x | 25x /5 = 130 ●Diam

4.8K 586 67
                                    

Twilight Sky

Terkadang orang diam itu menyimpan banyak masalah atau menyimpan banyak rasa, rasa suka atau duka tetap Ia jadikan rahasia

♡♡♡

Happy Reading ❤

Setelah kejadian itu Dinda semakin diam. Sifatnya juga beda seperti biasanya. Jika diajak bicara oleh Davin Ia menjawab dengan singkat. Ada rasa bersalah dalam diri Davin. Namun Davin terlalu gengsi untuk minta maaf. Keadaan Aura juga sudah seperti semula. Hubungannya dengan Akhza juga baik baik saja. Aura masih belum mengetahui jika Akhza menemui Dinda waktu itu. Aura menganggap kejadian itu hanyalah kejadian yang telah disetujui oleh takdir.

Kantin sangat ramai. Suara ricuh membuat keadaan kantin semakin panas. Suara teriakan memesan makanan membuat panas semakin panas. Aroma bakso dari warung bi iyem membuat semua tak sabar ingin melahapnya. Keramaian dikantin tak berhasil membuat pecah kediaman Fani. Akhir akhir ini Fani lebih banyak diam meski memang biasanya juga diam karena memang anak pendiam. Namun kali ini diamnya seorang Fani berbeda. Mulutnya bungkam. Pandangannya kosong. Raut wajah datar. Risa dan Aura ingin membuyarkan kediaman Fani.

"Fan, lo gapapa?" suara Aura sangat mengagetkan Fani. Kelihatan sangat jelas ketika Fani kebingungan.

"Emang kenapa?"

"Lo kenapa diem aja?"

"Biasanya juga gini."

"Lo kalo punya masalah cerita jangan dipendem sendiri."

Kalo masalah gue itu lo gimana. Suara Fani dalam hati.

"Masalah lo bukan hewan yang mati terus dipendem," ucap Risa diiringi senyuman yang tertuju pada Fani.

"Gue gapapa kok."

"Terkadang orang bilang gapapa itu ada apa apa. Rumus cewek."

Fani kembali diam tak berniat menjawab apapun ucapan kedua sahabatnya. Tak jauh dari mereka sudah ada tiga sosok pria yang pandangannya tertuju pada mereka. Rama menatap Fani dari kejauhan. Ada rasa khawatir dibalik wajahnya.

Dinda duduk sendiri dikelas. Ia tak berniat untuk ke kantin karena kakinya sangat malas untuk berjalan. Dinda fokus mengetik laporan praktikumnya. Jemarinya menekan bergantian huruf demi huruf di keyboard. Dewi melihat itu dari pintu. Ditangannya sudah ada roti dan susu untuk Dinda. Dewi melangkahkan kakinya ke meja Dinda lalu meletakkan roti dan susu tepat disebelah laptop yang sedang menyala. Dinda  dengan spontan langsung melihat ke arah Dewi.

"Makan."

"Nanti aja."

"Laporan kesehatan lo lebih penting daripada laporan praktikum."

Dinda mengambil roti lalu memakannya. Jujur saja perutnya sudah kelaparan. Bagi Dinda hanya Dewi saja yang selalu ada untuknya. Setelah roti ditangannya habis Ia melanjutkan mengetik laporannya. Dewi sekedar memperhatikan Dinda yang diam. Hening. Hanya terdengar suara kipas angin dan suara ketikan keyboard. Dinda tak seceria hari kemarin. Dinda juga sering murung. Memang rasa bisa merubah seseorang. Yang diam bisa jadi ceria. Yang ceria bisa jadi diam. Yang pintar jadi bodoh. Yang sehat jadi gila. Semua karena sebuah rasa yang bernama cinta.

"Akhza ayo pulang," ucap Aura ketika bel pulang sekolah berbunyi.

"Pulang sendiri aja," jawab Akhza dingin dan datar.

"Kenapa?"

"Gue sibuk."

"Sibuk apa?"

"Sibuk ngurusin urusan gue. Kehidupan gue ga hanya tentang lo. Gue gabisa selalu ngurusin lo. Antar jemput lo."

"Kan gue ga pernah minta lo jadi ojek gue. Lo sendiri ya maksa maksa, sekarang bilang gini. Kalo gabisa ngantar pulang ya udah gausah ngegas!" ucap Aura lalu pergi.

Aura bingung dengan sikap Akhza. Ga seperti biasanya Akhza seperti itu. Sesibuk sibuknya Akhza pasti mau mengantarnya pulang. Karena Akhza selalu takut jika ada hal yang tak diinginkan terjadi pada Aura. Namun sekarang apa. Aura tidak keberatan untuk pulang sendiri. Aura bisa pesan ojek. Aura bisa minta jemput sama supir pribadinya. Hanya saja bicaranya Akhza yang tidak enak didengar. Aura berpikir positif. Mungkin saja Akhza sedang ada masalah osis. Atau ada tugas lain.

Akhza dengan biasanya tanpa merasa bersalah. Ia tak memperdulikan Aura. Ia cepat cepat menyelesaikan proposal osis ditemani oleh Fani.

Langit malam begitu gelap. Tiada yang menerangi. Bulan dan Bintang tak bersama langit. Udara sangat dingin. Akan turun hujan mungkin. Aura duduk termenung menatap gelapnya langit malam. Sesekali Ia menatap layar handphonenya. Berharap ada pesan masuk dari Akhza. Namun harapannya itu sirna karena sampai malam Akhza tak mengirimkan pesan. Mood Aura sungguh kacau.

Aura ingin mengirimkan pesan namun niatnya diurungkan. Ia takut mengganggu Akhza. Bagi Aura, hari ini sungguh aneh. Fani yang hanya diam saja. Akhza yang bersikap seperti itu. Pikirannya penuh dengan nama Akhza. Ia takut jika Akhza berubah dan meninggalkannya. Aura sudah terlanjur menaruh rasa. Aura terlanjur sayang. Terlanjur cinta. Terlanjur nyaman. Semuanya terlanjur pada Akhza. Ada apa dengan Akhza hingga bisa membuat rasa itu hadir pada Aura.

Aura mengambil secarik kertas beserta pena. Tangannya mulai bergerak. Menuliskan huruf demi huruf menjadi kata hingga menjadi kalimat dan paragraf. Goresan tinta diatas kertas putih terlihat begitu indah. Aura mengisi kertas putih dengan sebuah puisi. Hatinya sedang gundah. Pikirannya kacau. Harinya juga.

Ada apa?
Kenapa?
Salah apa?
Ku memahami kesibukanmu
Ku mohon beri sedikit waktu tuk mengabariku
Ku paham duniamu tak hanya Aku
Ku paham tugasmu tak hanya Aku
Aku tau semua itu
Maafkan jika diri ini egois
Maafkan jika diri ini tak sadar diri
Hari ini kau begitu berbeda
Ku harap esok kembali seperti sedia kala

Dilipat kertas itu membentuk love. Ia masukkan kedalam kaleng. Didalam kaleng sudah banyak kertas berbentuk love. Setiap ada kegundahan hati. Aura selalu mencurahkan ke kertas. Tanpa ada orang tau. Aura membaringkan tubuhnya diatas kasur big size nya. Lalu Ia memejamkan mata dan tertidur.

Akhza masih fokus membolak balikkan kertas demi kertas. Dengan kasar. Pikirannya kacau. Tugasnya banyak yang belum selesai. Ingin tertidur namun pikirannya terusik tugas. Handphonenya terus bergetar. Sangat mengganggunya.

Grup Orang Ganteng😎

Arjuna Bimantara : Amet sepi amat kek hati gue

Rama Alexander   : kemana cewe lo?

Arjuna Bimantara : Dikamarnya lah. Masa dikamar gue.

Rama Alexander  : Bisa jadi kan

Arjuna Bimantara : belum sah

Rama Alexander    : bos mana bos?

Arjuna Bimantara  : sama cewenya lah

Rama Alexander     : percaya yang punya cewe

Arjuna Bimantara    : makanya buruan cari cewe

Rama Alexander       : Ada mak gue

Akhza Arkatama       : DIEM!

Arjuna Bimantara     : santay bro. Baru nongol ngetik pake caps lock tanda seru juga

Rama Alexander       : Galau mungkin

Akhza Arkatama        : G

Arjuna Bimantara     : lo ga ngaterin Aura pulang?

Akhza Arkatama        : G

Akhza mematikan handphonenya. Akhza tak memikirkan Aura sama sekali. Pikirannya sudah penuh. Tak ada ruang untuk Aura. Tak mungkin karena tugas Akhza seperti ini. Akhza bukan tipe lelaki yang mudah meluapkan emosinya karena pikirannya kacau ke orang lain, apalagi orang yang Ia sayang.





















See you next part.
Konflik udah muncul dari bab bab sebelumnya.
1 part sekitar 1000-1500 words aja
Nulis ini kurang 50 hari huaa

TWILIGHT SKY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang