CHAPTER 09

1.5K 219 97
                                    

Namjoon banyak membuat Haeyoung tertawa hari ini. Pagi tadi tiba-tiba pria itu sudah memakai celemek di dapur saat Haeyoung baru terbangun. Katanya ingin membuat sarapan. Padahal yang dibuat hanya roti panggang dengan isian daging ham dan telur orak-arik, tapi tampilannya seperti akan masak besar. Itu pun rotinya gosong, begitu juga telurnya.

Siangnya, keduanya bersantai di ruang tengah. Namjoon memberikan kotak ungu dengan pita putih berukuran sedang. Katanya perwujudan permintaan maaf, tapi begitu dibuka, Haeyoung malah menertawakan isinya.

"Kenapa harus yang itu? Bukankah ada yang lebih besar?"

Haeyoung tidak mengerti apa yang ada di pikiran kekasihnya sampai permintaan maaf pun diwujudkan dengan hadiah berupa sex toy. Sungguh, Namjoon memberinya semacam vibrator berwarna ungu muda yang ukurannya terbilang kecil dengan kontroler terpisah.

"Tidak, tidak. Nanti milikku tersaingi kalau memberimu yang besar."

Mata Haeyoung melotot, namun kemudian kembali tertawa karena senyum geli di wajah Namjoon. Terkadang mereka melakukan dirty talk seperti sekarang, dan entah kapan mereka terakhir melakukannya hingga Namjoon kembali membawanya.

"Tidak akan ada yang bisa menyaingi milikmu, Joon." Lalu tangan Haeyoung usil menekan bagian intim kekasihnya.

"Ya! Jangan cari masalah. Sekarang masih tengah hari."

"Aku tahu. Kita juga masih harus belanja. Cepat siap-siap."

Untuk akhir pekan ini, Haeyoung dan Namjoon menyusun rencana kegiatan untuk dilakukan bersama. Salah satunya adalah belanja, sebab kulkas dan lemari persediaan makanan nyaris kosong. Terlalu lama diabaikan, mengingat seberapa sering pertengkaran yang mereka ciptakan belakangan ini.

Supermarket terdekat hanya berjarak sepuluh menit berkendara dan biasanya mereka akan berpakaian santai—terkadang hanya memakai pakaian rumah seperti kaus dan celana training, tapi tidak hari ini. Mereka ada rencana lain setelah belanja, dan baru pulang mungkin tengah malam nanti.

"Daftarnya sudah benar semua, 'kan?" Sekali lagi Haeyoung ingin memastikan bahwa daftar belanja yang mereka buat semalam sudah benar dan lengkap. Terkadang Namjoon diam-diam iseng menyisipkan cemilan yang ingin dimakannya sendiri dan membuat anggaran membengkak.

"Kau sudah memeriksanya berkali-kali, Hae. Aku tidak menyisipkan apa pun."

"Baiklah."

Karena sekarang adalah akhir pekan, supermarket sudah cukup ramai meski hari masih siang. Haeyoung harus bersabar untuk mengambil apa yang ada di daftar belanjaannya, jika ada troli milik pengunjung lain yang menghalangi. Biasanya yang lama memilih adalah yang tidak menyusun daftar belanja seperti dirinya. Bingung memilah merek ini atau itu, ukuran ini atau itu.

"Dagingnya tidak akan busuk kalau di bagasi sampai malam, 'kan?" tanya Namjoon. Karena tidak tahu apa pun tentang belanja, yang dilakukannya hanya mengikuti Haeyoung sambil mendorong troli, dan sesekali bertanya seperti barusan.

"Tidak ada samgyeopsal di daftar belanja, jadi aman."

"Tidak ada samgyeopsal? Kenapa? Itu ada di daftar, aku ingat." Namjoon yang begitu menyukai jenis daging itu jelas protes. Saking sukanya, Namjoon sering memasaknya sebagai campuran ramen.

"Kucoret. Kita tidak langsung pulang, takutnya dagingnya jadi tidak bagus kalau terlalu lama di bagasi."

"Tapi, Hae—"

"Besok akan kubelikan sepulang mengajar." Bukan Haeyoung ingin menghapus sepenuhnya makanan kesukaan Namjoon, ia hanya mempertimbangkan berdasarkan situasi.

PORCELAINE [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now