👑 Marshmallow

2.9K 347 60
                                    

Setiap yang hidup akan mati.
Setiap yang datang akan pergi.
Setiap yang terbit akan tenggelam.
Setiap yang dekat akan menjauh.
Setiap yang ada akan menjadi tiada.
Dan setiap yang tumbuh akan patah.
Tidak ada sebuah keabadian. Tak ada sebuah kekal.
Bahkan sebuah asa sekali pun.

Jefranno Wiratama, di musim penghujan saat duduk berdua bersama Bunda.

👑👑👑

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak sepuluh menit lalu. Namun Jeno masih sibuk membereskan buku-bukunya di kelas yang hampir kosong siang itu. Chandra pamit lebih dulu karena harus segera menuju tempat bimbingan belajar. Sedangkan Jeremy pamit lebih cepat dari Chandra karena harus berlatih piano. Begitu pula Juna yang hari ini memiliki jadwal belajar kelompok dengan teman sekelasnya. Pun Lami dan Hina yang juga pergi lebih dulu untuk bergabung dengan tim belajar mereka.

"Jen, gue duluan!" pamit Rio yang tempat duduknya memang berada dua baris di depan meja Jeno.

"Ok, jangan lupa laporan buat makalah grup kita loe kirim ke email gue malem ini. Mau gue gabungin biar lusa bisa ke kumpul." sahut Jeno panjang lebar.

"Siap Pak Ketua. Nanti coba loe cek lagi deh kerjaan gue. Kalau ada yang perlu revisi loe langsung bilang ke gue aja. Biar nggak loe semua yang kerjain." sambut Rio tak kalah panjang lebar.

"Pasti. Soalnya hari ini gue ada latihan taekwondo sama bimbel. Agak maleman gue cek deh. Loe kirim aja dulu file-nya. Gue cek email nanti malem harus udah ada ya file dari loe." Jeno terkekeh dengan setengah mendesak.

"Siap!" Rio mengacungkan ibu jarinya sembari menyematkan ransel ke bahunya. "Yang lain udah kasih file tugas mereka ke elo?" tanyanya kemudian.

"Baru Chandra. Tinggal loe sama Eugene yang belum. Gue tungguin pokoknya. Kalau sempet gue kerjain malem ini. Kalau nggak sempet ya besok malem." Jeno tertawa setelahnya.

"Ok deh. Langsung gue kirim kalau udah selesai." Rio mengulas senyum.

Jeno mengacungkan ibu jarinya. "Udah sana balik. Udah di jemput bukan?" tanyanya.

"Eh iya supir gue udah dateng dari tadi. Ya udah gue duluan ya!" Rio langsung melesat pergi meninggalkan Jeno dengan langkah cepat tanpa menunggu sahutan dari anak itu.

Jeno selesai memasukkan semua bukunya ke dalam tas. Setelahnya ia sematkan ransel bertuliskan Belenciaga itu ke bahunya. Sebelum menuju tempat berlatih taekwondo ia berniat mampir terlebih dulu ke perpustakaan. Ada beberapa buku yang ia perlukan sebagai bahan referensi untuk makalahnya.

"Tunggu dulu sebentar ya, Om. Jeno mau ke perpustakaan dulu cari buku. Nanti Jeno traktir boba deh. Lima belas menit, Jeno janji!" Jeno menempelkan ponsel ke telinganya dan bicara panjang lebar pada Johnny yang sudah menunggu di parkiran sekolah sejak tadi.

"Saya bosen soalnya sendirian hari ini. Damian ada tugas dari Nyonya Anne. Jangan lama-lama, Jeno. Atau nanti saya tinggal!" celoteh Johnny di seberang.

Tanpa menyahut, Jeno langsung memutus sambungan seenaknya lalu memasukkan ponsel tersebut ke kantung celananya. Sambil berpikir, "Emang Om Johnny berani ninggalin Jeno?" desisnya.

Langkah Jeno mendadak terhenti ketika ia mendapati Lami sedang berbicara dengan seseorang di depan pintu perpustakaan yang tertutup. Jeno memicingkan matanya demi mengamati siapa laki-laki yang sedang Lami ajak bicara serius itu. Barangkali ia mengenalnya. Dan bisa menyapanya juga sekaligus menyapa Lami.

"Ya terus salah gue?!" suara pekikan Lami sukses membuat senyum di bibir Jeno musnah. Bahkan Jeno mundur satu langkah saking kagetnya dengan suara Lami yang memenuhi lorong koridor sepi kala itu.

A LITTLE PRINCEWhere stories live. Discover now