👑 Miyazaki Kevin

2K 252 39
                                    

Tokyo tak seburuk yang Jeno kira. Ia pikir tinggal di negara orang lain akan membuatnya kesepian dan sendiri. Namun nyatanya tak begitu. Tinggal di negeri sakura selama hampir empat bulan membuatnya berlimpah kasih sayang. Perhatian ayah dan ibunya benar-benar hanya tertuju padanya. Sepenuhnya dan tidak terbagi dengan pekerjaan mereka. Ia beruntung, meski keadaannya tak baik tapi Tuhan memberinya orangtua yang luar biasa baik.

Meski tanpa Juna, Jeremy dan Chandra, setidaknya ia selalu memiliki Damian dan Johnny di sisinya. Mereka benar-benar tak meninggalkannya sama sekali. Menjaganya setiap hari tanpa pernah mengeluh lelah. Menjadi teman bercerita banyak hal. Bahkan menjadi teman berbagi berbagai hal. Dan hal itu menjadi salah satu alasan baginya untuk bertahan dan terus berusaha untuk sembuh.

Dokter dan suster di rumah sakit juga sangat menjaganya. Memberikan perawatan sebaik yang mereka bisa. Tak hanya itu, Dokter dan suster juga terus memberinya motivasi untuk lekas sembuh.

"Donor mata mungkin akan sulit. Dan akan membutuhkan waktu yang Lama, Anne. Begitu dokter bilang." samar, Jeno mampu mendengar percakapan antara ayah dan ibunya. Ia memang belum berhasil menjamah mimpinya sejak dokter keluar lima belas menit lalu. "Cedera tulang belakang Jeno juga sudah cukup parah." tutupnya.

"Aku nggak pernah menyangka ada cedera cukup serius di tulang belakang Jeno, Dimas." itu suara Anne. "Aku pikir tidak akan semengkhawatirkan seperti ini."

"Jeno akan baik-baik aja. Dia anak yang kuat." Dimas mengusap lembut puncak kepala istrinya itu. Kemudian mengecup keningnya.

Diagnosa lain muncul tadi pagi. Dimana dokter mengatakan kalau ada cedera cukup serius di tulang belakang Jeno hingga membutuhkan perawatan intensif. Hal itu tentu saja membuat Anne dan Dimas kaget. Perjuangan Jeno selama tiga bulan terakhir melakukan terapi benar-benar tidak berbuah baik. Kondisi tidak normal justru menyiksa putra mereka. Sekali lagi.

"Bunda..." Jeno sengaja kembali membuka kedua matanya demi menghentikan obrolan menyakitkan antara ayah dan ibunya.

Anne dan Dimas lantas mendekati Jeno. Memberikan ekspresi terbaik mereka meskipun mereka tahu Jeno tak bisa melihat.

"Jeno butuh sesuatu?" tanya Dimas.

Jeno menggeleng pelan. "Jeno cuma mau tanya gimana cuaca Tokyo hari ini." katanya.

"Damian bilang cukup sejuk di luar." jawab Anne yang sudah menggenggam tangan hangat putranya itu.

"Bagaimana kalau duduk di taman sambil menghirup udara segar? Bunda udah lama nggak melakukan itu sama Jeno." pinta remaja bermata bening dan indah itu.

Anne menatap Dimas sekilas kemudian kembali menatap wajah putranya. "Jeno mau melakukannya sama Bunda?" tanyanya.

"Hmm..."

"Ok, biar Ayah bantu ke kursi roda." Dimas segera menarik kursi roda milik Jeno di sisi ranjang.

"Boleh kan sama Dokter, Yah?" tanya Jeno.

"Of course." Dimas mengacak pelan rambut Jeno sembari tersenyum.

Jeno pun ikut tersenyum hingga membuat kedua matanya membentuk lengkungan ke bawah seperti bulan sabit.

👑👑👑

Anne menemani Jeno duduk di taman belakang The University of Tokyo Hospital siang hari yang sejuk itu. Benar ucapan Damian, hari ini sangat sejuk dengan semilir angin yang berembus perlahan. Rasanya sungguh melegakan duduk bersama Jeno sambil menghirup udara sejuk negeri sakura itu.

"Bunda, besok Jeno bisa pulang kan?" tanya Jeno yang membuat lamunan Anne buyar.

"Dokter bilang seperti itu. Jeno bisa pulang besok." jawab Anne.

A LITTLE PRINCEWo Geschichten leben. Entdecke jetzt