CHAPTER 24 "FIX"

688 120 13
                                    

-Author Pov-

Seharian ini Rara tidak fokus pada mata kuliahnya, karena terus memikirkan sikap acuh Imam dan Sanur di grup chat. Mereka mengacangi Rara yang berusaha membuat keadaan normal seperti biasa, gadis itu jadi merasa bersalah karena telah berbohong kepada mereka berdua.

Hari ini setelah selesai kuliah, Rara menemui Sanur dan Imam di kantin, tepatnya di meja favorit mereka bertiga.

"Hai?" sapa Rara seraya melambaikan tangannya. Namun tak mendapat respon apapun dari kedua orang itu.

Imam asik membaca buku kedokterannya, sedangkan Sanur asik menyuapkan susu pada kucing peliharaan mereka menggunakan sendok.

"Rara minta maaf ya, karena udah ga jujur sama kalian berdua. Kita masih bisa temenan kan?" tanya Rara susah payah menahan air matanya.

Imam mengangkat kepalanya, namun tidak menoleh pada Rara yang masih berdiri di sana. "Kaya ada yang ngomong ya San, tapi siapa? Ko gak keliatan wujudnya?"

Sanur mengedikkan bahunya. "Ga tau gue. Ga peduli juga," jawab Sanur dengan wajah datar.

Air mata yang sedari tadi ditahan oleh Rara akhirnya jatuh juga, ia mengusap perlahan pipinya dan berkata dengan suara bergetar. "Ya udah, Rara pulang dulu, maaf udah gangguin kalian," ucapnya sambil menyentuh pelan kepala Kimmi, lalu berbalik pergi meninggalkan mereka berdua.

Imam menatap sedih punggung Rara yang perlahan menjauh. "San, apa ini ga keterlaluan ya? Seriusan gue kasian banget sama Rara, tadi dia nangis loh."

Sanur melirik sekilas ke arah pandangan Imam, tanpa berkata sedikit pun.

"Lu beneran suka sama Rara, San?" tanya Imam serius, tak ada sedikitpun nada bercanda di sana.

Sanur menengadah lalu bedehem samar, ia menatap Sanur dengan tatapan nanar. "Gue kecewa sama diri gue sendiri, Mam. Selama ini gue memperjuangkan hal yang ga mungkin bisa gue miliki. Gue terjebak dalam lingkaran di mana orang dalam lingkaran tersebut mencintai dan menyakiti di saat yang bersamaan," ucap Sanur tersenyum getir.

Imam yang melihat itu berusaha menenangkan sahabatnya. "Walaupun gue ga pernah ngerasain apa yang lu rasa, tapi gue paham sama perasaan lu sekarang. Melihat orang yang kita cintai jadi milik orang lain itu emang sakit, San. Gue cuma berharap lu bisa mengatasi semuanya dengan cara yang dewasa."

"Lu bener, gue harus mengatasi ini dengan dewasa. Tapi gue ga bisa nahan sesak di dada gue saat tau kalo dia udah jadi istri sahabat gue."

"Gue jadi ngerti maksud dari lingkaran yang lu bilang tadi, coba deh, saat Samuel dan Sabrina bersama, mereka kaya dua orang yang saling membenci, tanpa kita tau, kalo Samuel udah lama suka sama Sabrina, sampai kita juga menemukan kenyataan kalo Kevan punya rasa sama bini si somplak itu, tapi di sisi lain, ada Rara yang bucin tingkat dewa sana Kevan dan lu, awalnya mau deketin temen kelas Rara malah melenceng dan kecantol sama itu anak. Lucu banget ga sih?"

Sanur tertawa kecil mendengar penjelasan panjang lebar Imam. "Lucu banget, kaya hidup kita itu diatur untuk saling bersaing dengan orang terdekat."

"Tapi, menurut gue sih, semua kejadian ini kaya mengajarkan kita, sebesar apa kadar keikhlasan kita saat melihat hal yang paling kita inginkan didapetin sama orang terdekat. Paham ga maksud gue?"

"Paham, lu pikir gue se goblok itu," katanya melemparkan Imam dengan tisu.

"Ya kali aja otak lu ngeblank akibat patah hati."

"Bacot lu ah! Gue mau pergi dulu!" ucap Sanur, lalu berdiri dan pergi meninggalkan Imam.

"Eh mau kemana emang?"

Babunya Mr PerfectWhere stories live. Discover now