Chapter 4 - Still You?

1.6K 247 11
                                    

Aku sungguh pindah ke kamar Jimin!

Pagi ini bibi membantuku untuk memindahkan barang-barangku ke kamar Jimin. Jantungku berdebar kencang saat memasuki ruangan berwarna putih abu-abu ini.

Aku tidak bisa berhenti tersenyum mengingat momen tadi malam, cara bagaimana bibir tebalnya menyentuh dan mengecap setiap inci milikku membuatku tersipu malu.

Lucu juga kalau dipikir-pikir, kalau tahu akhirnya akan jadi seperti ini, lalu untuk apa pisah kamar dari awal?

Tapi kita kan tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, kalau pun kita bisa kembali di waktu yang dulu untuk memperbaiki semuanya, tentu saja tidak bisa, karena jika kita berada di waktu yang dulu, kita tetaplah kita yang tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Jadi biarlah semua itu terjadi dengan sendirinya.

Aku tidak mau terlalu fokus dengan apa yang akan terjadi di masa depan, yang perlu aku lakukan sekarang adalah menikmati yang ada saat ini.

Aku memindahkan pakaian dan beberapa barang-barangku, tidak begitu banyak, jadi aku dan bibi bisa dengan mudah membawanya ke lantai bawah, kamarku memang berada di lantai dua, dan kamar Jimin di lantai dasar.

Walaupun barangku tidak begitu banyak, tapi cukup menguras tenaga juga karena harus beberapa kali naik turun tangga.

Jimin sudah pergi bekerja sekitar satu jam yang lalu, dia sudah menyiapkan tempat di lemarinya agar aku bisa menyimpan pakaianku di sana.

"Nak Meyra, ini mau disimpan di mana?" Tanya bibi bingung saat membawa buku-buku kuliahku.

"Letakkan saja di atas meja dulu Ahjjuma."

Bibi meletakkannya di atas meja, lalu dia pamit untuk ke dapur, karena itu memang barang terakhir yang kami pindahkan. Aku sekarang sedang melipati pakaianku dan memasukkannya ke dalam lemari Jimin.

Aku meminta Aydin untuk datang hari ini, aku berniat untuk memberitahunya tentang ini. Aku yakin dia pasti akan kaget, karena setahunya, aku dan Jimin dulu memang seperti saling membenci. Terkadang juga aku malas jika membicarakan hal tentang Jimin setiap kali Aydin bertanya.

Aku juga tidak menyangka hal ini akan terjadi, takdir memang tidak bisa ditebak.

*****

"APA?!!!"

Refleks aku langsung menutup kedua telingaku dan sedikit mundur karena kaget mendengar suara teriakan Aydin.

Apa aku bilang, bahkan reaksinya lebih dari yang aku bayangkan.

Aku menceritakan segalanya pada Aydin, entah itu dari awal mula kami bisa dekat sampai ke Jimin yang menciumku tadi malam. Aku memang tidak bisa menyembunyikan apapun darinya, kami berdua sudah seperti saudara karena saking akrabnya.

"Kau serius dia berkata seperti itu?!" Dia mengulangi, karena masih belum percaya. Aku mengangguk.

"Wah luarbiasa! Aku sudah yakin kalau ini akan terjadi, pria mana yang tidak akan tertarik dengan wanita baik dan cantik sepertimu?" Aku tidak tahu ini sebuah pujian atau apa, tapi yang jelas aku merasa malu oleh ucapannya.

"Mungkin memang sudah takdir." Jawabku singkat. Aydin mengangguk dan kami berdua terkekeh.

"Tapi..." kedua alisku naik, menunggunya melanjutkan ucapannya, "bukannya kau pernah bilang kalau dia punya pacar? Dan bagaimana denganmu? Apa kau benar-benar sudah melupakan Hoseok Oppa?"

Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBITحيث تعيش القصص. اكتشف الآن