Keyla mengangguk. "Tapi dia pergi sama temennya, gue gak kenal siapa. Udah dari tadi perginya." jelas Keyla.

"Iya, tadi Samudra juga langsung pergi pas dipanggil temen-temennya. Cuma liat Almarhum Brian sebentar." Bela mengubah mimiknya, kembali sedih ketika melihat cowok yang beberapa hari lalu bertemu dengannya kini harus terbaring dengan kain coklat dihadapannya tadi.

Keyla mengangguk kecil, lalu menatap sekitar. "Tapi lo udah sempet ikut doa didalem?"

"Udah tadi bareng Samudra. Kayaknya mereka bakal lama deh, mau tunggu disini aja?" tanya Bela pelan. Keyla mengangguk singkat.

"Gue disuruh Gilang tunggu sini, Bel. Nanti dia nyariin gue," Ucapan pede Keyla berhasil membuat Bela mendengkus malas.

"Lo nyusul kesini atau berangkat kesini bareng Gilang?" tanya Bela penasaran. Baru sadar bahwa Keyla tidak terlalu dekat dengan Brian, jadi agak tidak mungkin kalau sahabat nya ini rela datang sehabis pulang sekolah.

Keyla memajukan bibirnya, "Bareng Gilang."

"Serius, lo? Kok bisa?"

"Gue diparkiran, terus tiba-tiba dia narik gue. Mukanya gak tenang banget, jadi gue gak berani buat nanya dia kenapa. Terus tiba tiba dia bilang sama gue, baper parah Bel, ngalahin Samudra lo," jelas Keyla antusias. Bahkan nada nya terlalu ceria untuk situasi yang sedang genting seperti ini.

Bela memukul lengan Keyla kepo. "Ngomong apa? Buruaaan,"

Keyla tersenyum malu-malu. Sebelah alisnya terangkat. "Ikut gue, ya? Cuma lo yang bisa Key. Cuma lo." Keyla berucap dengan nada dan ekspresi yang sama ketika Gilang mengucapkannya. Membuat Bela mendatarkan wajahnya.

"Baper dimana nya, sih?" ucap Bela heran.

Keyla mendengkus, "Baper dikata selanjutnya," balas Keyla. "Kata Bebeb , cuma gue yang bisa bikin dia tenang. Cuma gue. Gue, Bela. Cuma gue. Keyla Mahendra." Keyla mengguncang tubuh Bela dengan wajahnya yang berseri-seri. Mengingat kembali wajah Gilang ketika berucap seperti itu.

"Key, Key, Key, Key---," Bela menahan tangan Keyla yang masih setia menggoyangkan tubuhnya. Wajahnya ia datarkan, walau senang sahabatnya itu bahagia, namun tetap saja, ketika alay nya kumat Bela terlalu malas meladeninya. "Udah, ish. Ancur kerudung gue!" omel Bela kesal, tapi kalem. Tangannya menarik tangan Keyla, mendorong kecil tubuh sahabatnya itu.

"Lo lupa lagi ada yang belasungkawan? Jangan gitu reaksinya, nanti pada liatin. Gak enak sama keluarga nya." ujar Bela kembali mengingatkan.

"Oiya, lupa gue. Suara gue kenceng banget ya?"

"Ya gak banget. Cuma gak enak aja kalau diliat sama keluarga dia nanti. Kemobil Samudra aja yuk, tunggu disana. Gak jauh dari sini kok, nanti bilang sama Gilang aja. Ayo,"

___________

Kedua manusia yang tengah menatap layar laptop dihadapannya itu terlihat masih fokus menonton sesuatu yang membuat tangan kedua manusia itu mengepal kuat.

Didalam layar, tepat didalam video berdurasi empat puluh menit itu adalah video kejujuran seorang Brian Macilo tentang kehidupan pahitnya. Hidup pahit yang nyatanya dilandasi kepalsuan luar biasa.

Dari awal kena lo semua, kenal lo, Samudra. Kenal lo, Gilang. Gue gak ada niatan buat jadi temen karib lo berdua. Cuma karena gue gak normal, cuma karena gue menjijikan yang bahkan gue aja gak sudi punya perasaan yang ada didalam diri gue.

Gue temenan sama lo semua cuma buat jaga image gue, Nyet. Gue gak mau harus ngurusin perasaan gak normal gue sendirian. Dengan adanya lo berdua, setidaknya ngebantu gue buat meranin cowok normal. Normal.

SAMUDRA ; My Bad Boy Husband ( END ) Where stories live. Discover now