Sebuah Penyesalan

379K 38.9K 1.6K
                                    

Jangan dilihat terus. Dia itu jebakan. Kau bisa candu dibuatnya.

- Samudra Alfa Adison

°
°
°



[ SEMBILAN ]

. . .



Lima belas menit maniknya mencari keberadaan gadis yang tiba-tiba hilang setelah menyusun belanja kedalam kulkas.

Sedikit ribut dulu tadi, karena semua minuman kaleng miliknya harus diusir dari tempatnya, digantikan oleh sayuran dan makanan yang dibeli gadis itu.

Bahkan sekarang Samudra tidak tahu, kemana minuman Favorite nya itu berada.

Dan begitu kakinya melangkah menuju taman belakang, bisa dilihat gadis yang sedang ia cari tengah membuang satu-persatu minumannya.

Hal yang membuat mata Samudra berhasil membulat sempurna.

Dengan langkah seribu, Samudra segera menghampiri Bela yang akan menjatuhkan kembali kaleng minum tersebut.


"Lo ngapain sih!?" Samudra menarik paksa kaleng minumnya dari tangan Bela.

Maniknya kini menatap kardus yang isinya tinggal beberapa kaleng minumannya. Hampir keseluruhan sudah terbuang kedalam tong sampah rumahnya.

"Menurut lo?" Bela kembali merebut kaleng minum itu dari tangan Samudra. Namun nihil, karena cowok itu segera menahannya.

"Ngapain dibuang sih? Masih mau gue minum."

"Gak sehat, Dra. Lo keseringan minum kaya gitu. Siniin," pinta Bela seraya menatap manik Samudra datar.

Sontak Samudra menggeleng, lalu badannya membungkuk untuk memeluk kardus dimana minuman kesayangannya berada.

"Gak. Gue masih mau minum. Ini punya gue, bukan punya lo." tolak Samudra seraya menatap tajam Bela.

Gadis berjilbab merah muda itu hanya menghela nafasnya pasrah, lalu berjalan masuk kedalam rumah meninggalkan Samudra.

"Terserah, asal jangan ditaro kedalem kulkas lagi."

"Ga---"

"Atau minuman itu bakalan gue buang lagi." lanjut Bela enteng, memotong ucapan Samudra yang akan menolak keputusannya.

Mendengar hal itu pun membuat Samudra berdecak sebal. Itu adalah minumannya, dia juga yang minum, kulkas juga miliknya. Kenapa Bela semua yang mengatur? Dan kenapa juga dia nurut?

"Basi kalo gak dingin," Samudra menyusul Bela yang sedang berjalan menuju dapur.

Entah kenapa dirinya juga tak bisa membantah ucapan istrinya itu. Padahal kalau dia sedang diatur-atur seperti ini, mudah caranya untuk membuat mereka bungkam.

Tendangan dan pukulan sedikit sudah berhasil membuat mereka diam. Bahkan tatapan mautnya saja sudah cukup. Tapi kenapa sama Bela tidak ngaruh? Dan kenapa juga dia selalu pasrah olehnya? Samudra tidak habis fikir.

"Lo abisin aja semua kalo gitu," ucap Bela seraya berjalan mengambil mangkuk didalam rak atas kompor.

Samudra melirik semua botol kalengnya. Totalnya ada 6. Mudah untuknya menghabiskan 6 kaleng itu. Tapi mengingat minuman nya sudah tidak dingin, Samudra bisa bayangkan kalau rasanya akan sedikit berubah.

SAMUDRA ; My Bad Boy Husband ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang