"Del, jangan gini ah bukan lu banget," ujar Keisya.

"Kenapa dia bisa sama Rachel sih Kei? Apa ini alasan nya bilang gabisa jemput gua?" tanya Adel beruntun.

Keisya mengusap bahu Adel tapi malah membuat Adel menangis. Keisya bingung mengapa Adel menjadi sensitif seperti ini. 

"Adel, lu ga biasanya begini percaya deh sama dia kalo dia tuh gak mungkin selingkuh mungkin kebetulan aja," kata Keisya menenangkan.

"Iya gua lagi tanggal nya nih."

Akhirnya Adel tenang dan mereka kembali berjalan ke kelas. Sebelum itu Adel kembali melihat Zavi yang ternyata menatap nya juga dengan sorot tajam. Adel tidak tau apa yang terjadi dengan Zavi saat ini.

******

Entah lah sekarang Adel bersama dengan Zavi di rooftop. Kenapa mereka berdua jadi selalu kesini setiap berdua. Padahal Adel baru selesai makan dikantin tapi langsung ditarik Zavi kesini.

Adel masih diam saja tak ingin memulai obrolan, diri nya sedang tidak mood. Ia hanya memandang lurus melihat hal random membiarkan Zavi lebih dulu memulai.

"Adel," panggil Zavi.

Adel menoleh ke Zavi, dia bisa melihat kalau Zavi sedang serius saat ini.

"Kenapa?" tanya Adel.

"Lu marah?" balik tanya Zavi.

"Ga," singkat Adel.

Zavi mengusap rambut Adel dengan lembut, dia tidak bermaksud menyakiti Adel tadi pagi. Perintah mama nya lah membuat nya harus menuruti dan menahan emosi diperjalanan bersama orang tersebut. Saat pagi itu dia benar-benar mengepalkan tangan melihat Adel menatap nya dengan tatapan kecewa.

Adel bisa melihat Zavi nya kembali saat ini. Yang harus ia yakini saat ini hanya percaya untuk hubungan nya juga.

"Aws," ringis Adel memegang perut.

"Kenapa? Sakit yang mana?" tanya Zavi jelas terlihat khawatir diraut wajahnya.

Adel masih tidak menjawab malah sekarang ia menitikkan air mata membuat Zavi panik melihatnya.

"Adel, jawab kenapa?" tuntut Zavi.

"Biasa gejala perempuan jangan ajak ngomong," balas Adel.

Zavi memutuskan menelepon adik nya siapa tau mengetahui hal ini.

"Dek, kamu kalau sakit megang perut itu kenapa sih?"

Terdengar tawa darisana membuat Zavi kesal kepada adik nya.

"Ara!" tegur Zavi.

"Iya kak maaf, itu namanya sumilangen atau nyeri gitu lah kak buat wanita haid biasanya diredakan nya kompres pakai air hangat gitu," jelas Zahra.

Zavi mengernyitkan dahi nya lalu mengangguk padahal tidak dilihat.

"Yaudah makasi."

"Iya sama-sama, adek gak bakal kepo kok."

Zavi menutup sambungan telepon lalu kembali menelepon seseorang kembali.

"Tolong bawa in air hangat di plastik in," ujar Zavi di telepon dan langsung menutup sambungan tidak membiarkan darisana membalas.

Tak lama datanglah Rio dengan wajah ditekuk tapi sesaat dia melirik Zavi yang mengusap bahu Adel. Dia sudah tau kalau Zavi berpacaran dengan Adel dan ia juga turut bahagia mendengar kabarnya.

"Nih, ganggu hidup gua aja lu," cibir Rio.

"Thanks lu bisa pergi sekarang."

Rio mendelik kesal,"Hooh terserah Zav untung lu sahabat gua kalo gak mah udah gua bogem."

Rio pergi darisana karena tidak ingin menjadi kacang diantara mereka berdua. Zavi memberikan nya ke Adel yang diterima langsung untuk dikompres. Adel merasa lebih baik sekarang tidak biasanya dia mengalami hal ini.

"Makasih," ujar Adel tulus.

Zavi hanya mengangguk saja tetap mengusap lembut rambut Adel dan membiarkan Adel bersender dibahu nya.

"Zav, mau ke kelas ya," pamit Adel.

Belum sempat Adel berdiri, tangan Adel sudah digenggam dan dimasukkan ke saku celana Zavi. 

"Bareng."

Darisana Rachel mengepalkan tangan nya. Ia harus menyusun rencana lebih matang lagi untuk mendapatkan Zavi yang dulu ke dalam hidup nya. Segera ia pergi balik arah tidak ingin melihat. Sebenarnya Zavi tau kalau Rachel melihat kearah sini maka dari itu ia secara tidak langsung bilang kalau ia sudah tidak bisa kembali ke kehidupan nya.

"Makasih untuk yang tadi ya, gak biasanya begitu kok," ujar Adel.

"Hmmm."

"Yaudah bye."

Zavi menganggukkan kepala dan berlalu pergi masuk ke kelas nya bertepatan dengan bel istirahat usai.

Ketika ingin masuk ke kelas, Rachel berdiri didepan pintu dengan melipatkan kedua tangannya. Zavi berdecak ingin masuk namun ditahan.

"Bentar Zav pulang nya bareng ya," pinta Rachel tak tahu malu.

"Gak," tolak Zavi cepat.

"Kan kamu yang udah nganterin berangkat Zav berarti pulang juga dong," protes Rachel kukuh pada pendirian nya.

"Ck, jangan jadi murahan gini," bisik Zavi menabrak bahu Rachel yang menghalangi jalannya.

Rachel mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan emosi. Ia harus sabar menghadapi sikap dari Zavi agar kembali kepadanya. Dia sendiri ingin menyerah tapi perasaannya dengan Zavi semakin besar dan semakin besar pula rasa ingin memiliki nya.




















******

Tbc!

Udah vote belum hari ini? Coba absen!

Terima kasih atas 8k pembaca nya.

Gak nyangka udah sampai segini, terima kasih yang udah setia membaca dan nunggu update geer dulu aja padahal gak di tunggu ya hmm wkwk.

Pokoknya terima kasih semuanya

Love you all

AdZav Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang