👑 Sapporo's Land

2.1K 248 61
                                    

Rama terpaku ditempatnya berdiri ketika mendapati Jeno muncul dengan kursi rodanya dari balik gerbang tinggi dan besar rumahnya sore itu. Ia memang menghubungi Jeno dan meminta bertemu setelah pulang sekolah. Ada banyak hal yang ingin ia ceritakan pada Jeno. Padahal Jeno baru saja meninggalkan sekolah selama tiga hari.

"Hai, Jen." sapa Rama kikuk.

Satpam yang bertugas membuka gerbang barusan menatap Rama intens. Seakan Rama adalah orang yang patut di waspadai.

"Hai, Rama." Johnny yang memang mengantar Jeno kala itu menyapa Rama ramah.

"Rama nyapa Jeno. Bukan Om Johnny." celetuk Jeno.

Johnny tersenyum tipis mendengar celetukan Jeno. "Memangnya kenapa kalau saya balas menyapa? Jeno juga diem aja." katanya.

Jeno hanya mendengus sebal tanpa menjawab.

"Halo, Om John." sahut Rama.

"Rama mau bawa Jeno kemana?" tanya Johnny serius pada remaja laki-laki yang masih mengenakan seragam sekolah itu.

"Jalan-jalan sore di sekitar sini aja. Boleh kan?" sahut Rama.

"Nggak usah izin. Kan gue yang mau jalan-jalan." celetuk Jeno.

"Nggak boleh," tandas Johnny.

"Om Johnny!" Jeno memekik sengit.

"Bercanda, Jeno. Kenapa sih sensitif banget." sahut Johnny dengan tawa jahilnya.

Jeno hanya merengut sebal.

Rama tersenyum tipis mendengar perselisihan antara Jeno dan Johnny. Ia bahkan tak memiliki partner untuk berselisih paham seperti itu. Atau hanya sekadar melempar gurauan tak penting.
Sungguh, hidupnya ternyata jauh dari kata menyenangkan. Tidak seperti hidup Jeno yang tampak selalu menyenangkan.

"Loe udah beres sekolah sama les kan, Jen?" tanya Rama.

"Bereslah. Kalau belum beres ngapain gue bisa nyamperin loe disini bodoh." jawab Jeno.

"Tuh kan sensitif." celetuk Johnny.

"Om Johnny bisa diem nggak? Masuk aja sana. Kasian Kak Damian kerja sendiri!" tandas Jeno sengit.

Johnny terkekeh. Kemudian ia pandangi Rama yang diam saja. Dimatanya, anak itu tampak dingin.
"Rama bisa memastikan ke saya kalau Jeno akan baik-baik saja kan?" tanyanya.

"Om Johnny bisa percaya sama Rama." sahut Rama yakin.

"Apaan sih, Om." decak Jeno sebal.

"Satu jam. Waktu kalian satu jam aja. Sebelum Tuan Dimas dan Nyonya Anne pulang, kalian harus sudah kembali kesini. Paham?" titah Johnny tegas seakan tak mengindahkan ucapan Jeno.

"Enggak." sahut Jeno cepat. "Ayo jalan, Ram." ajaknya pada Rama kemudian.

"Let's go." Rama mengambil alih gagang kursi roda yang di duduki Jeno dari tangan Johnny.

Rama pun segera membawa Jeno pergi dari sana. Meninggalkan Johnny dan satpam jaga yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. Seakan ia adalah orang yang akan mencelakai Jeno. Dan ia terbiasa menerima tatapan seperti itu sejak kecil.

"Rama," panggil Jeno ditengah perjalanan.

"Hmm," gumam Rama.

"Gue mau tanya satu hal sama loe. Ini pertanyaan yang selalu gue pengen tanyakan ke elo. Jawab jujur ya?" celoteh Jeno yang pandangannya lurus ke depan.

"Apaan?" tanya Rama.

"Kenapa loe keliatan benci banget gitu sama Lami?" tanya Jeno yang sukses membuat Rama menghentikan langkahnya. "Tuh kan bener dugaan gue, kalau gue tanya ini pasti loe kaget." katanya.

A LITTLE PRINCEWhere stories live. Discover now