CHAPTER 16

1.2K 249 76
                                    

Haeyoung enggan ke rumah sakit. Katanya, Namjoon bisa saja mencarinya ke sana dan Haeyoung tak mau mengambil risiko tersebut. Akan tetapi, ia membutuhkan perawatan akan luka-lukanya. Butuh beberapa hari hingga Haeyoung dapat duduk dengan benar—untuk tidur pun lebih sering posisi miring atau tengkurap—dan itu membuat Yoongi sadar bagaimana gilanya Namjoon dalam menyiksa kekasihnya sendiri.

Alih-alih menelepon dokter yang menangani Haeyoung tempo hari, Yoongi menuruti permintaan Haeyoung untuk menghubungi seorang dokter di bangsal umum rumah sakit tempat ibunya di rawat di bagian kejiwaan. Yoongi meninggalkan keduanya di kamar tamu, sebab ia dapat melihat bahwa hubungan keduanya cukup dekat dan dokter bernama Jung Hoseok itu bisa membuat Haeyoung merasa lebih nyaman.

"Apa yang terjadi, hm?" tanya Hoseok. Haeyoung duduk bersila menghadap dirinya yang duduk di kursi tunggal yang ia tarik dari bawah meja samping lemari di kamar tersebut.

"Aku lelah, Hoseok. Aku sungguh lelah dengannya."

"Kau bisa meninggalkannya kapan pun kau mau dan kau berhak akan hal itu. Dia tak berhak melarangmu pergi, terlebih setelah apa yang selama ini dilakukannya padamu. Berhenti menyakiti dirimu sendiri, Hae."

Andai Haeyoung bisa. Mungkin Haeyoung bisa. Tapi ada sesuatu dalam dirinya yang membuat ia terus bertahan dengan Namjoon, tak peduli bagaimana hubungan itu membuatnya semakin tak waras.

"Lalu siapa pria tadi?" Hoseok menanyakan tentang Yoongi. Sejauh yang Hoseok tahu, sejak lulus kuliah Haeyoung keluar hampir dari semua lingkar pertemanannya. Pun saat bekerja, ia tak menjalin komunikasi lebih dengan sesama pengajar di hagwon. Hidupnya hanya berputar pada Namjoon dan Hoseok. Karena itulah Haeyoung sangat bergantung pada Namjoon selama ini.

"Kau punya hubungan khusus dengannya?" Diamnya Haeyoung memancing Hoseok untuk mengeluarkan segala dugaannya. "Kau memercayainya? Pria itu?"

Padahal jika Haeyoung ingin lari dari Namjoon, Hoseok sudah berkali-kali mengatakan bahwa Haeyoung bisa datang padanya kapan pun. Namun yang terjadi justru pagi ini Hoseok dihubungi nomor asing dengan suara Haeyoung terdengar dan memintanya untuk datang ke suatu alamat yang dikirim melalui pesan singkat.

"Namjoon mungkin akan mencariku di tempatmu. Jadi hanya dia yang bisa kupercaya saat ini."

"Jadi apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang membuat Namjoon kembali kehilangan kendali sampai membuatmu seperti ini? Aku sudah cukup pusing dengan menyembunyikan sepupuku yang tahu-tahu datang dalam keadaan babak belur dan sekarang kau malah seperti ini."

Fokus Haeyoung mendadak berubah. Hoseok menyebutkan seseorang yang menjadi biang dalam masalah kemarin. Haeyoung sempat lupa bahwa Taehyung adalah seseorang yang juga harus dipersalahkan atas apa yang terjadi padanya tempo hari.

"Sepupumu?"

"Iya, sepupuku datang dan—"

"Kim Taehyung?"

"Bagaimana kau tahu?" Namun Hoseok tak me dapat jawaban apa pun. Yang dilakukannya kemudian hanya menatap kedua manik Haeyoung dan berharap dugaan yang mendadak muncul di kepalanya tidaklah benar.

"Haeyoung... tidak mungkin, 'kan?" Hoseok berharap akan mendapat jawaban tidak. "Bukan karena Taehyung, 'kan?"

Namun apa yang Hoseok harapkan tak pernah jadi kenyataan. Haeyoung menatapnya, dan berujar, "Memang dia. Taehyung yang jadi sumber masalahnya. Selama ini aku bermain dengan sepupumu."

"Hae...."

"Kenapa? Kau akan membenciku? Kau akan meninggalkanku lagi?"

Hoseok perlu berpikir sejenak harus bereaksi seperti apa. Haeyoung kembali menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya, yang dulu pernah membuat Hoseok sempat menciptakan jarak walau hanya sesaat. Sebuah jarak yang sampai saat ini masih menjadi bagian ketakutan Haeyoung, bahwa Hoseok mungkin akan pergi dari sisinya. Seperti yang pernah dilakukan sebelumnya.

PORCELAINE [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now