29. Semakin rumit

6.8K 1.1K 5
                                    

FOLLOW SEBELUM MEMBACA! & HAPPY READING!

.
.
.
.
.

G

lo mengamati sekotak susu yang berada di pegangannya. Jodohmu, siapa itu? Apa Aren? Entah, pikirannya sedang bergelut, memikirkan sekotak susu dan Aren membuatnya pusing.

Glo meminum susu itu hingga tandas. Tak mungkin juga seorang Glorisa tidak menghabiskan minuman favoritnya.

Ia kembali melanjutkan membaca novel tanpa curiga bahwa ada yang mengamatinya dari kejauhan.

***

"Udah sembuh belom, kaki lo?" tanya Aren pada Sarah.

"Mendingan, gak sesakit kemaren," jawabnya.

Aren mengangguk. Ia beranjak dari duduknya. Ia sudah ditunggu oleh Vano di parkiran. Rencananya sih, mereka ingin ke tempat aksesoris motor.

"Bentar, Ren," ujar Sarah.

"Kenapa?"

"Sebenarnya ... Gue suka sama lo," ungkap Sarah.

"Lo mau, jadi pacar gue?" lanjutnya.

Aren membelalakkan matanya terkejut. Aren tak menyangka, bahwa Sarah akan mengutarakan perasaannya.

Di balik pintu kelas ada Glo yang tidak sengaja mendengar percakapan mereka berdua.

Glo meninggalkan tempat itu. Niatnya untuk mengambil novelnya yang tertinggal di laci, tapi ia tunda.

"Maaf, gue udah punya pacar."

"Siapa?"

***

Derum motor terdengar di telinga Glorisa. Ia melengos. Ia melihat dari lirikannya, bahwa pengendara motor itu adalah Aren.

"Ayo, pulang sama gue!" ajak Aren yang masih duduk di atas jok motornya.

"Nggak," jawab Glo cuek.

"Kenapa?"

"Nanti pacar lo marah." Glo berjalan meninggalkan Aren dan halte yang sepi itu.

Maudy sudah pulang bersama Vano, jadi mereka tidak menunggu angkot bersama.

"Siapa? Gue gak punya pacar, tuh," elak Aren. Bukan pembelaan, tapi benar fakta yang ia ucapkan.

"Sarah, mungkin." Glo semakin mempercepat jalan kakinya.

"Tunggu! Gue gak pacaran sama Sarah!" teriak Aren sembari menyalakan motornya. Ia mengendarai motornya setara dengan kecepatan kaki Glo.

"Kalo iya juga, gak papa," acuh Glo. Ia juga tak memperdulikan apa-apa yang terjadi kepada Aren.

"Halah! Bilang aja lo cemburu. Lo jeles, kan?" tuduh Aren. Terlihat sekali dari wajah Glo yang tertekuk.

"Enggak, ya! Jangan geer!" elak Glo.

Perdebatan yang tak kunjung damai itu berlangsung tidak sebentar. Hingga, suara gemuruh dari langit terdengar. Rintik-rintik hujan mulai membasahi jalan. Keduanya sadar ketika setetes air hujan membasahi kepala mereka.

"Ayo! Hujannya deres, nih!" ujar Aren.

Glo menganggukkan kepalanya cepat. Ia buru-buru naik ke motor Aren.

"Pegangan! Kalo jatoh gue gak mau nolongin!" ujar Aren.

"Bilang aja, kalo lo mau modus!"

Aren tak menjawab tuduhan Glorisa. Ia fokus mengendarai motornya sekarang.

Hujan semakin deras. Rasa takut Glorisa semakin meningkatnya. Ia mengeratkan pegangannya pada jaket Aren.

"Peluk aja yang erat! Kalo lo kejengkang, gue gak tanggung jawab!" teriak Aren pada Glo. Ia merasa jika Glo sedang ketakutan.

Malu. Tapi ini sangat bahaya jika tidak dilakukan.

Demi keselamatannya, Glo rela menurunkan harga dirinya.

Glo memejamkan matanya sebentar, kemudian ia memeluk Aren dengan erat. Peduli apa dengan gengsi? Yang penting nyawanya selamat.

Aren tersenyum kala melihat Glo dari kaca spionnya. Cewek itu, cewek yang selalu meneriakinya sepanjang hari, cewek yang selalu ia ganggu. Tanpanya, masa SMA-nya tak lagi terlihat indah. Rupanya semesta berpihak padanya. Kurang romantis apa coba? Hujan, naik motor berdua, Glo yang memeluknya erat. Aren ingin ini adalah awal yang baik untuknya.
Semuanya semakin rumit, semua akan membaik jika Aren lebih keras lagi berjuang untuk Glo.

Batu akan hancur, kan, ketika setetes air terus jatuh di atasnya?

.
.
.
.
.

[

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!]

TBC!

GLUKOSA [END]Where stories live. Discover now