29 - Mata minus

17.2K 3.4K 836
                                    

Assalamualaikum semuanya. Apa kabar? Alhamdulillah hari ini bisa update lagi FILOVE ^^

Siapa yang udah nungguin FILOVE update? 

Apa sih yang buat kamu selalu suka Baca Filove dan Setia baca FIlove? Boleh dijawab ya. Author pengin tau nih ^^

SEMOGA PART INI BIKIN KALIAN SEMUA TAMBAH SUKA FILOVE YAA AMINNN^^ 

JANGAN LUPA JUGA AJAK TEMAN-TEMAN KALIAN BACA FILOVE YAA ^^

DAN, SELAMAT MEMBACA FILOVE ^^

*****

Aruna membuka pintu kamar Arjuna, keluar dari kamar tersebut seolah tidak terjadi apapun. Saat itu juga Aruna bertemu dengan Arjuna yang juga baru keluar dari kamar Aruna. Arjuna melihat sang adek dengan heran.

"Aruna cari flashdisk Aruna yang Kak Arjuna pinjem. Dimana flashdisk-nya. Aruna butuh banget," ucap Aruna lebih terdahulu, tak ingin membuat Arjuna curiga. Toh, memang tujuan utamanya ke kamar sang kakak adalah itu.

Arjuna langsung mengangguk-angguk mengerti.

"Ada di tas kerja gue," jawab Arjuna sembari menunjuk ke ruang tengah.

"Ambilin Kak," rajuk Aruna.

Arjuna tersenyum kecil, mendekati sang adik dan mengacak-acak rambut Aruna dengan gemas.

"Iya, Kakak ambilkan," jawab Arjuna penuh perhatian.

Aruna pun membuntuti kakaknya dari belakang, menatap punggung sang kakak. Dipikiran Aruna masih begitu banyak pertanyaan dan rasa penasaran tentang foto yang tak sengaja dilihatnya beberapa menit yang lalu.

"Apa gue tanya langsung ke Kak Arjuna ya?"

Aruna menggelengkan kepalanya cepat, tidak menyetujui keputusannya. Menurutnya, jika sampai foto itu disembunyikan dan dibiarkan usang di kolong bawah kasur Arjuna, pasti ada kisah pahit atau mungkin kisah yang ingin dilupakan oleh sang Kakak.

Arjuna menyerahkan flashdisknya yang telah ia ambil dari tasnya ke Aruna.

"Banyak tugas?" tanya Arjuna menyadarkan lamunan Aruna.

Aruna tersadarkan, langsung mengangguk sembari menerima flashdisknya.

"Lumayan, kan habis ini ujian akhir semester."

Arjuna melongo sesaat.

"Udah UAS aja? Setelah itu kenaikan kelas dong?" tanya Arjuna tak percaya bahwa waktu begitu cepat.

Aruna mengangguk dengan semangat.

"Setelah ini Aruna naik kelas sebelas. Selesai sudah masa jadi anak baru dan jadi kakak kelas!" seru Aruna girang.

Arjuna berdecak pelan.

"Sesenang itu jadi kakak kelas?"

"Iya dong. Kak Arjuna nggak tau aja menderitanya jadi anak kelas sepuluh!"

"Emang menderita banget?"

"Banget! Apalagi kalau lihat kakak-kakak kelas yang sok cantik, sok ganteng, sok bawel, sok ngatur, sok senior dan tukang caper! Beuh! Rasanya pengin Aruna cekik online!"

"Kejam amat Run," gidik Arjuna ngeri.

"Lebih kejam ucapan Bella. Aruna cuma mau cekik secara online. Kalau Bella udah pengin nyekik mereka beneran," ucap Aruna dramatis.

Arjuna langsung geleng-geleng, mengerti dengan baik kejamnya seorang Bella. Karena dia sudah sering merasakan menjadi kekecamatan anak iblis satu itu.

FILOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang