👑 Traumatic

4.6K 401 40
                                    

Hani berkacak pinggang di depan putranya yang duduk di sofa ruang tengah malam itu. "Chan, Mami tanya sekali lagi deh. Tujuan kamu sekolah memang buat berantem?" tanyanya.

"Ya enggaklah, Mami." sahut Chandra yang menunduk takut. Sungguh ia benar-benar tak berani menatap wajah ibunya yang sedang murka itu.

"Terus kenapa Mami bisa dipanggil ke sekolah? Ya ampun, Chandra, kenapa sih jadi anak hobi banget cari perkara?!" suara Hani meninggi.

"Bukan Chandra yang cari perkara. Sumpah deh, Mi!" Chandra menatap ibunya sembari mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Baru semester pertama loh, Chan. Tapi Mami udah tiga kali ini dipanggil ke sekolah. Oh Ya Tuhan, Chandra!" pekik Hani yang sudah tak bisa lagi menahan emosinya.

"Mau jadi jagoan loe, Chan?" itu suara Felo, kakak kandung Chandra yang sejak tadi duduk di sofa lain, menyimak ibunya yang sedang memarahi adiknya.

"Diem lu!" Chandra menyahut sengit sembari menatap garang kakaknya.

"Kamu juga, Felo. Kamu juga sama aja. Mami nggak butuh komentar kamu!" Hani menatap galak Felo, putra sulungnya.

"Mampus!" Chandra mengejek kakaknya itu tanpa suara.

Felo hampir saja melempar bantal sofa ke arah Chandra kalau saja ibunya tak menatapnya seperti singa kelaparan. Alhasil ia hanya bisa mendumal sebal tanpa suara.

"Chandra maunya apa deh sekarang. Coba Mami pengen tahu," Hani kembali menatap putra bungsunya.

"Maafin Chandra, Mi. Janji deh ini yang terakhir. Setelah ini nggak akan ada lagi laporan dari sekolah soal ulah Chandra." sahut Chandra.

"Bisa dipertanggungjawabkan nggak itu janjinya?" Hani bertanya.

"Bisa," sahut Chandra yakin.

"Apa jaminannya?" tanya Hani.

"Mami boleh deh ambil semua peralatan PS Chandra kalau Chandra ingkar janji. Serius deh, tadi itu nggak sengaja Chandra berantem." celoteh Chandra.

"Mami pegang ya janji kamu. Ini yang terakhir Mami nerima laporan dari sekolah. Sampai akhir semester Mami nggak mau lagi ada laporan kalau kamu berulah di sekolah." tegas Hani.

Chandra mengangguk. "Chandra janji," cicitnya. Walau tak sepenuh hati ia berjanji. Bagaimana bisa ia berjanji untuk hal yang belum tentu bisa ia tepati. Setidaknya untuk saat ini yang terpenting adalah meredakan kemurkaan ibunya. Itu saja.

"Ada yang mau tanding PS sama Papi?" pertanyaan itu sukses membuat semua yang ada di ruangan itu menoleh. Keenan dengan wajah tanpa dosanya berdiri disana.

"Yang menang dikasih apa, Pap?" tanya Felo antusias.

"Kebab sama es krim oreo. Gimana?" Keenan menaikturunkan kedua alisnya.

"Chandra ikutan!" suara Chandra melengking memenuhi ruangan itu.

"Dikamar Felo atau Chandra mainnya?" tanya Keenan.

"Kamar Chandra. Kita pake PS-nya Chandra aja sebelum akhirnya disita sama Mami." sahut Felo yang sukses membuat Chandra langsung melempar bantal sofa ke arah kakaknya itu.

Keenan terbahak. Ia memahami maksud ucapan Felo. Tentu saja ia mengerti, kemarahan Hani pada Chandra sampai terdengar ke dapur. "Disita sama Mami nanti Papi beliin lagi kok, Chan." katanya kalem.

Hani sukses membulatkan matanya ke arah Keenan. "Jangan berani-beraninya, Keenan!" ancamnya.

Keenan hanya terkekeh tak peduli. Sementara kedua putranya sudah bergidik ngeri dengan tatapan galak Hani. Tak ada yang berani melawan kalau istrinya itu sudah murka. Bahkan ia pun tak akan berani. Hani adalah penguasa tetap bagi Keenan, Chandra dan Felo. Sampai kapanpun.

A LITTLE PRINCEHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin