CHAPTER 14

1.5K 213 92
                                    

WARNING!

CHAPTER INI MENGANDUNG KONTEN 18+! LEBIH EKSPLISIT DARI YANG BIASA AKU BUAT. BAGI YANG MERASA TIDAK NYAMAN UNTUK MEMBACA KONTEN SEJENIS, PLEASE STEP BACK! KEEP GOING? TAKE YOUR OWN RISK!

***

Namjoon bisa saja menghajar habis-habisan pemuda yang kini duduk dengan gaya angkuh di ruang tengah apartemennya. Sejak datang lima menit sebelumnya, pemuda yang memperkenalkan diri dengan nama Kim Taehyung itu sudah meninggalkan kesan yang amat sangat tidak baik. Menekan bel dengan bar-bar, menyerobot masuk begitu Namjoon membuka pintu, dan meneriakkan nama Haeyoung tanpa tahu sopan santun.

Jika Namjoon tidak sedang penasaran sekali dengan maksud kedatangan Taehyung dan apa hubungannya dengan Haeyoung, mungkin ia sudah melayangkan beberapa pukulan dan merusak wajah rupawan Taehyung. Sayangnya, untuk kali ini Namjoon harus mati-matian menekan egonya demi mengetahui sesuatu yang sepertinya disembunyikan kekasihnya selama ini.

"Apa hubunganmu dengan Haeyoung Noona?" Sungguh, harusnya yang melontarkan pertanyaan itu adalah Namjoon. Taehyung yang menyerobot rumahnya sembarangan dan sekarang malah menanyakan hal yang jawabannya bukan menjadi haknya.

"Katakan apa maumu, atau keluar dari rumahku sekarang." Namjoon tidak yakin dapat menahan kesabarannya lebih lama lagi. Taehyung jelas lebih muda darinya, tapi lagaknya lebih menyebalkan dari seseorang yang selama ini selalu terpaksa ditemuinya.

"Aku mau bertemu Haeyoung Noona. Apa lagi?" Taehyung menyandarkan punggungnya pada pada sandaran sofa, sementara ujung-ujung jari kanannya menari di permukaan lengan sofa. "Aku merindukannya karena dia menghindariku selama ini."

"Apa katamu?"

Lantas Taehyung mendesah keras. Tanpa rasa takut ia menatap lurus pada mata naga Namjoon yang jelas sekali telah dikuasai amarah. "Tapi sekarang aku tahu kenapa. Karena kalian tidak mirip, jadi pasti kau bukan saudaranya. Wah... bagaimana bisa dia bermain denganku saat sudah punya kekasih yang tinggal satu atap?"

Namjoon telah sampai pada batasnya. Satu-satunya benda yang bisa ia raih adalah cangkir bekas kopinya di meja dan dengan cepat ia lemparkan ke arah Taehyung. Jika pemuda itu tak cepat menghindar, mungkin kepalanya kini sudah berdarah.

Sayangnya serangan Namjoon tak berhenti di situ. Ia menghampiri Taehyung, mencengkeram kerah kemeja yang dikenakannya, dan melayangkan beberapa pukulan yang tak sempat dielak. Taehyung harus menahan sakit saat hantaman kepalan tangan Namjoon bersarang tepat pada batang hidungnya.

"Itu untuk omong kosong yang tadi kaukatakan. Sekarang keluar dari rumahku!"

Meski tengah kesakitan, Taehyung masih sempat menertawakan apa yang Namjoon katakan padanya. "Kenapa kau harus semarah ini jika menganggap semua omonganku hanya omong kosong? Kekasihmu memang bermain denganku." Mata Taehyung melebar dengan sorot menyeramkan. "CHOI HAEYOUNG TIDUR DENGANKU! DIA TIDUR DENGAN SISWANYA SENDIRI DAN AKU MEMBAYARNYA! APA ITU TERDENGAR SEPERTI OMONG KOSONG BAGIMU?"

Bom waktu yang selama ini Haeyoung sembunyikan di belakang kekasihnya akhirnya meledak. Namjoon yang selama beberapa waktu terakhir menahan diri untuk tidak kehilangan kendali atas dirinya, akhirnya harus mengaku kalah. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah dirinya ingin menghabisi Taehyung saat ini juga.

Walau Taehyung berusaha memberontak, tenaga Namjoon sulit untuk dikalahkan, seakan bertambah semakin besar karena emosi yang menguasainya. Ia kini harus rela wajahnya babak belur dan mungkin hidungnya akan benar-benar patah.

Taehyung hanya dapat memrediksi sejauh itu, namun ia mulai menyadari kesalahannya saat pukulan Namjoon tak kunjung berhenti meski wajahnya sudah sangat memrihatinkan. Bukan hanya hidung yang patah, Taehyung kira Namjoon akan sanggup mematahkan seluruh tulang di tubuhnya, andai suara yang familiar bagi keduanya itu tidak mencuri perhatian.

PORCELAINE [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now