Halte

2.2K 222 10
                                    

Hari itu Chris pulang lebih awal. Si pemuda  akrab disapa Bang Chan itu sudah lembur berhari-hari demi menyelesaikan project lagu yang diamanahkan oleh si boss. Untungnya, si boss puas dengan hasil kerja tim-nya, ia diberi jatah libur seminggu untuk sekedar mengistirahatkan badan dan merefresh otak.

Dan disinilah dia sekarang, memutari toko alat musik untuk sekedar melihat-lihat tanpa berminat membeli. Setelah hampir setengah jam memutari toko, Chris akhirnya beranjak keluar. Menyisakan karyawan toko yang tampak jengkel.

Chris berjalan santai menuju halte bus. Cuaca tampak mendung, membuat Chris berencana merebus ramen saat sampai rumah. Namun sialnya, tepat setelah ia melangkahkan kaki di halte bus. Hujan turun lebat disertai angin kencang. Chris tidak sempat melihat acara ramalan cuaca sebelumnya sehingga dia tidak sama sekali terpikir untuk membawa payung. Satu hal yang bisa dia lakulan sekarang adalah duduk diam penuh rasa bosan dan kedinginan di dalam halte bus tertutup di pinggir jalan.

Tidak ada orang sial lainnya yang menemani Chris di dalam sana, bahkan untuk sekian menit kemudian hingga laki-laki itu sempat dua kali menguap. Tak beberapa lama, seseorang masuk dengan berlari kencang, begitu tiba-tiba hingga Chris nyaris tersentak di bangku tempatnya duduk. Dari perawakannya, dia terlihat lebih muda dibanding Chris, melihat dari ukuran tubuhnya yang ... jauh lebih pendek. Sekujur tubuhnya basah, rambut hitamnya jatuh dan sebagian menempel-nempel di pelipis muka. Napasnya memburu, perlu cukup banyak waktu baginya sampai dia memilih untuk duduk tepat di sebelah Chris seraya menormalkan napas.

Ketika laki-laki itu mengangkat wajahnya, tatkala itu juga dia tampak terkejut berlebihan. Bahkan menatap Chris tajam seperti punya dendam pribadi atau semacamnya. Anehnya, Chris tidak lantas mengenalnya. Bahkan perlu dua kali berpikir keras baginya untuk menyadari bahwa-

"Pacarnya Jisung?!"

-laki-laki itu adalah Lee Minho pacar rekan setim nya, Han Jisung. Chris ingat betul, lelaki ini yang mengancam akan membunuhnya karena memberikan kue saat Jisung ulang tahun. Kecuali karena Minho terlihat sedikit berbeda saat ini. Entah kenapa dia tampak lebih kecil lagi. Merengkut, memeluk tasnya. Terlihat lebih imut.

Chris tiba-tiba tertawa menyebalkan dan Minho kesal sekali melihatnya. Dengan emosi memuncak dan wajah yang memerah padam, Minho berdiri dari tempat duduknya dan menendang kaki Chris kuat-kuat.

"Apa yang kau tertawakan, sialan?!"

Chris meringgis, memegangi kakinya yang nyeri berdenyut-denyut. Meskipun begitu, dia tidak terlihat menyesal dan masih menyisakan senyuman geli pada muka wajahnya. "Hei kau pria yang dulu mengancam akan membunuhku kan. Kenapa badanmu mengecil?" dia tertawa. "Mengkerut karena kedinginan ya-hahahaha"

Minho menendangnya lagi, lebih kuat. Chris mengaduh lagi, kemudian berhenti tertawa. Laki-laki itu mengangkat kepalanya, tersenyum meremehkan, memandangi Minho yang memasang tampang kesal.

Pada saat itu, matanya terbuka sedikit melebar.

Tanpa sadar Chris sudah memandangnya dalam geming terlalu lama.

Laki-laki itu tampak kecil, memerah, dan basah.

Minho menyatukan kedua alisnya, geram.

Seharusnya, Chris tidak merasa ingin sekali memeluknya.

Seharusnya.

"Hei," Minho berseru, Chirs seketika sadar dari lamunannya. "Kau mungkin rekan setim pacarku" katanya. "Tapi bukan berarti kau bisa seenak jidat mencoba merebutnya dariku ."

Chris menahan tawa saat lelaki kecil disampingnya ini masih mengira dia suka rekan kerjanya. Walaupun harus dia akui Jisung cukup manis. "Begitu?" Chris tersenyum menyebalkan, "Memang apa yang bisa kau lakukan dengan tubuh kecilmu itu, huh?"

Seharusnya, Chris tidak merasa ketagihan melihat ekspresi geram Minho yang membuatnya gemas.

"Sialan! Sekali saja aku melihat kau menggoda pacarku lagi, jangan harap masih bisa melihat hari esok."

Chris tertawa lebih keras. Namun, tepat sebelum Minho kembali menendang kakinya, laki-laki itu tersenyum santai. Apa yang membuat emosi Minho mereda adalah apa yang Chris ucapkan selanjutnya, "Ah, sudahlah. Lagi pula, aku tidak suka pacarmu."

"Hah?"

Chris sudah bisa menebak betul ekspresi terkejut itu akan keluar begitu saja di muka wajah lawan bicaranya. "Aku tidak suka pacarmu, dalam artian percintaan" dia memperjelas kalimatnya.

Tepat ketika Chris sadar bahwa hujan di luar sana sudah tidak terlalu lebat, dia segera berdiri dari posisi duduknya, menyelempangkan tas di sisi tubuhnya, kemudian menyatukan tatapannya dengan milik Minho.

Minho tidak sama sekali bergerak, bahkan ketika Chris mendekatkan tubuhnya untuk kemudian menunduk secara mencurigakan. Kedua matanya terbuka semakin lebar ketika Chris mengangkat dagunya dan menciumnya begitu saja.

Napasnya tercekat, bersama deru jantung yang menguat.

Namun, Minho tidak sanggup menendangnya.

Ketika melepaskannya, Chris tersenyum memyebalkan, lalu berujar, "Sampaikan pada Han Jisung. Sebentar lagi pacarnya akan jadi calon istriku" katanya, begitu seenaknya, kemudian melangkah keluar halte dan berjalan menjauh pelan-pelan.

Minho masih menatapnya, tidak bisa berkata-kata bahkan hingga langkah Chris sampai pada seberang jalan. Laki-laki itu menyadari tatapan Minho yang terpaku pada setiap langkahnya, kemudian berbalik dan tersenyum nakal. Dalam seruan yang berikutnya, Chris berkata dengan keras.

"Tiga bulan lagi. Aku akan menikahimu!!"

Sayang, Chris telah berbalik pergi ketika Minho merasakan pipinya memanas.

"Bajingan sialan"

-End-

Story by watasiwasu

Softie Minho CollectionWhere stories live. Discover now