6 | Something Special

Start from the beginning
                                    

Setibanya di vila, Ashton bergegas masuk untuk membersihkan diri. Georgia memilih untuk duduk di kursi kayu yang terletak di halaman. Adam yang baru saja tiba, langsung menyandarkan papan selancar pada dinding sebelum akhirnya ikut bergabung dengan Georgia.

"Kau tidak mandi?" tanya Georgia sedetik setelah Adam duduk.

"Ashton masih menggunakan kamar mandinya."

"Kau satu kamar dengan Ashton?"

Adam menganggukkan kepalanya satu kali. "Kau pikir dengan siapa?" tanya Adam ketus.

"Orion," jawab Georgia cepat. "Aku pikir kau dan Ashton tidak terlalu akrab."

"Apartemen Ashton satu lantai denganku."

Georgia mengernyit. Selama ini ia sering berkunjung ke apartemen Adam, namun tidak pernah tahu jika Ashton dan Adam adalah tetangga. "Kenapa tidak pernah bercerita kepadaku?"

"Tidak ada gunanya," balas Adam seperti biasa. Dingin.

"Setelah ini kita ke mana?"

Adam berdecak pelan. "Kau terlalu banyak bertanya."

"Ish, jawab saja Adam!" desak Georgia yang sudah kesal.

"Menyelam."

"Kau serius?"

Bola mata Adam bergerak memutar. Ia bangkit dari tempatnya karena bersiap untuk mandi. Sebelum ia benar-benar meninggalkan Georgia, Adam sempat berbicara dengan nada kesal. "Kenapa kau tidak pernah puas dengan satu ucapanku? Selalu saja bertanya lagi dan lagi. Kau membuatku semakin ragu."

"Ragu?" teriak Georgia yang sialnya tidak digubris oleh Adam. "Adam! Ragu soal apa?"

Bergeser dari Pantai Poipu, kini Tim Chaser bergerak ke pantai lain yaitu Nualolo Kai. Georgia pernah kemari sebelumnya, namun hanya lewat karena saat itu tujuan utamanya adalah Na Pali Coast yang masih satu lokasi. Untuk hari ini, ia akan singgah di sana, melakukan seperti yang Adam katakan. Menyelam. Menyelam di permukaan lebih tepatnya, atau sering disebut dengan snorkeling.

Suara mesin kapal yang mereka tumpangi mulai menghilang. Laju kapal pun berubah menjadi lambat hingga akhirnya berhenti. Jika diperhatikan baik-baik, air laut di Nualolo Kai punya kondisi yang lebih bersih dibandingkan dengan Pantai Poipu. Warnanya biru cerah jika dilihat dari permukaan. Semakin ke tepi maka berubah menjadi sedikit hijau. Belum lagi matahari yang sedang terik-teriknya, mengakibatkan air terlihat seolah jernih sehingga menampakkan koral-koral di dasar laut.

"Ada dari kalian yang tidak pandai berenang?" tanya Neve beberapa detik kapal berhenti. "Maksudku antara Summer dan Gia. Hamish tampaknya mampu untuk ini."

Baik Summer maupun Georgia sama-sama menggeleng. Jujur saja, Georgia sedikit takut. Namun melihat gerak air laut yang cukup tenang, membuat nyalinya naik perlahan. Lagi pula tampaknya tidak terlalu dalam.

"Ini mudah. Asalkan tidak takut berenang sepertinya bukan masalah," sahut Ashton yang mulai memasang snorkel mask—alat bantu yang digunakan untuk melindungi hidung dan mata, serta membantu penyelam agar bisa tetap bernapas.

"Jika ada yang merasa kesulitan untuk berenang, aku menyarankan untuk pakai pelampung saja. Setidaknya dengan pelampung kau tidak perlu mengeluarkan energi lebih untuk berenang."

Georgia menerima pemberian snorkel mask dari Neve dan mulai memasangnya mengikuti instruksi yang diberikan Orion.

"Lubang ini," Orion menunjuk pada lubang yang berada di bagian atas pipa, "akan jadi jalan masuknya udara dan terhubung langsung dengan mulut. Kau boleh mengambil napas saat lubang berada di luar air. Jika sedang di dalam jangan lakukan atau kau akan minum air laut sampai kembung."

Ocean Eyes (COMPLETED)Where stories live. Discover now