Chapter 15 - Give Me A Hug

1.1K 133 14
                                    

"Siapa orang yang berani bermain-main seperti ini!" Yoori meremas selembar kertas itu dengan ganas, dia tampak sangat geram.

Berbeda denganku, aku sangat gemetar dan ketakutan, "Eonnie, aku takut." Ucapku dengan suara yang gemetar, bagaimana tidak? Apakah orang ini menginginkan aku mati?

Yoori langsung beralih menghampiriku, "tenang saja Meyra-ya, kau tidak usah takut, Eonnie akan mencari orang yang sudah berani menakut-nakutimu menggunakan Kumo yang sudah meninggal seperti ini." Ucapnya begitu lembut sambil mengusap-usap punggungku.

Ucapannya setidaknya membuatku merasa sedikit tenang walaupun perasaan takut itu tetap masih ada, bagaimana kalau orang itu serius menginginkan aku mati?

"Kita pulang ya? Aku ingin membicarakan ini dengan Jimin." Sambung Yoori dan aku hanya mengangguk, perasaanku semakin tidak enak jika harus berlama-lama di luar, aku ingin cepat pulang, aku takut.

Dengan tergesa-gesa Yoori langsung membuang bunga dan selembar kertas tadi, tapi tidak dengan foto wanita itu, Yoori memasukkannya ke dalam tasnya.

Aku dan Yoori langsung mengambil barang-barang belanjaan kami tadi, entah ada berapa bag yang kami bawa sekarang, yang jelas kedua tangan kami sangat penuh dengan bag-bag ini.

Suasana yang awalnya begitu bahagia mendadak berubah menjadi begitu aneh, kami jadi tak banyak bicara sepanjang perjalanan pulang.

Aku sibuk menatapi jalanan dan langit dari balik jendela mobil dengan kepala yang bersandar di kacanya, hari masih terang karena ini masih sore, perasaan dan pikiranku sedang tidak baik.

Yoori sesekali melirik ke arahku dengan tatapan khawatir, aku sengaja pura-pura tak tahu, aku hanya ingin diam sekarang.

Dengan segala keheningan dan rasa takut sepanjang jalan, akhirnya kami sudah sampai di rumah, kami keluar dari mobil sambil membawa bag-bag belanjaan kami lalu masuk ke dalam rumah.

"Kalian sudah pulang? Katanya sampai malam?"

Suara itu mengagetkanku yang baru saja masuk ke dalam rumah disusul Yoori di belakangku, "hmm? Oh Oppa, iya kami pulang lebih awal." Sahutku lesu, entah kenapa perasaanku benar-benar tak enak setelah mendapat bunga yang entah dari siapa itu.

Jimin mengkerutkan keningnya, "Meyra-ya kau kenapa? Kau sakit?" Tanyanya terlihat begitu khawatir, dia menghampiriku lalu meraba keningku mencoba memastikan kalau aku baik-baik saja.

Padahal aku sudah mencoba menyembunyikan kekhawatiranku ini tapi sepertinya aku tak lihai berbohong.

"Aku baik-baik saja Oppa, aku ke kamar dulu ya." Ucapku sambil tersenyum palsu lalu beranjak meninggalkan mereka.

"Meyra-ya kau sungguh baik-baik saja?" Jimin mengikuti langkahku.

"Jimin-a, biarkan Meyra sendiri dulu, ada hal yang ingin aku beritahu padamu." Ucap Yoori membuat langkah Jimin terhenti, dia melirikku dan Yoori secara bergantian karena bingung mau pergi menghampiri siapa.

"Ada apa? Penting?" Tanya Jimin pada Yoori.

"Penting! Ini sangat penting Jimin-a!" Sahut Yoori terburu-buru, dia sudah tak sabar ingin menceritakan kejadian tadi pada adiknya itu.

Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBITWhere stories live. Discover now