21 - Second Chance

46.8K 6.7K 2.7K
                                    


Assalamualaikum semuanya. Akhirnyaa alhamdulillah bisa kembali update Filove lagi. 

Maafkan ya minggu kemarin nggak bisa update. Dan sebagai gantinya minggu ini aku bakalan double update. Part 21 hari ini dan inysaallah part 22 aku update hari Selasa tau Rabu yaa ^^ 

Yuk, sebelum baca siapkan hati dulu biar nggak ikut deg-degan ^^

Dan, mohon maaf ya sebelumnya kalau banyak typo. Maklum nulisnya sambil mikirin kapan jodoh datang^^

Semoga kalian selalu suka dan baca FILOVE yaa Aminn ^^

DAN SELAMAT MEMBACA ^^

*****

2017

Sore itu langit terlihat sangat cerah, tiga pemuda duduk berjejer dengan mengenakan kaos merk sama yaitu POLO berwarna merah, kuning dan hijau. Mereka bertiga sudah seperti lampu lalu lintas di teras rumah.

Ah bukan, mungkin lebih tepatnya mereka bertiga seperti anak ayam warna-warni yang biasa dijual depan SD.

Arjuna, Bana dan Cica menikmati es wawan bungkus ke tiga mereka. Ketiganya sangat menyukai es wawan sejak kecil. Mereka menikmati es tersebut sembari bermain Monopoli, menghabiskan waktu weekendmereka sebelum kembali menghadapi "Skripsi" yang harus segera mereka selesaikan.

"Beijing punya gue! Bayar lo Jun! Main lewat-lewat aja kek Pak Lurah komplek gue!" sorak Cica tak terima karena Arjuna ingin bermain curang.

"Ginian aja jeli! Giliran disuruh koreksi dosa-dosa aja ogah!" cibir Arjuna memberikan lirikan tajam.

"Jangan salah. Tukang parkir minimarket yang kek makhluk gaibaja kalah sama gue!" bangga Cica. Arjuna menghembuskan napas pasrah, dan membayar denda kepada Cica.

Bana mengambil dua dadu dihadapannya, kali ini gilirannya bermain.

"Lima," seru Bana mendapatkan angka tiga dan dua dikedua dadu tersebut. Bana menjalankan karakternya lima langkah. Ia pun berhenti tepat di Washington.

Bana tersenyum puas. "Gue beli hotel untuk Washington," ucapnya menambahkan kekayaan di negara miliknya.

Arjuna dan Cica menatap Bana dengan kesal, sahabatnya satu itu memang sangat jago dari dulu bermain monopoli. Ketika orang lain berusaha untuk senang-senang dengan bermain Monopoli, beda dengan Bana. Cowok itu menggunakan dan memeras otaknya dengan serius hanya untuk mengalahkan lawan-lawannya!

Seolah dia ingin menjadi penguasa semua negara! Apakah Bana titisan avatar?

"KAAAAKKK BANAAA!!!"

Teriakan Aruna yang sangat kencang dari dalam rumah langsung membuat Bana, Arjuna dan Cica terpelonjat kaget. Mereka bertiga langsung berdiri dan masuk ke dalam rumah tanpa pikir panjang, membuang sisa es wawan mereka dengan tragis dilantai teras.

"Kenapa Run?" cemas Arjuna ketika mendapati adiknya sudah menangis, ia berlarian kecil menghampiri Arjuna, Bana dan Cica.

Aruna menghentikkan langkahnya, air matanya masih saja mengalir.

"Run kenapa? Ada apa?" tanya Arjuna semakin cemas.

"Ka... Kak," isak Aruna tak bisa tertahankan hingga membuat ia sedikit susah berbicara.

"Run jangan nangis dulu, jelasin ke kita," pinta Cica yang tak kalah cemasnya.

Aruna menahan isakannya, berusaha untuk menghentikannya walaupun cukup susah. Bana menyadari raut Aruna yang terlihat merintih menahan tangisannya. Bana pun berjalan lebih dekat.

FILOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang