👑 Really Say Goodbye

2.1K 296 27
                                    

"Udah dong, Sayang. Kalau liburan sekolah nanti kita bisa jenguk Jeno kesana." Grace mengusap punggung putranya yang sejak tadi masih menangis sedih karena hari ini Jeno harus pergi ke Jepang.

Jeremy menatap nanar ibunya seraya menghapus air matanya. "Semalem Jeremy nggak tidur. Jeremy sibuk liatin muka Jeno. Jeremy nggak percaya, Mom, kalau Jeno mau pergi jauh tanpa Jeremy seperti biasanya." katanya terisak.

"Berpisah bukan berarti nggak akan ketemu lagi, Sayang." Grace mengulurkan tangannya untuk menghapus pipi Jeremy yang basah.

"Kalau disana Jeno nggak punya temen gimana? Jeno 'kan pendiem. Jeno juga agak introvert. Jeremy takut kalau Jeno sendirian disana." Jeremy menatap sekali lagi manik mata ibunya. Meminta pengertian dari wanita di depannya itu.

Grace tersenyum. "Jeno nggak akan sendirian. Om Dimas dan Tante Anne nggak akan membiarkan itu terjadi. Lagipula Jeno punya Damian dan Johnny." hibur Grace.

Jeremy menunduk. Untuk pertama kalinya Jeno pergi tanpa dirinya. Biasanya, sejak kecil, ia dan Jeno seperti anak kembar yang akan selalu bersama kemanapun dan kapanpun. Jeno tidak meninggalkan Jeremy. Begitu pula sebaliknya. Tapi hari ini ia harus berusaha menerima kepergian Jeno. Benar-benar menyesakan rasanya.

"Ayo dong, Sayang. Tunjukin ke Jeno kalau Jeremy anak yang kuat. Jeno nggak mau kan kalau Jeremy nangis pas dia pergi? Nanti kalau Jeno berubah pikiran gimana?" Grace tak lelah membujuk putranya untuk segera berganti pakaian dan menuju bandara pagi itu.

"Biarin deh Jeno berubah pikiran." celetuk Jeremy.

"Kok gitu?"

"Mommy..." Jeremy merengek. Rasa sedih kembali menghujam hatinya.

Grace ikut merasakan kesedihan putranya itu. Ia peluk putra sematawayangnya itu dan mengusap punggungnya berusaha memberi ketenangan. Jeremy memang benar-benar tak bersemangat sejak kembali dari rumah Jeno saat subuh tadi.

"Cuma sementara, Sayang. Setelahnya Jeno akan selalu ada sama Jeremy seperti biasanya." hibur Grace yang sukses membuat Jeremy kembali menangis.

👑👑👑

"Arjuna..."

Entah yang ke berapa kalinya Celina memanggil nama putranya. Tetap tak ada sahutan. Bahkan ia tak mendengar suara apapun dari dalam kamar putranya itu.

"Arjuna, buka pintunya. Mama mau bicara sama Arjuna." Celina mengetuk lagi pintu kamar Juna.

Hening beberapa saat. Celina hampir menyerah mengetuk pintu kamar yang pemiliknya entah sedang melakukan apa di dalam.

Pintu terbuka. Menampakkan Juna yang sudah tampak rapi dan wangi. Hal itu tentu saja membuat Celina terkejut.

"Ayo, Juna udah siap." Juna tersenyum tipis pada wanita yang sejak tadi ia tahu terus mengetuk pintu kamarnya tanpa lelah.

Celina diam saja. Arjuna-nya tidak seperti Arjuna-nya yang biasanya. Anak itu biasanya adalah yang paling sensitif diantara Jeremy, Chandra dan Jeno. Tapi pagi ini, anak itu tampak biasa saja padahal hari ini adalah hari keberangkatan Jeno ke Jepang.

"Juna gapapa?" tanya Celina.

"Emang Juna kenapa?" Juna malah balik tanya. "Juna gapapa. It's ok." ungkapnya berusaha seriang mungkin.

Meskipun putranya itu bilang baik-baik saja, tapi Celina tentu mengerti kalau putranya itu sama sekali tak baik-baik saja. Sorot matanya jelas menyimpan kesedihan luar biasa. Namun sengaja di sembunyikan dengan bersikap seolah ia baik-baik saja. Dan itu jelas membuat hatinya terluka.

A LITTLE PRINCEWhere stories live. Discover now