Part 5 : Kau?!

904 137 0
                                    

Author's Pov

F/N duduk di balkon kamarnya sambil menatap bulan yang bersinar terang

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

F/N duduk di balkon kamarnya sambil menatap bulan yang bersinar terang. Mengenakan dress putih polos dari atas dada sampai atas lutut. Mengekspos bahu dan kaki jenjangnya yang putih.

Sekarang pukul 21.00 dan dirinya tak bisa tidur entah kenapa. Juga jantungnya sedari tadi berdetak kencang seolah-olah sesuatu akan terjadi kedepannya. F/N tiba-tiba mengingat wajah pria bersurai merah apel yang sudah dua kali ia temui.

Wajah tampan rupawan. Mata merah yang menatap tajam dan tegas. Aura berwibawa dan arogan yang kuat penuh kuasa. F/N berpikir, siapa pria itu? Sepertinya orang yang sangat kuat terlihat dari auranya yang menyeramkan? Dan kenapa ia memikirkan pria itu?

F/N bosan dan dirinya belum mengantuk. Dia mengambil blazer hitamnya dan mengenakannya di tubuhnya untuk menutupi tubuhnya yang terekspos, mengambil ponsel dan dompet lalu mengantonginya kemudian berjalan keluar.

"F/N? Mau kemana?" Tany Bibi Flau heran.

F/N tersenyum.
"Aku tidak bisa tidur, bibi. Apa boleh aku keluar sebentar? Aku ingin ke supermarket di area sini" izinnya pada bibi Flau.

Awalnya bibi Flau terlihat ragu. Tapi tak lama ia mengiyakan.
"Baiklah. Hati-hati dijalan oke" pintahnya lembut.

Dunia immortal terpisah dengan dunia manusia, harus melewati sebuah portal yang dikhususkan untuk para makhluk immortal dan supernatural saja. Dan juga, dunia immortal sama modern-nya dengan dunia manusia. Banyak bangunan-bangunan pencakar langit disana, dan juga kerajaan-kerajaan tentu saja {kayak inggris}. Tapi beberapa ada yang membuka cabang mereka di dunia manusia untuk menambahkan penghasilan mereka.

Tempat yang ditempati F/N tinggal bersama bibinya sekarang berada di dunia manusia. Untuk menyembunyikan identitas, bibi-bibi F/N mengubah diri mereka menjadi besar sebesar wanita dewasa yang sangat cantik. Kecuali di dalam rumah, mereka terkadang mengubah diri mereka ke wujud asli dan terkadang tidak.

F/N berjalan diluar rumah dengan semangat. Seharusnya, gadis sepertinya tak boleh keluar malam karena akan sangat membahayakan, tapi ini adalah F/N. Dia bisa beladiri atas ajaran kakeknya saat beliau masih hidup dulu. Jadi, jangan macam-macam dengannya!! Kalau anda tak ingin dibanting:)

F/N menemukan satu supermarket yang masih buka. Dia masuk ke dalam dan mencari beberapa cemilan untuk dimakannya nanti. Setelah menuju kasir dan membayar, F/N menenteng dua kantongan besar di kedua tangannya. Kaki F/N berjalan menuju ke sebuah taman yang sudah sangat sepi. Dia menuju ke bangku taman berbentuk bundar dengan pohon besar di tengah-tengahnya. Menaruh belanjaannya di samping kirinya dan membuka satu coklat lalu memakannya.

Udara dingin menyapu tubuh F/N membuat gadis itu kedinginan. Apalagi Blazernya hanya menutupi sampai lututnya saja.

Srett!

"Dimalam hari sangat dingin dan kau malah mengenakan pakaian terbuka seperti itu, bodoh!" Sarkas seseorang yang baru saja melempar jaket hitamnya di kepala sampai menutupi wajah F/N. Dari suaranya, sepertinya seorang pria.

F/N menyingkirkan jaket itu kemudian menoleh dan mendapati lelaki yang baru-baru saja mengisi pikirannya.

"Kau?!" Dahi F/N mengernyit.

"Tuan Akashi?!" Sambungnya lagi.

Akashi hanya memandang F/N dengan mata heterocromnya. Mata berbeda warna itu menatap tajam dan dingin pada F/N.

F/N bingung. Seingatnya, lelaki didepannya ini memiliki manik berwarna merah indah, lalu kenapa sekarang mata kirinya berwarna oranye?

"Apa yang kau lakukan di malam hari seperti ini?" Tanya Akashi dingin.

F/N tersenyum.
"Aku bosan dirumah. Jadi, aku putuskan untuk keluar membeli beberapa cemilan kemudian kemari" jelasnya dengan senyuman manis terpatri di wajah cantiknya.

Akashi memandang datar, walaupun hatinya sedang menghangat sekarang.

Ini pertama kalinya ada yang mau tersenyum lembut dengan sangat tulus padanya.

"Pulanglah. Malam hari sangat berbahaya bagi gadis sepertimu" ujarnya masih dengan nada yang sama. Dingin.

"Baiklah" F/N menurut. Setelah dipikir-pikir ini juga sudah sangat malam dan dirinya juga mulai mengantuk.

Tanpa disadari, sudut bibir Akashi melengkung naik membuat senyuman tipis. Sangat tipis. Tapi tulus. Dia senang karena matenya ini penurut.

"Aku akan mengantarmu" ujar Akashi lagi.

"Apa itu tak menyusahkanmu? Bagaimana kalau kau terburu-buru untuk pulang tapi kau malah mengantarku? Aku tak ingin merepotkanmu, lagipula aku bisa pulang sendi--"

"Diamlah! Dasar cerewet!" Potong Akashi tajam.

F/N diam kemudian menundukkan kepalanya. Takut akan Akashi yang memandangnya tajam seperti tadi ditambah manik matanya yang unik tapi menyeramkan.

"Maaf" gumam F/N menjawab.

Akashi menghela nafas. Jari telunjuknya menyentuh dahu F/N untuk membuat gadis itu mendongak.

"Jangan tundukkan kepalamu saat bersamaku, mengerti?" Pintah Akashi sambil memandangi mata hitam bulat yang selalu membuatnya terpana.

Perlahan F/N menganggukkan kepalanya. Akashi menarik tangan F/N membawa gadis itu keluar dari taman ini.

Dalam perjalanan. Hanya ada sebuah keheningan yang menemani mereka berdua. F/N terlihat biasa saja saat berjalan berbanding terbalik dengan Akashi yang malah merasa sangat canggung. Tangan mereka masih bertaut karena Akashi tak ingin melepaskan tangan mungil F/N yang terasa sangat pas ditangannya.

Terkadang Akashi melirik F/N yang selalu tersenyum entah kenapa. Mungkin karena sudah sifatnya yang keibuan dan lembut. Auranya tenang seperti air tak mengalir. Perasaan canggung yang dirasakan Akashi tadi menghilang digantikan perasaan tenang dan damai setelah melihat wajah F/N.

'Kau menikmatinya? Aku tak menyangka kau seberani ini menyentuh mate kita'

'Apa salahnya? Dia hak kita'

'Ah..kau benar, Bokushi'

Akashi menutup mindlinknya.

"Itu rumahku" tunjuk F/N pada sebuah rumah besar tingkat dua.

"Fairy? Kau tinggal dengan Fairy?" Bingung Akashi setelah menghirup aroma Fairy legenda di dalam rumah F/N.

"Ya! Setelah kematian kakek, para Fairy baik itu yang merawatku sampai sekarang" jelas F/N dengan senyuman manisnya meski tersirat kesedihan di dalamnya.

Akashi hanya diam memandangi F/N.
"Masuklah. Lalu segeralah tidur" pintahnya ketika melihat F/N menguap kecil.

"Baiklah. Sampai jumpa, tuan Akashi!" Kata F/N melambaikan tangannya sembari berlari menjauhi Akashi.

'Seharusnya kau memintanya memanggil nama kita, bukan tuan Akashi'

Akashi hanya diam tak menjawab suara yang berada di pikirannya.

'Ambil alih tubuhmu. Aku sudah merasa sedikit puas setelah melihat keadaannya'

'Baiklah'

Mata kiri Akashi berubah menjadi merah kembali.

●•••••••••••••••••●•••••••••••••••••●

Bye bye
Salam andif

THE DEMON'S MATE {Akashi Seijuurou x reader} {SELESAI}Où les histoires vivent. Découvrez maintenant