CHAPTER 05

1.6K 226 40
                                    

"Berapa banyak yang kau kerjakan?"

"Ada tiga untuk minggu ini."

Sejujurnya, Haeyoung selalu dibuat kagum setiap kali Namjoon menunjukkan pembuktian atas kecerdasan otaknya. Mengerjakan prototipe proyek tugas akhir secara utuh bisa memakan waktu yang cukup lama, namun Namjoon bisa menyelesaikan tiga sekaligus dalam waktu seminggu. Pantas saja, Namjoon bisa meraup nominal yang lumayan dan bisa mengajak Haeyoung ke restoran hanwoo malam ini.

"Kenapa kau tidak coba membangun perusahaanmu sendiri? Aku bisa membantumu mendapatkan pinjaman kalau kau mau. Meski tidak besar, setidaknya kau bisa menyalurkan kemampuanmu di sana.

Namjoon tampak berpikir. Tangan kanannya sibuk membalik daging di atas panggangan agar tidak gosong. Selesai semua daging dibalik, Namjoon menggeleng. "Kau tahu, aku tipikal eksekutor. Memimpin perusahaan tidak sesederhana itu meski lingkupnya masih cukup kecil. Ada banyak yang harus kuurus, dan itu malah akan membuat perhatianku pada apa yang kusukai jadi sedikit teralihkan."

"Bisa kau jelaskan maksudmu?" Haeyoung melipat tangan di atas meja. Memberikan seluruh atensinya pada pria pemilik lesung pipi manis di hadapannya. "Setidaknya kau masih membawahi sesuatu yang kau sukai."

Namjoon mengambil satu potongan daging untuk diletakkan ke piring kecil Haeyoung sebelum menjawab, "Kemampuan multitasking-ku tidak terlalu bagus. Sementara menurutku, memimpin perusahaan sendiri berarti aku harus bertanggung jawab akan banyak hal sekaligus, dan aku pun tidak yakin dapat menemukan seseorang yang bisa menutupi kekuranganku. Jadi kupikir, aku akan jauh lebih menikmati dan fokus jika hanya memiliki satu atau mungkin dua tanggung jawab."

Haeyoung tidak membantah. Ia mencermati apa yang Namjoon katakan sembari memakan potongan daging yang terus kekasihnya berikan ke atas piring. Haeyoung sangat menghargai sudut pandang Namjoon mengenai membuka perusahaannya sendiri, walau di sisi lain dirinya tahu bahwa pria di hadapannya ini hanya tidak menyadari potensi besar dalam dirinya.

Yang mengenalnya tahu betul bagaimana cerdasnya Namjoon. Potensinya besar, namun tak terlihat karena dirinya terlalu lama berada dalam cangkang telur bernama obsesi untuk menjadi eksekutor di perusahaan pengembang game lain. Haeyoung ingin memancing Namjoon untuk keluar dari cangkang telurnya, namun setiap kali dirinya memaksakan pendapat, prianya itu akan kesal.

"Apa yang kau lakukan selama aku di luar?" Gantian Namjoon yang kini mengutarakan rasa penasarannya. "Kemarin kau bilang habis bertengkar dengan Hoseok. Ada apa?"

"Dia melihatku di kelab." Haeyoung jujur. Hoseok menyeretnya keluar dari kelab dan langsung mengantar Haeyoung pulang. Cukup lama dokter muda itu tinggal di apartemen Haeyoung untuk memastikan wanita itu terlalu malas untuk kembali ke tempat pengap itu.

"Untuk yang satu itu, aku setuju dengan Hoseok." Namjoon tidak suka Haeyoung ke kelab sendiri tanpa dirinya. "Apa yang kau lakukan di sana? Bergelayutan dengan sembarang pria?"

"Tidak sembarangan juga. Aku hanya memilih pria mana yang tampan dan tinggi sepertimu."

Namjoon hanya mendesis dan memilih untuk tidak menanggapi jawaban Haeyoung. Walau Namjoon tahu bahwa jawaban itu memiliki dua arti yang sama-sama benar. Haeyoung ingin menggodanya, sekaligus dirinya memang suka bergelayut pada pria seperti saat di kelab. Memisahkan Haeyoung dari kelab sama mustahilnya membuat Namjoon melupakan obsesinya terhadap pekerjaan impiannya.

***

"Somin serius akan menetap di Korea?" Yoongi bertanya pada Jimin dengan suara yang agak pelan. Keduanya tidak ingin mengganggu Jungkook yang sedang menguji versi terbaru game yang dirilis oleh perusahaan Yoongi, sebelum dirilis minggu depan.

PORCELAINE [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now