Surat Kecil Untuk Tuhan

1.3K 105 10
                                    

TW // MCD!, Cancer Fighter

Aku tidak melakukan reset jauh tentang kedokteran, bila ada kesalahan mohon dimaafkan.

Enjoy!!

***

Namanya Arkan Lino Bagaskara, seorang pemuda manis berdarah Korea-Indonesia. Bersekolah di salah satu sekolah elit tidak pernah membuat Lino merasa tinggi hati karena itu merupakan sebuah anugerah dari Tuhan setelah mencabut penyakit mematikan yang di deritanya dua bulan silam. Ya, pemuda manis ini pernah menderita sebuah penyakit yang hampir saja merenggut nyawanya bila tidak ditangani dengan cepat.

"Hai Lin." Sebuah suara berhasil membuat pemuda yang tengah asyik membaca catatan pelajarannya menoleh dan tersenyum saat melihat kekasihnya.

"Hai juga Chris," katanya sembari menutup buku yang tengah dibacanya. "Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa. Hanya saja, aku ingin mengingatkan bahwa nanti sore kelasku dan kelasmu bertanding voli," kata Chris sembari menyelipkan anak rambut Lino ke belakang telinganya sehingga membuat pemuda yang diperlakukan seperti itu memerah seperti tomat.

"Ah iya. Tenang saja aku tidak akan lupa soal pertandingan itu," ujar Lino yang menundukkan kepalanya ke bawah.

Chris menatap Lino lamat. Ia bersyukur karena tuhan tidak jadi mencabut nyawa pemuda manis dihadapannya. Mungkin bila hal itu terjadi, Chris sudah pasti menyalahkan hal ini kepada Tuhan yang mencabut nyawa seseorang yang sangat ia cintai tanpa peringatan.

Walaupun berkali-kali Lino ingatkan bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya sudah diatur oleh yang Maha Kuasa sehingga ia tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah dan menerima apa yang terjadi dengan dirinya.

"Hei Chris?" Lino menjentikkan jarinya ke hadapan wajah Chris saat menyadari bahwa kekasihnya tengah melamun.

Tak ada jawaban dari Chris, selain tatapan kosong yang menuju ke arah Lino. Ia bahkan bergeming saat Lino menjentikkan jarinya ke hadapan Chris.

"Chris!!" serunya dengan nada yang lebih tinggi. Hal itu sukses membuat Chris tersentak kaget saat mendengar seruan si manis.

"Ada apa?" tanyanya polos.

"Astaga tuhanku! Kupikir kamu kerasukan! Daritadi aku panggilin tidak kau jawab soalnya," rengut Lino kesal. Ia hampir jantungan saat Chris tidak kunjung menjawab perkataannya.

Chris mengusap tengkuknya yang tidak gatal sebelum tersenyum manis seolah dirinya tidak membuat masalah.

"Maaf, habisnya aku kepikiran sama satu hal tentang kamu. Jadinya aku melamun," ujar Chris; masih mempertahankan senyumannya.

"Kepikiran tentang apa?"

Kring!!!

Baru saja Chris mau menjawab pertanyaan Lino, bel sudah berbunyi dengan keras, menandakan bahwa kelas akan dimulai dalam waktu beberapa menit lagi.

"Ah, aku akan menjawabnya nanti ya. Bel sudah berbunyi. Takutnya guru yang mengajar sudah berada di kelas," ujar Chris sembari mengusak rambut Lino pelan, sebelum meninggalkannya sendirian.

Lino tersenyum tipis dengan semburat merah yang menjalar ke pipinya. Ah, ia berharap bahwa semua ini tidak akan berakhir dalam waktu cepat. Ia masih ingin bersama Chris dalam waktu yang lama.

***

Pelajaran terakhir selesai tepat saat sang surya sudah dalam perjalanannya menuju cakrawala. Lino segera merapihkan buku pelajarannya dan keluar dari kelas untuk berganti pakaian; karena sore itu, kelasnya dan kelas Chris akan bertanding voli dalam rangka merayakan ulang tahun sekolah mereka.

Softie Minho CollectionWhere stories live. Discover now