Part 61 : |• Terhapus •|

381 40 16
                                    

Kalo suka, Vote and comment!!

Author's Pov

"F/N!!" Teriakan Akashi menggema di aula yang dipenuhi keheningan ini.

Akashi menghentikan larinya ketika sudah berada dua langkah dari F/N.

"Apa yang terjadi?!" Tanyanya setengah berteriak.

Paman Valko diikuti Levi berjalan kearah Akashi.

"Jiwa F/N sudah kembali. Dan sang naga sudah mengambil sesuatu dari F/N untuk di jadikan bayaran atas jiwa baru itu," ujar paman Valko sambil berjalan.

"Apa....yang ia ambil?" Tanya Akashi lirih.

"Ingatan."

Akashi dengan cepat menolehkan kepalanya kearah paman Valko yang berada di samping kirinya.

"Apa maksudmu pak tua?!" Bentaknya.

"Seperti yang kubilang tadi. Ia lupa ingatan, itu artinya semua ingatannya bersamamu dan ingatannya saat berada di sini terhapus. Memori yang tersimpan hanya saat ia masih belum bertemu denganmu," jelas paman Valko.

Bahu Akashi bergetar. Ia dengan segera memeluk tubuh F/N dengan erat.

"Itu bayaran yang setimpal untuk membayar jiwa baru itu."

"Tapi...kenapa hanya ingatannya saat berada di sini? Ingatanya sebelum bertemu Seijuro kenapa tak dihapus?" Tanya Gunawan merasa iba.

"Untuk itu, aku kurang tahu. Tapi jika kau bertanya menurut pendapatku. Aku akan mengatakan jika semua ini masih berhubungan dengan hukum alam," ujar paman Valko.

"Apa maksudmu?"

"Hitam dan putih, tak akan bisa bersatu. Sudah ada tiga generasi yang memiliki mate seorang dewi yang dipasangkan dengan Demon dan semuanya berakhir dengan sang dewi mati. Tapi untuk kali ini, hanya ingatan F/N yang hilang dan nyawanya terselamatkan."

"Apa...tidak ada cara agar F/N-chan mengingat semuanya kembali?" Tanya Mibuchi.

"Tidak ada cara. Ingatan itu sudah terhapus secara permanen. Seolah-olah ingatan itu tak pernah ada di pikirannya," jawab Paman Valko.

"Tapi...mereka berdua masih sepasang mate 'kan?" Tanya Bryan.

"Ya. Mereka berdua masih sepasang mate. Jika ingin F/N kembali, maka buatlah ingatan dan kenangan baru, dan untuk ingatan lamanya yang sudah terhapus, jangan ada yang pernah menyinggungnya kembali, karena hanya akan menimbulkan tanda tanya besar bagi F/N. Yang kutakutkan, saat kalian menyinggung ingatan itu membuat F/N ingin ingatannya kembali lagi dan melakukan hal-hal yang seharusnya tak boleh dilakukannya. Bisa saja nyawanya taruhan," jelas Paman Valko sekaligus memberikan peringatan.

"Jadi...bagaimana sekarang?" Tanya Gunawan.

"Kita tak mungkin masih membiarkannya berada di sini 'kan? Sementara ingatannya sudah terhapus, apa yang akan kita katakan padanya nanti?" Lanjutnya lagi.

Paman Valko melihat Akashi yang masih memeluk F/N dalam diam.

"Seijuro, sebaiknya kau membiarkan F/N pergi terlebih dahulu. Biarkan dia tinggal bersama bibi-bibinya. Akan menimbulkan pertanyaan yang besar jika dia terbangun di sini, sebaiknya untuk sementara biarkan ia kembali pada kehidupannya sebelum bertemu dengamu. Dan juga, kau harus melakukan penyatuan lagi bersama F/N untuk menghilangkan cahaya biru di tubuh F/N," ujar paman Valko menepuk bahu lebar Akashi.

Akashi tak menjawab, ia masih tidak menerima keadaan dengan baik. Sang kekasih hati melupakannya untuk selamanya? Itu hal yang sangat menyakitkan bagi Akashi mengingat kebersamaan mereka sudah berlangsung selama setahun ini.

Dia harus memulai dari awal, semuanya.

"Baiklah."

Tak ada pilihan lain. Akashi langsung menyetujui perkataan paman Valko. Ini semua masih lebih baik daripada F/N harus kehilangan nyawanya.

Akashi menggendong tubuh F/N ala bridal. Luka di dada F/N sudah sembuh menyisakan darah di bajunya. Akashi berjalan meninggalkan aula tanpa mengatakan apa pun.

"Bryan, kau bisa memanggil bibi-bibi F/N lalu menceritakan semua keadaanya," pintah paman Valko. Bryan mengangguk.

*****
Keesokan harinya, F/N masih belum terbangun dari tidurnya. Setelah melakukan penyatuan kembali bersama Akashi, cahaya biru ditubuhnya menghilang. Sekarang, ia akan dibawah pulang.

"Sabarlah, nak. Sebaiknya kau gunakan waktumu untuk membereskan kekacauan di dunia immortal," ujar bibi Flo prihatin pada Akashi. Akashi menganggukkan kepala.

F/N sudah berbaring di atas tempat tidurnya di kamarnya yang dulu. Semua orang keluar dari kamar F/N meninggalkan Akashi bersama F/N sementara.

Akashi mengusap rambut hitam F/N pelan. Ah...dia akan merindukan rambut dan aroma F/N. Perlahan Akashi menundukkan kepala, mencium kening F/N dengan penuh perasaan.

-Di luar ruangan-

"Nee, aku merasan ada aura lain dari tubuh F/N," ujar Gunawan pada Bryan yang sedang berada di taman belakang, menikmati angin pagi.

"Aura apa?"

"Aura itu sama seperti aura Seijuro...dan aura itu mengelilingi perut F/N," jelas Gunawan.

Bryan membulatkan mata.

"F/N hamil?!" Kaget Bryan.

Gunawan mengangguk.

*****
Dengan berat hari Akashi meninggalkan F/N di rumah bibi-bibi F/N. Bryan dan Gunawan yang menemani Akashi masih menutup mulut mengenai diskusi mereka tadi.

"Yah...seperti yang di katakan paman Valko, kehilangan ingatan masih lebih baik dari pada kehilangan nyawa," ujar Gunawan berusaha menghilangkan suasana hening.

Tak ada jawaban dari Akashi. Pria itu tak bicara semenjak kejadian semalam.

Bryan menyikut Gunawan, ia memberikan tatapan 'kapan kau akan mengatakannya pada Juro?' Pada Gunawan.

Gunawan mengendikkan bahu tanda ia tak tahu kapan.

Akashi hanya memandang pemandangan di luar jendela mobil. Ia benar-benar tak memiliki semangat.

"Bagaimana kalau kita pergi ke Club nanti malam? Kita bisa--"

"Jangan merekomendasikan tempat yang sering kau datangi!" Potong Bryan melotot.

"Kita ke bar."

Bryan dan Gunawan menengok ke arah Akashi.

"Kau ingin kesana?" Tanya Gunawan memastikan.

"Ya."

"Padahal di club lebih bagus 'kan? Disana--"

"Aku tidak ingin pergi ke tempat dimana para wanita akan menggodaku," potong Akashi.

"Benar juga."

"Baiklah!! Kita ke bar!!"

****

Hehe~~ lagi ada ide aku selesain aja deh sekalian chapt ini~~.

Jaa minna, mata ashita.
By andift

THE DEMON'S MATE {Akashi Seijuurou x reader} {SELESAI}Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora