👑 Miracle

3.9K 420 21
                                    

Entah sudah berapa lama Jeno mengepal kedua tangannya. Berusaha mengontrol jantungnya yang bahkan tak bisa berdegub normal. Ia tak merasa takut. Namun tubuhnya tak sesuai dengan perasaannya. Dan ia tahu pasti alasannya kenapa ia seperti ini.

Sekali lagi Jeno tatap pria yang duduk di sebelahnya. Pria yang selalu tampak mengerikan di matanya. Pria yang selalu tampak menyeramkan di matanya. Pria yang pernah menorehkan luka tak kunjung sembuh padanya tujuh tahun silam.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Dan itu membuat perasaan Jeno semakin gelisah. Entah akan dibawa kemana ia oleh pria disebelahnya. Padahal awalnya pria itu hanya ingin mengajaknya mengobrol. Tapi sekarang disinilah ia berada. Duduk bersama pria itu di dalam mobil mewahnya.

"Kenapa Om bohongin Jeno?" tanya Jeno dengan suara tegasnya.

"Saya nggak bohongin kamu," pria bernama Michael itu menoleh membalas tatapan Jeno.

"Om bilang tadi cuma mau bicara sebentar. Kenapa Om malah bawa Jeno pergi?" Jeno sengit.

"Pembicaraan kita mungkin akan berlangsung lama, Jeno. Dan saya nggak bisa bicara terlalu lama di tempat umum." sahut Michael masih dengan nada tenang namun dinginnya itu.

Jeno berdecih sebal. "Om nggak takut sama Jeno?" tanyanya.

Pria itu justru terbahak mendengar pertanyaan Jeno barusan. "Bagaimana bisa saya takut dengan anak usia tujuh belas tahun?" katanya.

"Jeno bisa melakukan apapun kalau Jeno mau. Jeno bahkan bisa datang ke kantor polisi dan bilang sama mereka kalau Jeno adalah korban penculikan sadis tujuh tahun lalu. Om lupa siapa Jeno?" balas Jeno panjang dengan satu tarikan napas.

Michael geram. Refleks, tangannya sudah melayang dan akhirnya mendarat di pipi Jeno. Menimbulkan suara cukup keras akibat pukulan yang ia berikan pada laki-laki di sebelahnya. "Sejak kapan kamu jadi pandai bicara penuh ancaman seperti itu, hah?" marahnya.

Jeno merasakan pipinya yang memanas. Kepalanya pening karena baginya pukulan itu terlalu keras. Setelah tujuh tahun berlalu. Ia kembali merasakan sakitnya di pukul lagi. Dan sialnya oleh orang yang sama. Rasanya bahkan masih tetap sama. Menyakitkan.

"Jeno nggak mengancam. Jeno cuma memperingatkan Om untuk lebih hati-hati sama Jeno. Karena Jeno bisa melakukan apapun yang Jeno mau." tanpa gentar Jeno menyahut lagi.

"Wah, Dimas benar-benar membesarkan kamu dengan sangat baik." komentar Michael dengan angkuhnya.

"Jeno mau pulang. Jeno nggak mau ikut Om." pinta Jeno.

"Kamu nggak bisa pulang, Jeno, karena kita belum selesai bicara." sahut Michael.

"Apa sih yang mau Om bicarakan? Sejak tadi Om cuma diem aja." protes Jeno dengan nada sengit bukan main.

Michael terkekeh. "Kamu benar-benar menyebalkan sama seperti Dimas." katanya di sela tawanya.

Jeno tak menggubris ucapan pria di sebelahnya. "Om, Jeno mau turun sekarang. Jadi tolong stop mobilnya!" ia meminta pada pria yang duduk di jok sebelah kemudi.

Michael yang melihat aksi Jeno meminta pada Jo untuk memberhentikan mobilnya, membuat ia kembali geram. "Jeno!" pekiknya garang.

Dan itu sukses membuat Jeno melonjak kaget. Ia sama sekali tak suka di teriaki seperti itu. Perasaannya selalu gelisah tiap kali mendengar sebuah teriakan atau bentakkan. "Kenapa Om melakukan ini sama Jeno?" tanyanya dengan tatapan serius menatap Michael.

"Ada satu pertanyaan yang selalu mengganggu pikiran Jeno sampai detik ini. Apa salah Jeno?" timpalnya. Ia tatap manik mata pria yang selalu hadir dalam mimpinya itu. Pria yang sudah membuat hidupnya tak bisa tenang sampai detik ini.

A LITTLE PRINCEWhere stories live. Discover now