4. Rumah Pohon (revisi)

3.7K 246 12
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya. Ini adalah waktu bagi Bagas untuk mengumpulkan para junior-juniornya untuk ngambil setoran uang kali dua, yang pagi tadi ia dan temannya perintah untuk mereka.

Jangan berfikir bahwa uang hasil pemalakan itu hanya untuk para senior bersenang-senang. Bagas dan senior yang lainnya tidak pernah menggunakan uang hasil pemalakan itu untuk kepentingan pribadi. Uang hasil pemalakan itu murni terkumpul untuk kepetingan bersama, tidak akan ada yang berani menggunakan tanpa adanya izin dari para pemimpin.

Kini Bagas berada dikoridor kelasan Teknik Elektronika. Ia tidak sendiri, ada Pram, Gabriel dan Arif yang selalu bersama dengannya. Bagas akui dari banyaknya anak basis disekolah, ia hanya deket dengan ketiga lelaki itu. Bagi Bagas, ketiga lelaki itu satu paket, paling enak diajak berbicara dalam situasi apapun.

Kelas pertama yang akan Bagas dan temannya datangi adalah kelas 10 Teknik Elektronika, sebelum akhirnya mereka melanjutkannya ke-8 kelas jurusan lainnya.

Lagipula dikelas itu, hampir semua anak laki-lakinya ikut basis. Alasan lainnya, karena disana banyak adik-adik gemesh anak kabel, itu alasan Gabriel. Berbeda dengan alasan Bagas. baginya, kelas itu adalah yang paling dekat dengan koridor kelasannya.

Bagas berdiri diambang pintu kelas itu dengan tatapan dingin yang biasa ia tunjukan pada adik kelasnya. "Ikut gue!" Katanya dingin.

Kedaan kelas seketika hening mendengar suara Bagas, bersamaan dengan beberapa anggota anak basis yang mulai melenggang keluar kelas.

Bagas memperhatikan anak-anak lain yang membisu dikelas itu, hingga tidak sengaja manik matanya seakan tertarik pada sosok perempuan disana. Tepat dikursi nomor 4 barisan kedua.

Perempuan itu menatap Bagas dengan wajah datar. Tapi Bagas menyimpulkan bahwa gadis itu sedang memperhatikannya sejak tadi. Bagas yang merasa diperhatikan, membalas tatapannya tanpa mengubah raut wajahnya. Ia memilih mengakhiri tatapan itu lebih dulu, tidak ingin ambil pusing apalagi jika itu perkara perempuan.

- 0o0 -

Bagas, Pram, Arif dan Gab. Menggiring semua adik kelasnya dari setiap kelasan menuju satu tempat rahasia yang biasa mereka sebut-markas kecil.

Tidak, tempat itu bukan gudang sekolah kosong atau bangunan sekolah yang tidak terpakai. Faktanya, tempat rahasia itu adalah sebuah rumah pohon yang tidak terlalu besar, tapi cukup untuk menampung 10-15 orang didalamnya.

Rumah pohon itu terletak dibelakang STM Bung Tomo . Disana ada tanah kosong tanpa memilik, yang ditumbuhi pohon-pohon besar dan semak belukar. Sepertinya pohon itu sudah berusia puluhan taun, terlihat dari akarnya yang menembus hingga keluar tanah serta akar menjuntainya yang bisa dijadikan ayunan.

Anak basis Bagas, membuat rumah pohon itu ditengah-tengah lahan rimbun. Jadi selain anggota anak basis, tidak akan ada yang tau bahwa di tengah rimbunnya lahan itu ada hunian kecil yang mereka buat.

Bagass dan yang lainnya memakai tempat ini hanya untuk menagih setoran kali dua sekaligus pelarian terbaik saat jam kosong dan jam istirahat.

Rumah pohon itu betul-betul hasil karya tangan Bagas dan temen-temennya. Mereka sengaja bikin tongkrongan yang berbeda dari biasanya, membuatnya nyaman dan mengasikkan sekaligus.

Ah iya-mereka juga mempunyai tempat rahasia satu lagi. Pusat dimana seluruh anggota anak basis mengendalikan atau dikendalikan. Markas besar, mereka menyebutnya begitu.

- 0o0 -


Bagas, Gabriel, Arif, dan Pram, berdiri dibawah rumah pohon. Menatap sengit kearah adik kelasnya yang kini berbaris dihadapan mereka.

ALPHA [COMPLETE]Where stories live. Discover now