15. Rencana Aren

7.9K 1.3K 13
                                    

FOLLOW SEBELUM MEMBACA! & HAPPY READING!

.
.
.
.
.

Pagi ini, Aren dengan terpaksa ia akan naik angkutan umum untuk pergi ke Sekolah. Selain motornya disita, dirinya juga tidak diperbolehkan membawa mobilnya. Dan, uang sakunya juga dipotong. Komplit bukan, penderitaannya?

Ia melihat angkutan kecil bewarna biru, dengan kode AD itu jalan menuju arahnya.

Tangannya berayun-ayun untuk memberi kode sopir angkot agar berhenti di depannya.

Ia memasuki angkot tersebut.

"Lo, lagi!"

"Alhamdulillah, pagi-pagi dapet rezeki." Aren mengusapkan kedua telapak tangan pada wajahnya.

"Pagi-pagi, ketemu calon penghuni jahannam!" balas Glorisa. Ia mengalihkan pandangannya dari Aren.

"Lo masuk jahannam juga dong," sahut Aren.

"Enggak, lah." Glo melengos.

"Iya, lah! Istri tuh, ngikutin jalan suami. Kalo gue masuk jahannam, lo juga masuk berarti!"

"Najis gue jadi istri lo!"

***

Riuk suara terdengar dari kelas yang paling ujung hingga kelas Glorisa. Ia terus berpikir bagaimana caranya agar si setan Aren itu tidak mengganggunya terus-menerus.

"Ngambek mulu, ih!" kata Maudy.

"Gue kesel tau!"

"Lo kesel mulu deh, perasaan. Hati-hati jodoh, lo!" Maudy cekikikan menggoda Glo.

Maudy sudah peka, masalah Glo tak jauh-jauh dari Aren. Jika mereka berjodoh, Maudy adalah salah satu orang yang akan tertawa paling kencang nanti.

"Jangan sampe! Bisa setres gue jadi istri dia." Enggan sekali Glorisa jika harus membahas Aren lagi.

Ketukan suara sepatu dengan lantai saling bersautan.

Guru cantik nan modis yang kerap disapa 'Madam Mia' itu memasuki kelas Glorisa dengan tumpukan buku di tangannya.

"Hai, guys!" sapa Madam Mia.

"Ready belajar hari ini?"

"Ready, Madam!"

***

Hari ini, di siang yang terik, Aren dan Vano sedang menikmati olahraga basketnya. Lebih tepatnya, mereka adu basket. Di setiap pelajaran olahraga, mereka pasti memanfaatkan waktu untuk bermain basket.

"Yang menang, bayarin kita nge-date," kata Aren.

"Lah, emang siapa yang mau nge-date?" tanya Vano keheranan.

"Gue sama Glo, lo sama Maudy. Gimana?" tawar Aren.

Vano tampak berpikir dengan men-dribble bola basketnya.

"Jangan banyak mikir, gue tau lo suka sama maudy," sarkas Aren.

"Oke!"

Vano mulai memimpin permainan. Ia sangat serius ketika menjelang memasukkan bola dalam ring basket. Tanpa ia sadari, Aren meninggalkannya sendiri di lapangan.

"Ayo, lawan gue!"

"Gitu aja gak bisa." Vano mulai berbicara sendiri layaknya orang gila.

Beberapa siswa yang masih di lapangan menertawakan Vano yang ngomel-ngomel sendiri.

"Lo ditinggal sama Aren, Dodol!" ucap Dava teman sekelas Aren dan Vano.

"Aren, setan!"

***

"Maudy!"

"Maudy!"

Maudy menoleh ketika seseorang memanggilnya berulang-ulang.

Vano. Ya, manusia itu menghampirinya dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Apaan?" tanya Maudy malas.

"Bantuin gue dong, kali ini ... Aja!" Vano mulai melancarkan aksinya. Kapan lagi coba, dirinya bisa nge-date ala-ala dengan sang pujaan hati. Itung-itung ini awal dari PDKT-nya.

Vano mulai membisikkan sesuatu pada Maudy, dan langsung disetujui olehnya.

Maudy menghela napas pelan. Mengapa ia harus mengikuti dramanya Aren ini.

Rencananya untuk pulang dengan tenang akhirnya gagal.

.
.
.
.
.

[JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!]

TBC!

GLUKOSA [END]Where stories live. Discover now