CHAPTER 25 "Misteri Keluarga Bogel"

758 126 17
                                    

Besoknya, gue dan Rara langsung bertolak menuju rumah dia, dan di sini gue sekarang, duduk di ruang tamu sambil menikmati kopi bikinan Rara.

"Gimana kabarnya, Pak?" tanya gue berbasa-basi pada mertua alias bapaknya Rara bogel.

Mertua gue tersenyum hangat, khas bapakable gitu lah. "Alhamdulillah sehat, kamu sama keluarga sehat juga kan?"

"Iya pak, Alhamdulillah sehat."

Pak Hendra menepuk bahu gue dua kali, seketika gue terhipnotis dan jadi bego, dia langsung mengambil dompet dan benda berharga lainnya yang ada di tubuh gue. Tapi semua itu cuma imajinasi alias gue karang sendiri. Yang bener itu dia nepuk bahu gue sambil bertanya. "Rara ga ngerepotin kamu kan?"

Aduh bapak, ngerepotin banget malah. Tiap hari ada aja ulahnya yang bikin pala gue berdisko ria. "Hehe enggak kok, Pak. Malahan rumah jadi rame semenjak ada Rara." Tapi boong!

"Syukurlah, bapak percaya kamu bakalan jagain Rara. Bapak berharap apapun yang terjadi, kalian tetap sama-sama dan kamu tetap mencintai Rara dengan kekurangannya." Bokap Rara berkata dengan wajah yang penuh arti, tapi gue agak segan menanyakan maksud dari perkataannya.

"Kevan bakalan jaga Rara dengan baik, seperti Bapak menjaga dia." Hanya itu yang mampu keluar dari mulut gue. Dia membalas dengan senyuman.

"Satu lagi, nak. Rara itu suka nyimpen masalahnya sendiri, dia ga bakalan mau cerita ke siapa pun. Bapak berharap Rara bisa membagi sedikit keluh kesahnya sama kamu, bukanya bapak pingin hidup kamu bermasalah karena Rara, tapi bapak cuma mau kalian dekat dan saling melindungi."

Gue mengangguk paham, namun banyak pertanyaan yang muncul di otak gue.

"Ya udah, mending kamu susulin Rara sana, istirahat dulu pasti kalian capek."

"Iya pak, Kevan pamit dulu."

Setelah itu gue berlalu dan mencari di mana kamar si bogel. Tak lama kemudian gue ketemu pintu kamar yang rame banget sama bunga plastik. Kalau udah alay begini bisa dipastikan ini kamarnya itu anak. Gue masuk dan langsung merebahkan diri di kasur kecil milik Rara.

"Eh eh, Bang Kev ngapain rebahan di sana? Turut!" teriak Rara yang baru aja keluar dari kamar mandi.

"Bacot! Di sini gue yang bos, jadi gue yang menentukan segala sesuatu," ucap gue sambil memejamkan mata.

"Tapi ini rumah Rara, jadi Rara yang jadi bos! Sekarang Bang Kevan tidur di lantai, biar Rara tidur di kasur," ucapnya dengan dagu terangkat.

Gue yang sedari tadi menatap dia di celah mata, terkikik geli. "Kalo gue ga mau?"

"Rara paksa!"

"Ya udah silakan paksa kalo bisa," ucap gue tersenyum menantang.

Setelah itu, gue merasakan Rara mencoba menarik dan mendorong tubuh gue biar turun dari kasurnya, namun sekali lagi, semua itu sia-sia, karena dengan tubuh kecil mungil kaya gitu ga bakalan mungkin bisa mindahin gue. Kelelahan dengan usaha yang tak berujung, Rara akhirnya memilih duduk di pinggiran ranjang.

"Capek ya? Dari pada kaya gitu, mending lu di sini tiduran sama gue, kapan lagi kan lu tidur bareng sama cowok ganteng."

"Dih pede banget. Ganteng tapi mulutnya kasar juga percuma kali."

"Ya siapa suruh lo suka sama cowok kasar kaya gue. Sekarang terima aja takdir kalo lu bakalan terus denger kalimat kasar dari mulut gue."

"Rara terima kok, kalau enggak, mana mungkin Rara masih bertahan di sini sama Bang Kevan."

"Bagus, gue suka jawaban lu. Satu yang perlu lu tau, cuma gue yang boleh ninggalin lu, lu ga bisa lari dari gue. Paham?" tanya gue membuka mata.

Rara membalas menatap sekeliling wajah gue, lalu ia mengangguk patuh. Kalo kaya gini kan enak, ga banyak bacot dan otak gue ga perlu mumet sama kelakuannya. Gue menarik tangannya berbaring di samping gue. "Btw, kamar lu rapi juga ya."

Babunya Mr PerfectWhere stories live. Discover now