x | tan 60°. √3 . x = 111 ● Bahagia/Duka?

Start from the beginning
                                    

Jawaban penuh keraguan dari mulut Lita. Namun nyatanya jawaban itu yang telah Ia ucapkan.

Setalah mendapatkan kepastian tentang pemakaman Fani, dokter itu pun pergi untuk mengurus pemakaman.

Risa juga berpamitan pergi ke Aura. Diikuti oleh Arjuna dan Rama. Langkah mereka terasa sangat berat. Namun langkah mereka terus melangkah hingga pintu keluar rumah sakit.

Namun, langkah mereka terhenti ketika melihat papa Fani. Mereka berniat berpamitan kepadanya.

"Maaf Om, kami harus ke rumah sakit dimana Aura dirawat," ucap Risa lesu.

"Iya iya tidak masalah," jawab Andro.

"Baik Om."

"Om titip ini untuk Aura," ucap Andro sembari memberikan sepucuk surat kepada Risa.

"Apa ini om?"

"Surat dari Fani untuk Aura. Om belum sempat baca isinya, tadi hanya melihat bagian atasnya saja."

"Om dapat ini dari mana?"

"Saat tadi om ke kamar Fani, sudah ada surat itu diatas meja. Om juga nemuin kotak ini," ucap Andro sembari menunjukkan sebuah kotak.

"Kotak apa itu?" tanya Arjuna.

"Didalam kotak ini ada darah, serbuk racun dan surat yang mengatakan NGAKU SENDIRI ATAU GUE BONGKAR."

"Saya paham maksudnya om," ucap Arjuna.

"Apa?"

"Nanti Saya jelaskan, sekarang Saya harus ke Aura dulu," ucap Arjuna lalu menarik tangan Risa dan Rama agar cepat pergi. Dengan cepat Arjuna menuju mobilnya dan mengendarainya. Lebih cepat lebih baik.

Risa dan Rama masih belum paham maksudnya. Namun mereka tidak bertanya biar waktu yang menjelaskan. Kini Risa memikirkan bagaimana Ia memberi tau ini pada Aura. Pasti Aura syok.

Apakah berita ini tidak membuat Aura down lagi? Karena kondisinya Ia baru sadar, pasti belum pulih seutuhnya. Tetapi, berita ini tetap harus dikatakan.

Tanpa Risa sadari, mobil Arjuna sudah berhenti di rumah sakit. Risa langsung turun, begitupun dengan Arjuna dan Rama.

Risa berlari menuju ruang rawat Aura. Arjuna dan Rama juga sama.

Sesampai di ruang rawat Aura, mereka mengatur napas. Sambil menyiapkan perkataaan yang harus mereka katakan.

Aura sudah menunggu kedatangan mereka. Senyuman terlihat jelas di bibir Aura saat mereka telah datang. Namun senyuman itu pudar ketika Ia menyadari bahwa ada yang kurang.

"Fani mana?" tanya Aura.

Dua kata dengan tanda tanya yang mampu membuat Risa, Arjuna, dan Rama bingung untuk menjawab.

Baru saja mereka datang, belum duduk atau bersalaman tapi langsung mendengar pertanyaan seperti itu.

"Fani mana?" tanya Aura lagi.

Risa berusaha mengambil napas dalam dalam, lalu Ia buang secara perlahan. Mulutnya mulai terbuka namun belum ada kata yang Ia katakan. Dan...

"Meninggal."

Hanya satu kata yang mampu Risa keluarkan dari mulutnya. Hanya satu kata. Risa kembali menangis sambil memeluk tubuh Aura.

Aura masih belum paham, begitupun dengan Sandra-sang mama.

"Apa maksudnya?" tanya Aura.

"Dimana Fani?"

"Kenapa ga ikut kesini?"

"Lo udah kasih tau dia kan? Kalo gue udah sadar?"

Pertanyaan demi pertanyaan terus saja Aura lontarkan. Risa hanya diam, belum siap untuk menjawab.

Arjuna dan Rama tidak berniat menjawab, biarkan Risa yang menjelaskan.

"Lo kok diem aja sih, Ris!" teriak Aura lalu mendorong Risa agar melepaskan pelukannya.

"JAWAB!"

"LO MASIH BISA NGOMONG KAN?!"

"ARJUNA! RAMA! ADA APA?!"

Aura mulai emosi. Emosinya tak terkendalikan. Padahal Risa belum menjelaskan apa apa. Bagaimana jika Risa sudah menjelaskan?

Sandra yang melihat putrinya sedang emosi, berusaha menenangkannya.

"Sayang, minum dulu. Jangan teriak teriak," ucap Sandra dengan memberikan segelas air putih pada Aura.

"Fani meninggal hari ini dan akan dimakamkan nanti sore," ucap Risa dengan kepala menunduk.

PYARRR

Gelas yang berada ditangan Aura langsung terjatuh hingga pecah ke lantai. Tangan Aura gemetar. Matanya berkaca kaca. Aura terkejut, Sandra juga merasakan itu.

"LO GILA?!"

"NGASAL KALO NGOMONG!"

Emosi Aura semakin tak bisa dikendalikan. Ia menangis dipelukan sang mama.

"Ma, lebih baik Aura ga sadar. Kenapa saat Aura sadar harus mendapat kabar ini? Kenapa ma?" ucap Aura ditengah tangisnya.

"Bilangin ke Risa atau semuanya, kalo ini boongan! Bukan nyata!ini mimpi! Bilangin ma!" teriak Aura.

"Ga mungkin Fani meninggal secepat ini!"

Sandra hanya diam dengan membelai punggung Aura. Sandra juga menangis. Sandra juga bersyukur, karena Tuhan telah menyelamatkan Aura.

"Ayo ke Fani!" ucap Aura sembari melepas pelukannya dan mengusap air matanya.















See you next part

Aku berduka hari ini. Kenapa sesuai dengan cerita yang Aku tulis :(

TWILIGHT SKY (END)Where stories live. Discover now