2 : Ekspresi Menggemaskan

58 5 3
                                    

"Kang Pur ngapain kesini?" Wajah Mutia terlihat bingung melihat aku malah mendekatinya bukan pulang.

"Mau nemenin kamu Mut, boleh kan kasihan malam-malam ada gadis sendirian nambal ban." Aku tersenyum.

"Eh padahal ndak pa pa lho Kang Pur pulang dulu. Aku berani kok pulang sendiri. Udah biasa  pulang malam juga."

"nggak apa-apa kok Mut, apa kamu takut ditemenin cowok ganteng?" tanyaku menaik turunkan alis sambil menatap wajahnya bermaksud menggoda. Mutia malah gelagapan dan langsung memalingkan wajahnya.

"Eh em, anu.. Eng enggak kok Kang, takutnya ngrepotin kamu aja."

Wajah Mutia tampak bersemu merah lagi, dia tampak gugup duduk di sebelahku. Gadis pendiam ini malah menggeser duduknya menjauh. Aku yang bermaksud menggodanya ikut menggeser duduk mendekatinya lagi. Mutia semakin terlihat gugup, tapi dia sudah tidak bisa bergeser lagi karena posisinya sudah mentok di pinggir. Hahaaa kau bisa membayangkan bagaimana ekspresi gadis pemalu ini? Iya aku menyebutnya gadis pemalu. Selama benerapa menit aku ngobrol dengannya aku lihat Mutia hanya menatapku sebentar saja. Dia lebih sering menatap lurus ke depan atau menunduk ke bawah. Aku yang melihatnya gugup semakin merasa lucu. Ralat!!! Bukan lucu tapi... Ah aku tak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaanku melihatnya grogi seperti itu. Mungkin... Gemes, iya mungkin.

"Mut, banmu bolongnya banyak banget Mut. Aku ndak punya ban baru lho! Ini kalau ditambal percuma ban dalemnya udah jelek banget." Lik Parmin menyela percakapan kami. "Piye Mut ndak papa kan kalau tak ganti besok saja!"

Ekspresi Mutia langsung berubah cemas.
"Iya Lik, ndak papa diganti besok aja. Aku tak cari tukang ojek aja Lik pulangnya."

Eh maksudnya apa coba. Masak aku membiarkan seorang gadis pulang naik ojek malam hari. Sifat superheroku mendadak muncul aku langsung menawarkan bantuan. Jangan bilang aku modus ya, cowok ganteng ini cuma mau menolong siapa tahu kenal lebih dekat sama gadis ini. Hahaaa padahal sama saja!

"Mut pulang bareng aku aja ya. Bahaya lho pulang malam sama tukang ojek. Kalau tukang ojeknya jahat nanti kamu diapa-apain gimana? Yuk pulang bareng aku aja."

Mutia tampak berpikir ragu.
"Emm tapi aku nanti ngrepotin Kang Pur. Ndak papa aku ngojek aja Kang."

Hemmm aku menghembuskan napas. Ternyata Mutia ini tidak suka merepotkan orang lain. Butuh kesabaran juga untuk membujuknya supaya mau pulang denganku. Setelah perdebatan alot macam debat anggota dewan yang sedang rapat akhirnya Mutia mau juga pulang bareng aku.

"Yuk Mut naik, tempat Kosmu daerah mana Mut?"

"Di Sampangan Kang." Jawabnya sambil mengikuti langkahku menuju motor.

Dugg

Aduh!!!

"Piye to Mut jalan kok gak lihat-lihat, aku berhenti malah mbok tabrak." Aku yang kali ini menggodanya dengan logat jawa.

Dasar Mutia, dia berjalan sambil menunduk ternyata. Gadis ini benar-benar unik kenapa jalan harus sambil menunduk. Ah biarlah yang penting aku harus segera mengantarnya sampai ke tempat kosnya. Jarak tempatku bekerja dengan tempat kos Mutia kira-kira 10 kilometer. Minimarket tempat kami bekerja ada di dekat tugu air mancur yang sedang hits di Semarang.

Namun betapa kagetnya saat Mutia sudah naik ke atas motorku, dia naik ke jok yang paling belakang sama pegangan besi yang ada di belakang motor Bebekku. Apa kau bisa membayangkannya? Rasanya jadi tidak seimbang saat kita membonceng orang tapi duduknya di jok paling belakang saling berjauhan. Haddehhhh Mutia Mutia kau memang berbeda. Aku jadi lebih tahu selain pemalu ternyata dia sangat menjaga jarak dengan lelaki. Padahal teman gadisku yang lain kadang sengaja duduk mendekat kalau aku bonceng naik motor tanpa kuminta.

"Mut, kenapa duduknya gitu?"

"Ndak papa Kang, maaf ya kalau aku ndak sopan."

Ndak sopan katamu Mut. Mutia Mutia kau ini sopan sangat sopan malah, batinku.

"Nggak papa aku cuma takut kalau kamu jatuh kalau boncengnya jauh-jauhan gitu."

"Insyaallah aman Kang. Aku pegangan kok."

"Tapi kan dingin Mut, sini lho maju dikit."

"Kang Pur ihhh!!!" Kata Mutia sambil memukul bahuku.

Aku memang sedang menggodanya. Kulirik wajahnya dari kaca spion Mutia tampak mengulum senyum. Senyum gadis polos ini tampak menggemaskan, manis. Ah kenapa dadaku mendadak sesak seperti ini? Seperti ada yang meletup-letup di dadaku saat aku melihat senyumnya. Apa artinya ini? Heyyy ada yang bisa bantu aku?

Bersambung💖...

Ada yang ingat masa mudanya seperti Mutia? Kalau dibonceng duduknya di jok pol pojok. Wkwkwkkkkk ayo ngacung.

MUTIARANYA KANG PURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang