"Tolong—"
Ucapan Bagas terpotong begitu saja. Detik selanjutnya, Hugo kembali menendang Bagas. Kali ini lebih brutal, tendangannya bertubi-tubi.
Erangan Bagas semakin menjadi-jadi. Darah terus saja keluar dari mulut dan sekujur tubuhnya. Matanya sudah menggelap, pandangannya kabur.
Terakhir, indra pendengarannya hanya menangkap umpatan demi umpatan dari Hugo. Bagas sempat menoleh menatap Fla yang semakin menjauh menghilang dibalik semak-semak. Matanya memburam, sebelum akhirnya menutup sempurna.
Ia tidak sadarkan diri dengan luka cukup mengenaskaan disekujur tubuhnya.
- o0o -
Bagas membuka matanya perlahan, berusaha memfokuskan pandangannya yang masih kabur.
Ruangan berlatar putih memenuhi penglihatan Bagas, ia mengedarkan matanya perlahan, berusaha mencari seseorang yang mungkin bisa ia tanya beberapa hal yang kini memenuhi pikirannya.
Tidak menemukan seorang pun, Bagas berusaha mendudukkan tubuhnya. Ia meringis, menahan sakit disekujur tubuhnya. Badannya seperti remuk redam saat ini.
Merasa tenggorokannya kering, ia berusaha meraih segelas air diatas meja. Namun naas tangannya gemetar, membuat gelas kaca itu hancur mengenaskan dilantai rumah sakit itu bersamaan dengan derit pintu terbuka.
"Astaga!"
Pekikkan seorang perempuan membuat Bagas menatap kearah pintu, tersentak sekaligus terkejut saat melihat siapa sipemilik suara itu.
"Maaf, aku gak tau kalau kamu sudah bangun." katanya, seraya berjalan kearah pecahan beling itu.
"Sebentar, aku panggil petugas kebersihannya dulu. Sekalian ambil minum untuk kamu. Ya?"
Perempuan itu berlari kearah pintu, setengah berteriak memanggil petugas kebersihan rumah sakit.
Jangan tanya bagaimana Bagas saat ini. Lelaki itu hanya bergeming, menatap lekat-lekat setiap gerakan yang dilakukan oleh perempuan itu. Ia bingung, bingung dengan keadaan tetapi ia juga tidak bisa memungkiri rasa senang yang membuncah di hatinya. Jadi, bolehkan Bagas berharap?
Mendekap gadis itu sekarang juga misalkan?
Terlarut dalam pikannya, Bagas bahkan tidak sadar bahwa perempuan itu mengajaknya bicara. "Gas? Aku tanya kamu." katanya.
Bagas bergumam, menatap balik perempuan itu. "Jadi minum?" tanyanya lagi.
Lelaki itu mengangguk kecil, lalu meraih sodoran gelas yang diberikan perempuan didepannya.
"Aku bantu kamu makan ya? Badan kamu kuat kan untuk duduk sedikit lama?"
Bagas kembali terdiam, masih saja menatap lekat tanpa mengeluarkan sepatah kata. "Sebentar aku ambil--"
"Hei!" Bagas menangkap cepat tangan perempuan itu, menyatukan keduanya seraya menggenggam erat.
"Lo baik-baik aja 'kan?" tanya Bagas tanpa melepas tatapannya.
Perempuan itu kini malah terbungkam, ia hanya mampu mengangguk kecil membalas pertanyaan tiba-tiba dari Bagas.
Tatapan Bagas kini turun pada genggaman tangannya disana, ia mengelus pelan hingga terdengar helaan napas dari bibirnya. "Maaf--" cicitnya pelan.
"Maaf karena terlalu buta tentang hal yang menyangkut lo. Dan, maaf untuk...segala hal tentang gue yang pernah menyakiti lo."
Perempuan itu mengerjapkan matanya, seakan tidak percaya bahwa seorang Bagas bisa mengatakan hal semacam itu dengan penuh penyesalan.
Bagas kembali menatap perempuan itu lamat-lamat. Manik mata keduanya bertemu, saling mengunci, seakan mengerti apapun yang ingin terungkap detik ini juga.
"Fla, please say 'yes' now!"
"Kenapa gitu?"
"Bilang aja sekarang!"
"Aku belum maafin—"
Detik selanjutnya, mata Fla melebar. Ia bungkam seribu bahasa saat Bagas menariknya dalam dekapan lelaki itu. Mendekap kuat seolah ini memang seharusnya yang ia lakukan sejak dulu. Melindunginya.
"Fla."
Fla merespon dengan gerakan kepalanya dibahu Bagas. Membuat Bagas melanjutkan kalimat rancu yang berhasil membuat jantung Fla berdetak lebih cepat.
"Mulai sekarang, jadi ibunya anak basis ya? Gadisnya panglima muda anak basis yang sebentar lagi jadi Ketua umum basis bung Tomo."
- o0o -
.
.
.
.
Hay hay hay!!!
Gak nyangka ish dilapak ini masih ramai rupanya setelah tamat.
Aku pikir Alpha gak akan laku, mengingat gimana dulu aku nulis tanpa respon dari manapun. Bikin celotehan sendiri, baca sendiri, ngevote sendiri, ngoceh sendiri disetiap bab pula 😌
Tapi ternyata khawatirnya ilang semakin kesini, mungkin memang ceritanya belum sempurna, banyak rancunya, atau gak nyambungnya. Tapi seneng bgt waktu liat pembaca tiap hari nambah bahkan vote juga... Seneng deh, berasa diharhai banget...
Jadi, mau gak bantu aku?
Coba sebutkan mana yang bkin kalian bertanya-tanya dari semua bab dicerita ini?
Bagian mana aja ada "Plot hole"- nya?
Yuk yuk ramaikan dikolom komen, okey!!
Borahae ♥
YOU ARE READING
ALPHA [COMPLETE]
Teen FictionSUDAH LENGKAP, SEDANG TAHAP REVISI ♥ BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK! Bagas Reka, siapa yang tidak tau lelaki ini di STM Bung Tomo. Lelaki dingin yang tidak pernah mau meladeni siswa perempuan yang berusaha mendekatinya setiap saat, paling disegani o...
Extra part (Flashback Mode)
Start from the beginning
![ALPHA [COMPLETE]](https://img.wattpad.com/cover/180453113-64-k362444.jpg)