11. Kuterima Suratmu

26 3 0
                                    

Jangan lupa klik ⭐ ya teman.

Boleh follow juga, salam kenal.🖐️

Selamat membaca.

----

Sampai di rumah Juna, aku memarkirkan motor sport'ku. Setelah merapikan penampilan aku mangetuk pintu rumah sahabatku.

Tok tok tok.
Setelah tiga kali mengucap salam, terdengar suara langkah kaki dari dalam.

"Waalaikumsalam. Ya Allah kamu Bro. Nggak nyasar kan tadi? Ayo mari masuk." Terlihat penampilan Juna yang tak rapih. Aku sepertinya paham dan berniat menggoda sahabatku ini.

"Alhamdulillaah nggak nyasar." Aku memandangi penampilan Juna dari atas sampai bawah sambil menahan senyum.

"Eh ngapain sih kowe ngelihatin aku sampek kaya ngono. Sing salah apa sih?"

Tak lama Vika ikut keluar, tapi dia seperti kaget melihat penampilan suaminya. "Yasssalam, Mas lihat toh penampilanmu. Jangan ngisin-ngisini, malu sama Pur tuh."

"Malu, kenapa sih? Tadi Pur senyum senyum sambil lihatin aku sekarang kamu Dek, yang protes sama penampilan aku. Emangnya penampilanku kenapa?"

"Biarin aja Vik, belum nyadar dia. Aku paham kok kalian pengantin baru masih anget angetnya. Pasti tadi buru buru jadinya baju kebalik rambut masih acak-acakan sampek gak sadar. Hmmmmffftt." Aku menahan senyum melihat betapa kacaunya penampilan Juna. Padahal dia itu paling nggak suka orang nggak rapih. Mungkin itu dulu, sekarang sudah tak berlaku lagi. Kalian paham kan apa maksudku?

Juna melihat bajunya, pengantin baru itu langsung melongo dan menepuk jidat menyadari kesalahannya.

"Huss, husss sana Mas, benerin dulu bajunya. Rambutnya juga disisirin dulu biar nggak acak-acakan."

"Jangan lupa keramas dulu Jun. Bwaahahaaa."

"Iya iya Dek. Eh Pur silakan duduk aku ke belakang dulu deh bentar." Tanpa ba bi bu Juna langsung ngacir ke dalam rumahnya. Aku terpingkal-pingkal karena sedari tadi menahan tawa melihat tingkah konyol pengantin baru itu. Apa nanti aku juga begitu kalau jadi pengantin baru sama Mutia? Plakkk, jangan ngawur udah ditolak masih aja berharap terus. Lima menit kemudian Juna kembali lagi sambil cengar-cengir nggak jelas.

"Vik, Jun, maaf ya kemarin aku nggak bisa datang.  Baru bisa datang hari ini. Eh betewe selamat ya semoga jadi keluarga sakinah, mawaddah warohmah sampai jannah dan cepet dapat momongan. Biar cepet jadi Pakde aku."

"Aamiin. Iya Pur, makasih atas doanya ya. Emang kemarin acaranya penting banget ya sampai sahabat nikah gak bisa luangin waktu sehari." tanya Juna.

"Iya, maaf. Aku udah rencana mau hadir. Tapi kemarin harinya pas samaan aku ikut lomba, mewakili sekolah."

"Wuihhh hebat Pak guru satu ini sudah jadi Pak Guru teladan. Dari dulu langganan jadi peserta dan pemenang lomba. Lomba apa nih? Dapat juara nggak Pak?" Tanya Juna penuh semangat.

"Lomba karya tulis se Jawa Tengah. Alhamdulillaah dapat juara satu. Berkat doa pengantin baru nih kayaknya."

"Selamat selamat, kamu memang sempurna Pur. Nggak salah Bapakmu memberi nama Sampurno. Benar-benar terkabul doanya. Dek, nanti anak kita namain yang bagus ya Dek, supaya pinter kayak Pakdenya. Haha."

"Iya Mas, ben ketularan pinter sama sholehnya Pakde Pur."

"Eh tunggu tunggu. Sejak kapan kalian panggilnya Dek, Mas? Perasaan dulu manggilnya nama kan? Wah wah pelanggaran ini, kalian bikin iri jomblo sepertiku." Aku penasaran sejak kapan mereka saling memanggil mesra seperti itu.

MUTIARANYA KANG PURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang