terjebak nostalgia

1.8K 163 10
                                    

"minho, aku suka kamu." pemuda yang mendapat pengakuan secara tiba-tiba tersebut tersentak kaget.

lebih kearah tidak percaya bahwa jisung —pemuda yang memberikan pengakuan— akan menyatakan perasaan hari ini, di depan batu nisan dengan hiasan bunga disekitarnya.

minho tahu kok, kalau jisung menyukainya. ia hanya terkejut akan keberanian jisung yang menyatakan rasanya sekarang.

sudah dua tahun ia menyadari rasa jisung padanya, dan dua tahun pula minho berpura-pura tetap bersikap sebagai sahabat.

minho juga ingin membalas rasa jisung, tapi ia tidak bisa, seakan seluruh rasanya telah dibawa oleh pemuda yang sudah beristirahat disamping Tuhan.

chan, cintanya.

"aku tau.. kamu ga akan bisa balas rasaku. aku rasa udah ga ada waktu lagi untuk kita bareng-bareng lagi, maka dari itu aku ungkapkan sekarang. karena udah ga ada lagi hari esok untuk kita."

minho tercekat, ia ingat ucapan jisung padanya tiga tahun yang lalu.

"minho, suatu saat nanti, aku harus pergi keluar negri dan ga akan kembali lagi. aku harap kamu bahagia setelah kepergian aku yang entah kapan waktunya. jangan sedih apalagi murung ya? jisung dan chan selalu menyayangi minho dimanapun dan kapanpun."

setitik air mata lolos dari manik minho, ia paham. sebentar lagi ia akan ditinggalkan untuk kedua kalinya.

"untuk kali ini, aku minta satu hal dari kamu. selama ini, aku ga pernah pamrih dalam memberi kan?" yang dijawab anggukan oleh minho dengan suara sesegukannya yang tertahan.

"aku minta sebuah pelukan perpisahan, pelukan yang terasa lebih dari biasanya. untuk kali ini, aku mau egois dengan kamu yang memeluk aku dan menganggapku lebih dari teman. boleh kah?" pinta jisung sembari tersenyum.

dalam diam, minho tahu, senyum itu adalah senyum paling tulus yang pernah jisung berikan.

"with my pleasure, ji." mendengar jawaban minho, jisung tersenyum,sangat bahagia.

selanjutnya, minho hampiri jisung, merentangkan tangannya sembari tersenyum dalam tangisnya.

minho ingin sekali jisung tidak pergi kemana-mana, tapi minho tidak ingin egois dengan menahan jisung tanpa membalas rasanya.

"hangat, aku suka." ucap jisung kala dekap hangat mendera tubuhnya.

"ji, terimakasih atas rasamu. kumohon berikan rasa itu pada seseorang yang lebih pantas." pinta minho lirih.

"soal rasaku, biar itu urusanku. kamu jaga diri ya? banyak pria yang mau denganmu. jangan terlalu lama terjebak nostalgia, dan kumohon jangan memintaku untuk melepaskan rasaku." tangis minho semakin menjadi-jadi, dadanya sesak, batinnya nyeri.

diujung sana, felix melihat dengan mata kepalanya sendiri, bayangan chan yang tengah ikut memeluk keduanya.

"sial, drama sekali." beda dengan lisannya, air mata felix ikut meluruh, seakan hatinya paham akan rasa sakit teman-temannya.

mengusap ujung matanya, felix berusaha tetap tersenyum dan melangkah mendekati mereka.

bagaimanapun, ini tugasnya.

"jisung, ayo pulang, kita berkemas."

•••

"haahh.. haahh.." deru nafas minho terdengar sangat parau. kini, ia tengah berlari didalam bandara.

tidak ingin pertemuan terakhirnya dengan sang sahabat terlewatkan.

"HAN JISUNG!"

jisung yang mendengar namanya diteriakkan, secara refleks berbalik.

tersenyum bahagia, akhirnya jisung lega dengan hadirnya minho.

minho dengan segera berlari mendekat, namun sayangnya suara pertanda pesawat keberangkatan jisung segera berbunyi, pertanda bahwa mereka harus segera berpisah.

tidak dapat dipungkiri, minho menangis lagi. jisung dengan segera masuk kedalam pesawat setelah berteriak pada minho.

"BERBAHAGIALAH!" yang direspon minho dengan senyuman manisnya.

ah.. jisung jadi berharap pesawat nya delay.

•••

9 tahun kemudian.

"bundaa!!" panggil seorang gadis kecil dengan tangan yang memegang boneka kelinci pink.

"iya sayang?"

"ada tamuu." jawab si gadis kecil sembari memeluk kaki bundanya.

"kebiasaan, kalau habis bangun langsung cuci muka adek! biar ga ngantuk." omel bundanya sembari mengangkat sang anak untuk digendong.

"tamunya perempuan atau lelaki?"

"paman!"

"ah lelaki."

sesampainya diruang tamu, sang bunda berdiri kaku, dapat netranya tangkap pemandangan dimana paman yang disebutkan anaknya sedang meminum cangkir kopi dengan anggun.

"minho?" panggilnya.

"dek, kamu tidur lagi ya. bunda ada urusan." titah minho lembut pada gadisnya yang ditanggapi dengan baik oleh sang anak.

"apa kabar?" adalah kata yang diucapkan setelah bertahun-tahun perpisahan mereka.

"seperti yang kamu lihat, ji."

jisung tersenyum, ikut merasa bahagia akan kondisi keluarga minho.

"bolehkah.. aku memelukmu?" setelah melihat anggukan minho, tanpa kata jisung segera membawa minho dalam dekap hangat yang selalu minho rindukan.

"minho.. sebulan lagi aku akan melangsungkan pernikahan. berkenan untuk hadir?"

minho tersenyum, dengan antusias ia mengangguk.

"tentu! semoga kamu bahagia dengan heejin ji!"

"AYAAAH!" teriak anak minho ketika melihat kedatangan sang ayah kedalam rumah.

"chris?" setelah mengangkat anak gadisnya untuk ia gendong chris dengan cepat menolehkan kepalanya.

"wah sudah pulang?" sapa chris ramah.

"iya, aku sudah pulang." balas jisung sembari tersenyum hangat.

"ayah ayo masuk!" suruh minho pada chris yang setia berdiri dipalang pintu.

dengan segera, minho ambil tas kerja milik sang suami lalu ia pergi kekamar untuk lanjut menidurkan sang anak.

chris itu kembaran chan, tapi bedanya dulu ia bersikap dingin dan tidak disukai oleh minho karena sering mengusilinya.

dan sekarang, chris itu suami minho.

walau dengan rasa cinta yang didapatnya hanya seperempat dari rasa yang diberi pada chan.

ia tetap bersyukur karena bisa merasakan cinta dari orang yang disukainya walau tidak sepenuhnya.

•••

story by hariburuk

mmf klaw ga ngena 😔🙏

Softie Minho CollectionWhere stories live. Discover now