Chapter 27 - Weird

927 117 4
                                    

Cuaca sangat mendung di luar, gemuruh dan petir pun saling bersahut-sahutan tanpa henti. Langit sedang marah sepertinya, saat tangisannya turun pun dia seakan sangat memendam amarah dan sakitnya.

Perutku sudah semakin membesar, bulan ini usia kandunganku tepat menginjak bulan ke tiga. Sudah hampir dua bulan Jimin selalu bekerja di luar kota dan aku selalu sendirian juga selama itu.

Bibi meminta cuti selama tiga bulan, aku juga tidak tahu apa alasannya, yang jelas sudah hampir dua bulan juga dia tidak di rumah.

Jika saja Yoori belum kembali ke Amerika mungkin saja aku tidak akan merasa sepi seperti ini, Ibu mertua sesekali berkunjung untuk menengokku tapi itu pun jarang.

Dia memintaku untuk tinggal di rumahnya tapi entah kenapa aku merasa lebih baik di rumah saja.

Malam ini Jimin bilang dia akan pulang, dalam satu bulan hanya dua minggu dia ada di rumah dan dua minggunya dia habiskan untuk keluar kota.

Creckkk...

Pintu kamar terbuka, menampakkan sosok yang dari tadi aku tunggu.

Wajahnya tampak kacau dan lelah, dia masih mengenakan pakaian kerjanya lengkap dengan dasi yang masih melingkar di lehernya.

"Oppa..." aku turun dari kasur lalu berlari ke arahnya dan langsung memeluknya.

Aku sangat merindukannya, aku sangat merindukan Jimin, akhir-akhir ini Jimin jarang perhatian padaku bahkan untuk menelfonku saja sudah tidak sesering dulu.

"Kenapa belum tidur?" Tanyanya, dia sedikit melonggarkan dasinya.

Kedua tanganku masih setia melingkar di pinggangnya, aku tidak melepaskan pelukanku dan sedikit mendongak untuk menatap wajahnya.

"Aku menunggumu Oppa." Jawabku.

Jimin hanya diam sambil menatapku, "lain kali kau langsung tidur saja, tidak perlu menungguku seperti ini. Kembalilah ke kasur, aku mau mandi dulu nanti ada yang ingin aku bicarakan." Ucapnya sambil melepaskan tanganku perlahan dari pinggangnya lalu dia beranjak ke kamar mandi.

Tidak ada wajah senang sama sekali dari wajahnya, dia seperti kembali pada dirinya yang dulu, Jimin yang dingin dan tak peduli padaku.

Aku hanya bisa mematung di tempat sambil menatap punggungnya yang perlahan menghilang di balik pintu kamar mandi.

"Appa-mu mungkin memang sedang lelah kan sayang?" Ucapku seorang diri sambil menatap dan mengusap perutku yang sudah mulai membuncit.

Aku kembali ke kasur sambil menunggunya selesai mandi, dari tadi TV masih menyala jadi aku memutuskan untuk melanjutkan menonton acara yang kutonton tadi.

Padahal acara yang sedang berlangsung ini adalah acara favoritku dan aku paling tidak bisa melewatkannya satu episode saja, tapi entah kenapa sekarang aku benar-benar tidak fokus.

Mataku memang tertuju ke layar TV tapi pikiranku tak tentu, aku seperti kembali pada diriku yang dulu, di mana aku selalu merasa sepi dan tak berguna.

Teror dari orang yang sampai sekarang tidak tahu siapa orangnya masih sering menggangguku, dia tidak pernah berhenti mengirimiku barang-barang dan pesan mengerikan.

Dan perubahan Jimin belakangan ini semakin membuatku hancur, dia juga jarang menanyakan tentang kehamilanku, padahal dulu saat dia mengetahui kalau aku sedang hamil dia sangat semangat dan selalu menjagaku, tapi sekarang?

Apa sebenarnya yang dia sembunyikan dariku, orang-orang di sekitarku terasa semakin berubah dan aneh, apalagi Aydin, gadis itu selalu berkata agar aku kuat jika kesedihan kembali padaku.

Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBITWhere stories live. Discover now