👑 Roxanne's Feeling

2K 178 53
                                    

"Gue nyerah!" Chandra tiba-tiba mengangkat kedua tangannya ke udara. Rambutnya sudah sangat berantakan. Wajahnya pun sudah tampak sangat lelah. "Kenapa gue bisa lolos jadi anak IPA sih?" keluhnya.

"Nomor berapa yang belum dapet jawabannya, Chan?" tanya Jeno yang baru saja memasukkan sebuah cookies coklat buatan ibunya ke dalam mulutnya.

"Empat sama lima. Lo aja deh yang lanjutin. Biar gue lanjut mata pelajaran lain." Chandra mengerang sebal karena kepalanya hampir pecah mengerjakan beberapa soal Fisika.

"Itu halaman berapa deh, Chan?" tanya Juna ketika menyadari salah satu sahabatnya itu kesulitan. "Barangkali gue udah lebih dulu dapet tugas itu." katanya.

Seperti mendapat angin segar, wajah Chandra yang tadinya sudah lesu dan berantakan tak tertolong, akhirnya kembali cerah secerah mentari pagi.

"Halaman dua ratus delapan puluh," Chandra menunjukkan buku tugasnya pada Juna.

"Oh iya kelas gue baru penilaian tadi siang. Copy paste aja deh, Chan." ujar Juna setelah memeriksa buku tugasnya. Disana ia mendapat nilai sempurna untuk tugas tersebut.

"Enak aja, gue harus paham dong cara penyelesaiannya." protes Chandra.

"Ok, gue bantu biar lo paham. Bagian mana yang nggak lo ngerti?" Juna dengan sabar bertanya.

Chandra lantas beringsut mendekati Juna. Keduanya lantas sibuk mengerjakan tugas Fisika milik Chandra tersebut bersama. Dengan Juna sebagai pembimbing. Keduanya seperti telah sepakat untuk bersikap rukun dan kompak di masa-masa kritis menghadapi ujian akhir seperti sekarang.

"Je, lo bawa buku Biologi?" tanya Jeno pada Jeremy yang sejak tadi asik dengan tugas Kimia-nya. "Buku gue di kamar, buang-buang waktu kalau harus ambil." katanya.

"Bawa," Jeremy segera mengeluarkan buku paket biologi miliknya dari dalam tasnya.

Jeno mulai memfokuskan diri dengan buku Biologi milik Jeremy. Jeremy pun kembali sibuk dengan tugas Kimianya yang hampir selesai.

"Jen, nanti matematika kita kerjain bareng aja." Chandra menatap Jeno yang duduk di seberangnya.

"Ok, biologi hampir beres nih. Lo beresin dulu aja Fisikanya." sahut Jeno yang di angguki Chandra.

Sejak sore tadi, keempat sekawan itu memutuskan melakukan kegiatan belajar bersama. Dan hari ini mereka memutuskan menjadikan rumah Jeno sebagai tempat untuk melakukan kegiatan positif tersebut. Sayangnya, Rama tak bisa ikut serta karena ada tugas kelompok dengan teman sekelasnya.

Menjelang ujian akhir, siswa kelas dua belas seperti mereka memang akan dihadapkan pada setumpuk tugas dan juga latihan-latihan soal guna menunjang pengetahuan mereka terhadap materi pembelajaran. Tak hanya itu, para guru menyarankan para siswa untuk melakukan kegiatan belajar tambahan seperti les, bimbingan belajar dan kelompok belajar bersama teman sekelas.

"Sebelum jam delapan gue harus pulang. Ada les piano jam sembilan." Jeremy buka suara seraya menutup buku tugas kimia yang sudah diselesaikannya.

"Je, nggak bisa lo jeda dulu les pianonya? Fokus ujian akhir dulu. Otak lo mana bisa di forsir begitu?" Juna memberi komentar.

"Mommy sama Daddy udah kasih saran gitu sih. Tapi gue bisa stress kalau cuma fokus belajar terus. Anggap aja les piano buat hiburan biar nggak gila mendadak." Jeremy nyengir yang di hadiahi dengusan sebal dari Juna.

"Jeno, lo nggak serius soal ucapan lo, kan?" Chandra tiba-tiba menatap ke arah Jeno yang masih fokus dengan buku Biologinya.

"Yang mana?" Jeno membalas tatapan Chandra dari balik kacamatanya.

A LITTLE PRINCEOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz