5. Pindah sekolah?

3.6K 226 3
                                    

Ada cara yang baik untuk menghadapi takdir yang tidak kita inginkan..

Mengikhlaskan namanya..

- Fladesa -
------------------------------------------------------

Seperti hari-hari biasanya. Fla Aira dan Orin pulang sekolah bersama dengan menaiki angkutan umum kota.

Sebenarnya, bisa saja kami pulang dengan supir jemput pribadi Orin atau Aira, tapi mereka bertiga lebih memilih naik angkutan umum, kenapa? Karna mereka akan terbebas dari pengawasan supir pribadi kedua teman Fla yang super duper ingin tau urusan anak muda. Seperti menyimak curhatan merrka misalnya, hal itu sering sekali dilakukan para supir pribadi kedua temannya lalu berujung menjadi mereka yang mendengar cerita nostalgia dari si pak supir—masa mudanya dulu katanya.

Berbeda dengan Fla, alasannya lebih suka naik angkutan umum adalah karena ia tidak ingin merepotkan Orin ataupun Aira agar memerintah supir pribadi mereka mengantarkan gadis itu sampai depan rumah.

Sungguh, bagi Fla itu sangat merepotkan orang lain dan ia benci itu. Selama ia bisa melakukannya sendiri, kenapa harus melibatkan orang lain—pikirnya. Bukan tidak membutuhkan orang lain, ia hanya tidak ingin merepotkan, tolong garis bawahi!

Kini mereka bertiga sedang berada didalam angkutan umum. Keadaan jalan raya cukup padat sore ini, ditambah lagi ini adalah jamnya orang pulang kerja.

Fla menghela napasnya, sudah hampir 30 menit mereka terjebak kemacetan, padahal biasanya hanya butuh 15 menit angkutan umum ini sudah sampai didepan gerbang komplek tempat tinggal Fla.

"Macet banget sih." Ujar Fla, lebih mirip menggerutu.

"Kenapa sih emang? Nama juga udah sore." Balas Aira santai.

Fla menoleh tajam, berdecak malas mendengar perkataan Aira.

"Fla, Ra. Gue mau ngomong nih, ini penting banget." Orin tiba-tiba memulai pembicaraan— nadanya terdengar serius.

"Yaelah, sok serius lo ah. Biasanya juga gak bisa serius." Kata Aira, meledek Orin.

Orin mendelik, "Emang gue kayak lo, gak pernah serius, makanya gak ada yang mau serius sama lo!" Tukasnya sarkastik.

Fla tertawa mendengar ucapan Orin, ditambah lagi dengan melihat wajah Aira yang menatap kami tajam, sambil mengacungkan jari tengah didepan wajahnya.

"Mau ngomong apa Rin?" Tanya Fka, masih sedikit tertawa.

"Gini Fla ja-—"

"Oh gitu, yang diajak Fla aja, gue nggak, kualat lo berdua!" Potong Aira, kesal.

"Apa sih Ra, astagfirullah!"

Aira menampilkan cengiran menyebalkannya, sedangkan Orin memutar bola matanya malas melihat tingkah Aira.

"Lanjut Rin!" kata Fla.

Orin berdecak malas, "Udah gak mood, sial." katanya

Kini Aira dengan spontan menempeleng kepala Orin, "Ambekan amat lu, lanjut aja kenapa sih?!." Katanya tanpa bersalah

"Lu yang bikin gak mood, sialan!" Kini gantian Orin yang menempeleng kepala Aira.

"Eh sialan lo!"

Baru saja keduanya ingin saling menjambak, Fla mengintruksi. "Jadi cerita kaga sih?!" serunya.

Orin yang punya hajat sontak menegakkan tubuhnya, melepas tangannya yang sudah bertengger di rambut Aira. "Jadi dong!" teriaknya seraya merapikan rambut.

ALPHA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang