CHAPTER 18

1.3K 227 105
                                    

Haeyoung memberikan alasan bahwa cukup sulit mendapatkan pekerjaan pada masa sekarang dan ia berkaca pada Namjoon—yang tak kunjung mendapat pekerjaan, kala ia memberi tahu Yoongi dirinya akan kembali bekerja begitu masa cutinya habis. Namun Haeyoung tak sepenuhnya berbohong. Di tengah situasinya sekarang, mencari pekerjaan baru jelas akan cukup merepotkan untuk dilakukan, di saat ia memiliki banyak hal untuk diselesaikan.

"Ke mana kau akan pulang besok?" tanya Yoongi, pada Haeyoung yang masih berada di dekapannya. Malam panjang nan panas baru saja mereka lalui dan istirahat adalah sesuatu yang baru mereka cecap sejak sepuluh menit sebelumnya.

"Jika aku mau ke sini, apa kau akan menerimaku?"

"Kenapa tidak?"

"Aku ingin pulang ke rumahku. Mungkin emosi Namjoon sudah lebih baik sekarang. Bagaimanapun juga, kami harus menyelesaikan masalah ini."

"Tidak sekalian menyelesaikan hubungan kalian?"

Haeyoung mendongak dengan tatapan sebal yang ia tujukan pada pria pucat itu. "Tidak seperti itu juga. Sudah kubilang aku men—"

"Kau mencintainya. Aku tahu. Tapi jika nanti kau mungkin akan berubah pikiran dan memutuskan untuk meninggalkannya, katakan padaku."

"Kau menyukaiku, ya?" Haeyoung tak basa-basi sedikit pun. Sejak Haeyoung tinggal di rumahnya, Yoongi seolah perlahan menunjukkan warnanya yang sebelumnya selalu terlihat abu-abu. Menegaskan bahwa hubungan mereka sebatas dua orang yang saling memuaskan satu sama lain, tapi perhatiannya juga menunjukkan seakan ada hal lain yang mendasarinya.

"Sedikit." Singkat, tapi itu cukup untuk membuat Haeyoung terkejut. "Dan akan menjadi hakmu untuk membuatku menambah kadarnya, atau memupusnya segera."

"Bagaimana bisa?" Haeyoung melonggarkan pelukannya agar lebih leluasa memandang wajah Yoongi. "Aku tidak punya hak atas perasaanmu, juga milik orang lain. Bahkan aku tidak bisa mengendalikan perasaanku sendiri saat aku memiliki hak penuh atas itu."

Perasaan Yoongi menjadi hak penuh atas diri Yoongi sendiri. Haeyoung tak memiliki hak untuk mengaturnya, bahkan di saat pemilik atas perasaan itu sendiri tidak memiliki kendali. Perasaan itu muncul bukan atas dasar permintaan Haeyoung, jadi rasanya tak tepat jika ia meminta Yoongi untuk menyukainya lebih dari kata sedikit atau malah memupuskannya sekalian.

"Jika besok kau bertemu Namjoon dalam keadaan baik, apa yang ingin kaubicarakan? Atau kau akan menuntut permintaan maaf darinya?"

"Namjoon selalu minta maaf tanpa kuminta setiap kali habis menyakitiku. Aku ragu untuk besok karena kesalahanku cukup besar untuk ditoleransi."

"Jadi apa yang ingin kaubicarakan dengannya?"

"Bagaimana masa depan hubungan kami, mungkin? Walau aku seperti tak dapat melihat apakah akan ada masa depan yang baik, tapi untuk kali ini, aku ingin menyerahkan keputusan padanya."

"Jika dia memilih pergi?"

"Dia berhak melakukannya."

"Bagaimana denganmu?"

"Kembali hidup sendiri. Sudah pasti. Atau datang padamu dan membuat kau semakin menyukaiku."

***

Beberapa rekan di hagwon menanyakan kabar Haeyoung begitu ia kembali bekerja. Mereka juga menanyakan apakah dirinya sungguh sudah membaik, karena Haeyoung mengajukan cuti karena alasan kesehatan. Walau tidak memeriksakan diri ke rumah sakit langsung, Haeyoung beruntung memiliki Hoseok yang mau membuatkan surat dokter palsu untuknya dengan peringatan itu pertama dan terakhir dirinya melakukan penyelewengan atas pekerjaannya.

PORCELAINE [TELAH TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora