMAT] TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang