👑 New Problem

5.7K 651 138
                                    

Porsche Panamera Turbo biru metalik yang di kendarai Johnny tiba di depan gerbang sekolah Jeno bertepatan saat bel berbunyi. Satpam sekolah dengan sigap langsung menutup gerbang tersebut seakan tak akan mengizinkan siapapun lagi masuk. Ketepatan waktu yang akurat tentu saja sangat dipegang teguh oleh sekolah bertaraf internasional itu.

"Yak anjir telat dong!" Jeno menggerutu di dalam mobil sambil sibuk melepas seatbelt-nya. Ransel bertuliskan Belenciaga ia sematkan cepat ke bahunya.

Johnny masih sibuk mengatur napasnya. Jeno membuat ulah lagi pagi ini. Seharusnya mereka bisa tiba di sekolah setengah jam sebelum bel berbunyi, tapi anak itu malah merengek ingin makan bubur ayam pinggir jalan. Padahal Nyonya Anne sudah memberinya sarapan sebelum berangkat tadi.

Damian sibuk mengontrol detak jantungnya yang luar biasa cepat. Ia sempat berpikir akan mati hari ini. Mengingat betapa cepatnya Johnny mengendarai mobil yang di tumpanginya. Dan semua karena Jeno. Lagi.

Yang berbuat salah sudah membuka pintu mobilnya dan beringsut keluar. Damian dan Johnny pun mau tak mau ikut keluar juga. Dan Jeno sudah berlari mengejar gerbang yang sudah sepenuhnya tertutup.

"Pak, baru juga bel, kenapa udah di tutup sih?" Jeno bertanya pada satpam jaga disana.

"Peraturannya gitu. Bunyi bel pertama gerbang harus langsung di tutup." sahut pria paruhbaya. "Apalagi ini hari Senin. Ada upacara bendera. Nggak ada toleransi buat yang terlambat." katanya.

Jeno menepuk keningnya. Ia sungguh lupa kalau hari adalah Senin. Oh, sial.

"Beneran nggak bisa masuk nih, Pak?" tanya Jeno dengan wajah memelas.

"Bisa, tapi nanti kalau upacara udah selesai. Tapi pasti ada hukumannya. Sebentar lagi juga guru kesiswaan patroli." sahut satpam ber-nametag Sulaiman itu.

Jeno menghela napas panjang. Ia tahu betul, sebentar lagi akan ada guru kesiswaan yang akan berpatroli. Mencari anak yang dengan sengaja bersembunyi agar tidak ikut upacara bendera hari Senin dan juga mendata anak-anak yang terlambat. Tentu saja dengan hukuman yang sudah disiapkan.

"Siapa nama kamu?" tanya satpam tersebut.

"Jeno," jawab Jeno singkat.

"Sebutin nama lengkap sama kelas. Siapa tahu nama Jeno di sekolah ini nggak cuma kamu." kata satpam garang tersebut.

"Nama Jeno di sekolah ini cuma saya, Pak. Ya ampun kok bisa bapak nggak tahu?" Jeno menyahut sengit.

"Ya nggak tahu, emangnya saya bagian kesiswaan atau Tata Usaha yang tahu data semua murid disini." sahut satpam itu tak kalah sengit.

"Iya juga sih." Jeno setuju dengan sahutan pria itu.

"Buruan siapa nama kamu, biar saya laporan ke guru kesiswaan. Biar langsung di proses hukuman kamu!" tandas Pak Sulaiman.

Jeno menunjukkan nametag di bagian kanan seragamnya yang hanya tertulis A. Jefranno W. Dan itu sukses membuat sang satpam menatapnya sengit.

"Ini nama saya, Pak. Nggak percaya juga?" tanya Jeno yang sadar ditatap sengit pria seram itu.

"Bisa jelasin nggak itu A-nya apa dan W-nya apa? Kamu pikir saya cenayang yang bisa tahu itu apa tanpa perlu kamu beritahu?" kata si satpam.

"Axelle Jefranno Wiratama," sahut Jeno menyebutkan nama lengkapnya dengan malas.

"Yakin itu nama kamu? Kamu bilang nama kamu Jeno?" Pak Sulaiman menatap Jeno dengan tatapan penuh selidik.

"Lah si Bapak ngajak berantem. Berantem aja deh kita yuk!" Jeno sengit sendiri.

A LITTLE PRINCEWhere stories live. Discover now