👑 Mommy

2K 200 39
                                    

Suasana kantin di jam istirahat pertama hari itu tampak begitu ramai seperti biasanya. Semua siswa sekolah tersebut seperti tumpah ruah di tempat yang disebut sebagai surga kuliner itu. Kantin di sekolah tersebut memang terbagi menjadi dua bagian. Kantin sehat dan kantin biasa. Kantin sehat hanya menyediakan menu makanan dan minuman sehat dan kaya gizi. Sedangkan kantin biasa menyediakan hampir seluruh menu makanan yang menjadi favorit warga sekolah. Menu khas murid sekolahan pada umumnya.

Jeno jarang sekali mendatangi kantin biasa yang nyatanya selalu lebih ramai dibandingkan dengan kantin sehat yang terkadang ia datangi. Sebagai murid di sekolah tersebut, ia bisa dikatakan jarang sekali mendatangi kantin. Ibunya selalu menyisipkan lunch box di dalam ranselnya. Hingga membuatnya mau tak mau harus menghabiskannya dan tak boleh tersisa. Ia pernah sekali tak menyentuh lunch box-nya itu, membawanya pulang dalam keadaan utuh, lantas yang ia dapatkan hanya kemarahan ibunya. Sejak itu ia tak pernah mengulangi perbuatannya itu. Ia akan selalu menghabiskan makanannya, entah ia santap sendiri atau memberikannya pada Rio dan teman sekelasnya yang lain. Asalkan ketika pulang, lunch box-nya sudah kosong tanpa isi.

Ia bukan tidak menyukai makanan di kantin sekolah. Hanya saja ibunya seperti tak membiarkannya memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang menurutnya kurang sehat itu. Alhasil, ia menjadi terbiasa dengan makanan yang selalu dibuatkan oleh ibunya dan jarang sekali membeli makanan di kantin sekolahnya. Sialnya, kebiasaan itu sudah berlangsung sejak ia masuk Taman Kanak-Kanak.

"Siomay tapi jangan di kasih yang lain. Siomaynya aja." Chandra menyebutkan pesanannya pada Juna yang hari ini bertugas akan memesan menu. Cowok tan itu lantas duduk setelah memastikan Jeno sudah duduk dengan baik.

"Sambel kacangnya banyakin!" tambah Chandra.

"Enggak mau gue bilang gitu. Terakhir gue bilang gitu malah kena omel abangnya!" sahut Juna.

"Lo bilang aja pesenan Chandra. Udah bestie abangnya sama gue!" sambut Chandra.

Juna berdecak sebal. "Lo mau pesen apa, Je?" remaja mungil itu lantas menatap Jeremy yang sedang menyedot minuman sari kacang hijau yang dibelinya dari kantin sehat.

Jeremy menyapu pandangan ke penjuru kantin sebelum menjawab pertanyaan Juna. Ia tengah memilih menu makanan apa yang hendak ia makan hari ini. "Tapi jangan bilang nyokap gue ya kalau hari ini gue jajan disini," katanya lantas menatap Juna, Jeno dan Chandra bergantian.

"Ish, tadi kan kita udah sepakat nggak akan ngadu satu sama lain!" sengit Juna yang di angguki Chandra.

"Oh iya," Jeremy nyengir.

"Ya udah buruan mau pesen apa?" Juna bertanya lagi. "Gue udah laper nih!" katanya.

"Batagor aja deh sama es buah." sahut Jeremy. "Pedes ya, Jun!" katanya.

"Ok, noted." Juna mencatatnya pada note di ponselnya. "Chandra lo nggak pesen minum?" ia lupa menanyakan minuman yang di inginkan Chandra.

"Es buah juga!" sahut Chandra cepat.
Juna mengangguk lantas pandangannya beralih pada Jeno yang tampak antusias ingin memesan makanan juga.

"Jangan bakso, Jen. Terakhir lo makan itu malah muntah-muntah." celetuk Jeremy.

Jeno menghela napas panjang. Baru saja ia ingin menyebut nama makanan tersebut untuk mengisi perutnya. Sepertinya menyantap bakso setelah penat belajar akan sangat menyenangkan.

A LITTLE PRINCEWhere stories live. Discover now