2. Calon Mertua

20.2K 2.9K 135
                                    

FOLLOW SEBELUM MEMBACA! & HAPPY READING!
.
.
.
.
.

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Kini, waktunya para murid pulang ke rumah masing-masing.

Aren melangkahkan kakinya dengan cepat menuju parkiran motor. Ia takut akan ditinggalkan lagi oleh Glorisa. Karena kebiasaan Glo adalah meninggalkannya saat ia ingin mengajaknya pulang bersama.

"Glo!" teriak Aren.

"GLUKOSA!" teriak Aren lagi.

"Apa, sih?!" jawab Glo kesal

"Pulang sama gue!" titah Aren.

"Gak!" tolak Glo mentah-mentah. Ia tetap melangkahkan kakinya menuju keluar gerbang.

"Pulang sama gue atau ...." Aren menggantungkan ucapannya.

"Atau apa?" tantang Glo, seraya memutar kepalanya sedikit menghadap ke Aren.

"Gue gendong sampe rumah lo!"

"Gila, lo! Bodoamat, gue mau pulang!" jawab Glorisa yang langsung berlari cepat keluar gerbang sekolah.

Satu,

Dua,

Tiga!

"Siap-siap, Glo!" teriak Aren dari belakang.

Cowok gila itu berlari kencang menuju Glo.
Aren menjegal kaki Glo dari belakang dan langsung ia tangkap dari depan. Dengan cepat cowok itu mengangkat Glo ke atas pundaknya seperti mengangkut kantung beras. Kemudian, dengan santainya ia berjalan kembali menuju parkiran motor.

"AREN! LO GILA! LO SARAP! LO GAK WARASS!" maki Glo di atas gendongan Aren.

"Salah siapa, lo gak mau nurut sama gue!"

"TURUNIN GUE!" teriak Glo tepat di telinga kanan Aren.

"Iya-iya, bawel lo!" balas Aren yang langsung menjatuhkan tubuh Glo ke aspal jalan.

Bruk!

"SAKIT GOBLOK!" kesal Glo.

"Jangan ngumpat, Sayang!"

"Najis!" cecar Glorisa. Demi apapun, rasanya ia ingin cepat menghilang dari hadapan titisan setan ini.

Aren mengulurkan tangan kanannya kepada Glorisa. Tetapi, Glo sangatlah gengsi untuk menerima bantuan Aren.

"Gak usah! Gak sudi gue dipegang-pegang, lo! Mulai sekarang, lo gak usah deketin gue! Gak usah sok care, sok baik, gak usah! Gue gak butuh lo! Gue bisa pulang sendiri! Lo itu beban gue, Aren!"

Habis sudah kesabaran Glorisa. Wajahnya merah padam, menunjukkan bahwa ia benar-benar marah kali ini. Gadis berambut panjang itu berdiri, tanpa basa-basi ia berjalan cepat keluar dari sekolah. Ia menyetop taksi dan pulang meninggalkan Aren yang masih tercengang di tempat.

Aren tidak marah kepada Glo, malah ia senang. Bagi Aren, semakin Glo marah, semakin manis dilihatnya. Ah sudahlah, Aren memang gila. Ia sangat terpesona oleh wajah Glo yang sangat manis. Saat marah-marah saja, gadis itu sangat terlihat manis, apa lagi jika ia tersenyum. Jika dibilang gila, memang Aren gila. Gila karena kemanisan Glo.

***

"Glo," tegur Mama Glo---Arinda.

"Ehm, iya, Ma."

"Kamu kenapa, mukanya kok kusut gitu?" tanya Arinda.

"Gak papa Ma, Glo lagi capek aja."

"Eh, Glo udah pulang," sapa Papa Glo---Aditya yang baru saja memasuki rumah.

"Iya, Pah. Papa ud---" ucapan Glo terpotong ketika ada yang mengucapkan salam di depan rumahnya.

"Assalamualikum!"

Glorisa beserta Mama Papanya ke depan guna membukakan pintu untuk tamunya.

"Lo!" kaget Glo.

"Waalaikumsalam," jawab Arinda dan Aditya bersamaan.

"Ngapain lo ke sini?" Glo bertanya dengan nada sinisnya.

"Mau kenalan lah, sama Mama Papa mertua," jawab Aren santai.

"Gila, lo! Lo tuh, lagi gak waras tau gak! Gak sehat!"

"Gue jadi gini juga gara-gara lo! Gue kena diabetes gara-gara tiap hari liat muka manis lo terus!

"Kalian kenapa berantem, sih?" tanya Aditya.

"Kamu siapa?" tanya Arinda ramah.

"Kenalin tante, saya Aren Reegal, calon menantu tante." Aren memperkenalkan dirinya dengan tegas dan penuh percaya diri.

"Mimpi, lo!" sungut glo.

"Eh, Om, saya calon menantu Om." Aren mencium punggung tangan Aditya dan Arinda secara bergantian.

Aditya terkekeh kecil. "Kecil-kecil kamu berani juga ngomong kayak gitu. Apa lagi, ke orang tua gadis," ucap Aditya.

"Udah deh, lo pulang aja sana," usir Glo, seraya memutarkan kedua bola matanya malas.

"Glo! Kamu gak boleh gitu dong, sama tamu. Apa lagi, diakan calon suamimu," Goda Arinda pada sang anak.

"Yes! Lampu ijo!" pekik Aren kesenangan.

"Ih ... Mama apaan, sih!" kesal Glo. Ia semakin menekuk wajahnya.

"Anak tante manis banget loh, saya manggil dia, Glukosayang!
.
.
.
.
.

[JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!]

TBC!

GLUKOSA [END]Where stories live. Discover now