Mati lampu part satu

356K 38.7K 7K
                                    

Jika dulu datangmu adalah kekacauan buatku, kini pergimu adalah penyesalan terbesarku.

- Arabella Nouis

°
°
°


[ DUA PULUH DUA ]

. . .


Selesai dengan pakaiannya, Bela pun melangkah keluar kamar mandi. Mendapati Samudra yang tengah sibuk dengan game-nya.

Setelah tinggal bersama tentu Bela membuang jauh-jauh kebiasaannya yang selalu keluar hanya menggunakan handuk setiap selesai mandi.

Dan sekarang, Bela terbiasa memakai baju didalam kamar mandi.

Tak memakai kerudungnya kembali juga sudah Bela lakukan. Mencoba terbiasa akan hal itu.

"Ah, bangsat."

Dan satu hal itu juga sudah biasa kupingnya dengar. Umpatan kekesalan dari bibir cowok bertatto itu setiap kali sibuk dengan permainannya.

Tak mau ambil pusing, Bela pun berjalan menuju lemarinya, mengambil handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya.

Dengan sekali gerakan, Bela menundukan kepalanya, lalu menaruh handuk tadi menutupi seluruh rambutnya.

Mengacak pelan setiap permukaan rambut, agar lebih kering dan tidak terlalu lembab.

Namun ketika tangannya sedang sibuk mengacak handuk diatas kepalanya, tiba tiba tarikan pada pingganya terasa, membuatnya memekik tertahan.

"NGAPAIN SIH!?"

Karena tak bisa melihat akibat handuk yang menutupi kepalanya, tanpa sengaja Bela memeluk leher si pelaku. Takut kalau ia jatuh karena tarikan tiba-tiba itu.

Dan sekarang, hell no, Bela berada dipangkuan paha kokoh yang seperti nya Bela tahu pemilik paha itu.

Tangan kekar bertatto itu menarik handuk yang menutupi kepala gadisnya. Membuat manik mereka bertemu otomatis.

"Gak gitu kalo mau ngeringin rambut," ucap Samudra memberitahu. Dengan entengnya dia merapihkan rambut basah Bela, membuat siempunya terkejut bukan main.

Tangan yang sempat memeluk leher Samudra itu sontak Bela jauhkan. "Gausah gini juga," cicit Bela seraya mendorong dada Samudra. Mencoba bangkit dari pangkuan cowok itu.

Tak mau membiarkan gadis nya pergi, Samudra memeluk pinggan Bela dengan sebelah tangannya. Mengunci tubuh gadisnya agar tidak pergi kemana-mana.

Perlakuan yang berhasil membuat jantung gadis itu merontah ingin keluar.

"Dra, ih, lepasin," Bela memukul pelan tangan Samudra yang melingkar manja dipinggangnya.

Ayolah, Bela juga cewek normal kalau berdekatan dengan cowok tampan modelan Samudra itu tetap saja ujungnya salting.

Apalagi cowok itu menatap lurus kearahnya, membuat Bela ingin pingsan detik itu juga.

"Kenapa? Biar gampang keringinnya," ucap Samudra santai, tangannya menaruh handuk kecil tadi keatas kepala Bela.

Gelengan kecil dari kepala berambut basah itu pun terlihat. "Gausah gini juga, gue risih," lirih Bela sedikit menunduk, mencoba menormalkan degupan jantungnya yang sialnya semakin tidak beraturan.

SAMUDRA ; My Bad Boy Husband ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang