24. Saira

8 1 0
                                    

Met baca
Selamat tahun baru 2022. Target ku semoga tahun ini cerita MKP tamat.
Jangan lupa vote ⭐

---

"Maturnuwun Mas, selamat ber-diklat. Kalau ada waktu bisa mampir ke rumah."

"Iya, ndang bali gih. Selak Mbak Ayuni nunggu opore. Itu tadi malem dibela belain Mutia melek begadang buat opor sama dibuatke lontong sekalian. Katanya itu kesukaan istrimu."

"Sampaikan makasih kami buat Mutia ya Mas, maaf sudah ngrepoti."

Setelah berbincang sejenak di halaman LPMP aku pulang ke rumah membawa lontong dan sayur opor ini. Ah, meski mungkin hatimu tak baik-baik saja tetapi kebaikan yang kau lakukan tak pernah putus. Kau memang gadis yang istimewa, itulah kenapa dulu aku suka padamu.

Uhuk! Astaghfirullah. Ampuni dosaku Ya Allah.

---

"Gimana Dek, enak opornya?"

Istriku menganggukkan kepalanya setelah makanan masuk kerongkongan. "He em enak banget Mas, Mutia emang the best kalau soal masak memasak."

Binar kebahagiaan sangat terlihat dari mata istriku. "Tapi Mas, aku nggak biasanya lho pengin opor buatan Mutia. Aku sebenarnya kan bisa masak sendiri. Tapi tadi malem aku kok kepingin banget ya maem opor buatan adik  sepupuku itu. Hehe."

"Iya, mana masakannya banyak banget lagi. Bisa buat sehari ini. Ditambah lontong, sambel goreng ati, peyek kacang. Bukan kamu yang pesen semua ini to Dek?"

"Bukan Mas, bukan. Emang Bulik sama Muti itu sudah tahu masakan kesukaanku. Aku kan cuma minta opor. Mungkin Dedek Bayinya nanti deketnya sama Tante Muti. Ketahuan kan, masih di perut aja mintanya masakan Tante." Ayun berbicara sambil mengelus perutnya, sambil melanjutkan kalimatnya, "Manja ya Dek kamu, sama Tante Imut. Eh besok panggilnya Ibu saja ya Dek ya." Istriku berbicara tanpa menyadari aku menahan pusing di kepala.

----

"Mas, Njenengan ndang kondur. Istrimu mau melahirkan!" Aku kaget setengah mati saat mendengar berita yang dikatakan Bu Lely, teman mengajar di sekolah. Meskipun sudah ada persiapan peralatan persalinan untuk bayi kami, namun minggu ini belum waktunya anakku lahir. Usia kandungan Ayun baru 34 minggu. Karenanya aku begitu kalut, tanganku gemetar. Berkali-kali aku memasukkan kontak sepeda motor tapi selalu gagal. Aku makin kalut, memikirkan bagaimana keadaan istriku. Sampai sebuah tepukan di pundak membuat konsentrasi menyalakan mesin motor terhenti.

"Pur, ayo tak anterin aja. Tanganmu sampai gemeter gitu ditambah pikiran kalut malah bahaya nanti kalau nyetir motor."
"Tapi Mas," sebelum kalimatku selesai aku sudah disela Mas Irham. "Udah ayo nggak usah banyak mikir, keburu istrimu lahiran nanti."

Akhirnya aku mengangguk, mengikuti langkah Mas Irham menuju parkiran mobilnya. Benar juga apa yang dikatakan teman kerjaku itu. Jika aku memaksakan berangkat dengan pikiran kalut yang ada aku bisa membahayakan diriku. Dalam perjalanan aku sampai lupa memberi kabar orangtua dan mertuaku kalau Ayun mau lahiran jika tidak diingatkan Mas Irham. Pikiran kalut membuatku lupa segalanya. Yang aku pikirkan bagaimana kondisi istriku.

---
Setelah sampai di rumah sakit aku diberitahu Mbok Nah kalau istriku sedang ada di ruang inap. Aku masuk ruangan dengan khas bau obat-obatan dengan gemetar. Kulihat wajah Ayun yang pucat, tangannya terus mengelus perutnya dan mulutnya terus melantunkan sholawat lirih. Aku langsung memeluk istriku, mencium keningnya lama. Kuelus perut yang di dalamnya ada calon bayi kami.

"Assalamualaikum  Dek Ay, gimana keadaan kamu? Sehat kan? Ya Allah Ay, aku hampir jantungan dengar kamu mau lahiran secepat ini."

"Waalaikumsalam Mas Pung. Alhamdulillah keadaan Ayun sae. Tadi waktu habis dhuha tiba-tiba perut Ay mules. Tak kirain masih kontraksi palsu. Masih ay pakai nyapu halaman tapi kok mulesnya gak ilang malah makin sering terus ada juga keluar flek. Muti panik langsung minta Mbok Nah buat ngabarin Mas Pung."

Tadi saat Ayun menelpon ponselku ada di ruang guru. Karena aturannya saat mengajar tidak boleh membawa ponsel. Beberapa hari ini memang aku sudah berpesan agar teman guru mengangkat jika ada panggilan telpon di ponselku. Untuk jaga-jaga karena mendekati hari persalinan istriku. Alhamdulillah pesanku berguna. Jadi aku tidak telat mendampingi istriku melahirkan.

"Terus kata dokter gimana Dek?"

Raut wajah Ayun langsung terlihat sendu.

"Katanya harus operasi Mas. Karena aku ada riwayat penyakit kanker, juga karena belum cukup umur bayinya. Hiks hiks Ay takut Mas, bayinya bakal selamat kan Mas?"

"Sstt Ada Mas disini. Berdoa terus semoga bayinya sama Bundanya sehat dan selamat." Aku terus menenangkan Ayun, padahal dalam hatiku aku juga takut luar biasa. Aku ingat riwayat kanker darah istriku yang dinyatakan sehat. Tapi, tapi... Astaghfirullah aku tak mau berburuk sangka.

Setelahnya ada panggilan dokter yang memintaku untuk ke ruangannya. Penjelasan dokter membuat hatiku hancur. Harapanku yang tadi masih tersisa kini terkikis hampir tak bersisa. Duniaku runtuh.

---

Maaf ya gaes, part ini memang menguras air mata. 😭

07/01/2022

Salam sayang
AnSus❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MUTIARANYA KANG PURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang