berakhir | 02

260 190 229
                                    

On Musik :: Dean Lewis — be Alright.

Kenapa harus ada akhir, jika kita harus berakhir disaat kita sudah memulai?

Usahakan vote n komen ya, jangan lupa!

Yang banyak-banyak komennya okay? Sip!

HAPPY READING all ✨

─────────── 

"Langit!"

Lelaki bertubuh jangkung yang berada di antara tengah-tengah kedua perempuan tersentak mendapati seorang perempuan berstatus pacarnya berdiri beberapa meter dari jarak dirinya.

"Aku kan udah bilang aku gak suka kamu foto sama cewek lain!" seru perempuan itu memberitahu, seakan menulikan indra pendengarannya lelaki bernama Langit itu terus tersenyum depan kamera handphone milik perempuan di sebelah kanannya.

"Langit Galaksi!!!"

Mampus sudah, jika perempuan itu mengucap nama panjangnya lengkap. Seakan ciut, Langit menghampiri sang pacar dengan membawa senyuman manis nan menawan.

"Kenapa Bi?" tanyanya lembut.

"Kamu selalu gitu, selalu pura-pura budeg kalo aku mergoki kamu lagi diajak foto sama kakel." sentak perempuan bernama Bi itu—Rasi Bintang, napasnya terengah-engah. Sorot mata tajamnya memperlihatkan bahwa ia sedang benar-benar marah.

"Suttt Bi, jangan kenceng kenceng. Ini di lapangan, mending kita ke rooftop dulu," ujar Langit sembari memegang bahu pacarnya.

Bintang menepis kasar tangan pacarnya, lagi dan lagi rooftop harus dijadikan alasan mereka pergi dari lapangan. Padahal Bintang tak apa jika harus bertengkar disini karena ia sendiri sudah muak pada kakak kelasnya yang selalu genit dan ganjen pada pacarnya. Apalagi jika sudah berlebihan seperti ini.

Langit membuang napas kasar melihat ke sekeliling bahwa mereka berdua sudah dijadikan pusat perhatian, ia pun mencekal lengan Bintang buru-buru membawanya ke rooftop sekolah.

MANTAN [ REVISI BERJALAN ]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora