👑 Like A Dream

2.2K 264 58
                                    

Anne menggenggam erat tangan Jeno setelah mendapat izin masuk ke ruangan ICU untuk menemani putranya yang akan melepaskan kain kassa yang menutupi kedua matanya. Beberapa menit lalu, Jeno baru saja melakukan beberapa rangkaian pemeriksaan sesuai anjuran dokter. Tentu saja Anne berharaa semuanya akan baik-baik saja.

Jeno tak langsung menyadari sentuhan Anne. Itu adalah salah satu efek yang terjadi dari cedera di kepalanya. Jeno menjadi tak begitu responsif dan cenderung lambat menyadari sebuah sentuhan. Begitu yang dokter bilang pada Anne.

Tentu saja hal itu membuat Anne terluka. Melihat putranya yang hanya diam diatas tempat tidurnya dengan kedua mata tertutup. Dengan ventilator pernapasan yang masih setia terpasang di hidung dan mulutnya. Membuat Jeno seperti tak memiliki kesempatan untuk melakukan gerakan sekecil apapun. Bahkan merespons semua hal yang ada di sekitarnya pun Jeno tak mampu.

"Sayang, Bunda disini." ujar Anne tepat di telinga Jeno.

Jeno sedikit bereaksi usai mendengar suara Anne. Kalau saja mulutnya bisa bicara mungkin ia sudah memanggil ibunya itu. Sayangnya ia tak bisa.

"Bunda mau menemani Jeno supaya nggak sendirian lagi." Anne bicara lagi.

Jeno mendengar suara ibunya. Ia mengerti apa yang di ucapkan ibunya tanpa bisa membalasnya. Dan yang bisa ia lakukan hanyalah berusaha mengangguk pelan.

"Jeremy, Juna dan Chandra ada diluar. Mereka ada disini untuk menemani Jeno juga." ucapan Anne lagi-lagi mendapat anggukan pelan dari Jeno.

Dokter dan beberapa suster yang ada disana dibuat terharu dengan tingkah Anne yang tak pernah menyerah pada putranya itu. Meski mereka tak mengerti apa yang diucapkan wanita itu. Tapi mereka mengerti betapa besar cinta wanita itu pada putranya yang baru saja bangun dari koma. Benar-benar luar biasa.

"Kami akan melakukannya sekarang, Nyonya. Sekali lagi saya benar-benar berharap Nyonya bisa menerima bagaimana pun hasilnya nanti." ujar sang dokter yang mulai mendekati Jeno.

Anne lantas mengangguk. Batinnya tak henti merapal doa. Berharap operasi cangkok kornea yang dilakukan Jeno ini berhasil dan bisa membuat putranya itu kembali bisa melihat. Ia ingin meski di dera luka tanpa jeda, Jeno masih bisa merasakan kebaikan semesta padanya.

Ia lantas mengusap lembut surai Jeno sembari tersenyum. Ia pandangi wajah buah hatinya itu. Wajah yang selalu ia sayangi melebihi dirinya sendiri. Setelahnya ia mempesilakan dokter untuk mendekati Jeno.

"Jeno harus tetap kuat apapun yang terjadi. Bunda tahu Jeno anak yang hebat sekali." batin Anne yang masih setia menggenggam tangan putranya.

Di luar ruangan itu ada Dimas, Raefal, Grace beserta Jeremy, Juna dan Chandra yang setia menunggu. Dokter hanya mengizinkan satu orang saja untuk masuk menemani Jeno.
Sedangkan Johnny dan Damian tak henti merapal doa di kursi tunggu untuk seluruh kebaikan Jeno. Mereka sungguh berharap semesta bisa berbaik hati pada Jeno. Sekali saja.

👑👑👑

"Jeno, open your eyes slowly." ucap dokter setelah berhasil melepaskan kain kassa yang menutupi kedua mata Jeno.

Jeno mengangguk di posisi setengah berbaringnya. Lantas ia mulai berusaha membuka kedua matanya perlahan sesuai perintah dokter. Ia terkejut bukan main ketika retina matanya berhasil menangkap sebuah cahaya berkilauan di sekitarnya. Padahal biasanya setiap kali ia membuka mata isinya hanya gelap. Tapi kenapa sekarang semuanya tampak bercahaya?

Jeno memejamkan kembali kedua matanya ketika merasa cahaya di sekitar membuatnya merasa silau. Ia takut jika saat ini ia tengah bermimpi. Apa yang terjadi dengan kedua matanya?

A LITTLE PRINCEWhere stories live. Discover now