"Siapa nama Lo?" tanya Christ.

"Sylvia,"

"Kebagusan namanya buat Lo,"

Sylvia seketika menatap sengit Christ.

"Kalau mau minta tolong tuh baik-baik, mana ada minta tolong kayak gitu? Itu mah namanya maksa, malak, Lo penjahat ya?"

"Kalau iya kenapa?"

"Dih, bangga lagi jadi penjahat. Bangga itu jadi orang baik. Orang jahat mah, masuk neraka,"

"Bacot banget Lo!"

Christ hampir mengangkat sebelah tangannya untuk memukul Sylvia, tapi ia akhirnya berusaha menahan diri.

"Oke, gue minta maaf atas sikap gue. Sekarang tolong bantu gue, adek cewek gue pengen nyoba gambar pake cat,"

"Cat apa?"

"Mana gue tau,"

"Ya tanya dong, cat buat ngelukis kan macem-macem jenisnya,"

"Yang buat pemula aja, sekalian kuas sama kanvasnya,"

"Oke,"

'Kok diterima aja sih?' batin Hyunjin, 'Dan gue baru tau Christ punya adek cewek,'

Sylvia akhirnya membantu Christ untuk mencarikan cat, kuas, sampai kanvas. Sementara Hyunjin hanya bisa terus memantau secara sembunyi-sembunyi.

"Habisnya kira-kira berapa entar?" tanya Christ, saat Sylvia sedang memasuk-masukan kuas ke dalam keranjang belanja kecil yang ditentengnya.

"Mungkin sekitar ratusan ribu," balas Sylvia.

"Banyak juga ya habisnya," gumam Christ.

"Kan gue cariinnya yang kualitasnya bagus,"

Christ melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ya udah," ucap Christ.

Sekitar dua puluh menit lebih, Sylvia membantu Christ mencarikan cat, kuas dan kanvas. Sampai-sampai Hyunjin lelah, ia harus mengikuti tapi sambil sembunyi-sembunyi.

Untungnya sekarang sudah selesai, Christ pun hendak pergi ke kasir untuk membayar, tapi Sylvia tidak ikut.

Sebelum pergi Christ tiba-tiba menyerahkan ponselnya pada Sylvia.

"Masukin nomor Lo, mungkin aja gue butuh bantuan Lo," ujar Christ.

"Bantuan apa?" tanya Sylvia.

"Ya, bantuan buat adek gue sih lebih tepatnya,"

Sylvia akhirnya mengambil ponsel Christ, dan menuliskan nomornya di sana.

Setelah selesai memberikan nomornya, Sylvia mengembalikan ponsel Christ.

"Thanks," ucap Christ, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Sylvia.

Hyunjin menunggu sampai Christ benar-benar pergi, sebelum akhirnya menghampiri Sylvia.

"Tante!" Hyunjin memanggil Sylvia, dengan langkah setengah berlari menghampirinya.

"Eh, Om, dari mana aja? Gue cariin dari tadi," tutur Sylvia.

"Gue juga nyariin Lo! Ke sini kan buat nyari bingkai, Lo malah sibuk sendiri," omel Hyunjin.

"Yah, maaf...," gumam Sylvia.

"Tadi kok Lo bisa ngobrol sama orang tadi?" tanya Hyunjin.

"Dia minta bantuan, dicariin alat gambar yang bagus buat adeknya. Lah, Om liat pas gue lagi ngobrol sama dia? Kok gak nyamperin?"

Hyunjin mendengus.

"Maksud gue awal mulanya Lo bisa ngobrol sama dia gimana?"

"Tadi pas dia masuk ke toko, dia sambil ngedumel di sebelah gue, apa sih enaknya? Biar apa sih ngegambar? Gitu-gitu, ya udah gue jawab. Eh, dia malah jadi minta bantuan gue. Emang kenapa?"

Hyunjin memegangi sebelah bahu Sylvia, kemudian menatap gadis itu dengan tatapan serius.

"Dia itu bos geng motor gue."

Sylvia sontak membelalakkan matanya, mendengar jawaban Hyunjin.

"Yang bener Om?" tanya Sylvia.

"Ya, bener lah, ngapain gue bohong!"

"Kok tapi, waktu gue yang dihadang sama geng motor itu, gue gak liat dia,"

"Yahh, gak tau, tapi dia ada tau di situ,"

"Aduh, terus gimana dong? Mana gue udah kasih nomor gue,"

"Kalau nelfon, Lo langsung blokir aja nomornya. Jangan pernah deh berurusan sama geng motor gitu,"

"Tapi nanti dia bakal nyari-nyari gue gak? Takutnya kalau diblokir, dia marah, terus nyari-nyari gue,"

Hyunjin mengusap kasar wajahnya, "Ya udah deh gak usah diblokir. Lo ladenin aja selama dia gak aneh-aneh, kalau dia udah mulai aneh-aneh, Lo laporin aja ke polisi,"

Sylvia terdiam sejenak, lalu akhirnya mengangguk setuju.

"Ya udah yuk, cari bingkai sekarang." ucap Hyunjin, sembari meraih salah satu tangan Sylvia, lalu menariknya pergi.[]

[]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perfect | Hhj ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang