Chapter 7 - Grisly Past

1.4K 192 9
                                    

Rasa penasaran benar-benar mendesak mulutku untuk menanyakan semua pertanyaan yang dari tadi mengganggu pikiranku.

Sepanjang jalan menuju pulang aku bertanya pada Jimin tapi dia tidak mau menjawab, tunggu sampai di rumah dulu baru dia mau menceritakan semuanya katanya.

Jika saja aku tidak memaksa Jimin untuk pulang lebih cepat, sudah pasti kami akan pulang malam dan akan melewati hutan yang penuh sunyi ini dalam gelap atau bisa-bisa kami menginap.

Ah sungguh, aku tidak bisa membayangkan jika kami sampai menginap, bisa-bisa aku merinding sepanjang malam lalu mati dalam ketakutan.

Untung saja saat kami pulang dan keluar dari hutan itu, hari masih belum terlalu gelap tapi auranya tetap saja mencekam.

"Oppa, dulu kau benar-benar tinggal di sana?" Tanyaku, aku masih tidak percaya kalau Jimin dan keluarganya pernah tinggal di tempat semacam itu.

Jimin masih fokus menyetir, "kau masih belum percaya ya ternyata?" Sahutnya menanggapiku yang sudah beribu kali menanyakan hal yang sama.

Aku mengangguk dengan wajah yang masih dalam suasana takut, badanku tak berhenti bergidik ngeri dan merinding sejak meninggalkan rumah itu.

"Tunggu sebentar lagi sampai, nanti aku ceritakan."

Setelah melewati jalan yang berkilo-kilo dari tempat yang entah apa namanya itu, akhirnya kami sudah sampai di rumah, mulutku sudah sangat gatal ingin mewawancarai Jimin.

Sebelumnya, kami beranjak untuk mandi dulu agar lebih tenang dan menghilangkan jejak-jejak aura dari hutan tadi.

Aku sudah selesai mandi dan sudah siap dengan baju kaos putih polos oversize dan celana pendek hitam, kini aku tengah menunggu Jimin yang sedang mandi.

Tiba-tiba saja jendela kamar kami terbuka sendiri dan angin bertiup begitu kencang, aku benar benar terperanjat kaget.

Jantungku berdebar begitu kencang, tapi aku memberanikan diri untuk menutup jendela itu kembali, angin menyeruak begitu dingin dan sepertinya hari sebentar lagi hujan.

Langit seakan sudah siap menerpa bumi dengan tangisannya.

Entah kenapa perasaanku tidak enak semenjak pulang dari rumah lama Jimin tadi, bahkan sampai sekarang aku masih merinding sendiri. Aku merasa seakan ada yang mengikutiku.

Tapi dengan segera aku menepis pikiran bodohku itu, mungkin itu hanya karena efek aku yang terlalu takut dan terlalu memikirkannya.

Setelah menutup jendela, dengan segera aku berlari menuju kasur lalu melompat menaikinya dan sialnya saat aku tengah berlari seperti anak kecil tiba-tiba Jimin keluar dari kamar mandi.

Aku malu setengah mati apalagi wajahnya yang terlihat seperti ingin mengejekku tapi dia tahan, "kenapa sayang?" Tanyanya sambil mengulum senyum.

Wajahku memerah dan telingaku memanas, aku benar-benar malu sekarang. Hancur sudah harga diriku di depan suamiku yang menyebalkan itu!

"Kau masih takut?" Tanyanya lagi sambil mencari-cari pakaian yang hendak dia pakai di dalam lemari.

Aku tidak menjawabnya, aku sudah menenggelamkan kepalaku di atas bantal, bukan karena malu lagi, tapi karena Jimin sebentar lagi akan memakai pakaiannya.

Tidak mungkinkan aku menyaksikannya bertelanjang di depanku? Bisa-bisa dia mengataiku wanita mesum!

Oh sungguh!

Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang