27. Bisa Menjadi Teman

978 174 124
                                    

Jun tahu betul seperti apa dirinya. Bukan seorang pemarah yang sedikit-sedikit melakukan kekerasan. Juga bukan seorang pria pemain yang hanya ingin bermain tanpa alasan. Apa yang dilakukannya selama ini hanya untuk mencari tempat ternyaman. Percayalah. Begitu menemukan satu, Jun akan mengakhiri perjalanannya secepat mungkin. Kekurangannya hanya satu: keras kepala. Apa yang diinginkan, pasti akan berusaha digapai. Apa pun rintangannya. Tapi sayangnya cap playboy telah terlanjur tersemat di belakang namanya.

Dulu, saat pertama kali jatuh cinta pada Jisoo, Jun yakin 100 persen bahwa hanya gadis itu yang ia inginkan selama hidupnya. Tanpa menduga sama sekali kalau kehadiran gadis lain membuatnya goyah lalu menciptakan pengecualian untuk yang satu ini. Tentu kalian sudah bisa menebak gadis lain yang dimaksud di sini siapa. Jeon Wonwoo, mahasiswi fakultas kedokteran.

Pernah dengar kalimat "jika kamu bingung hendak memilih cinta pertama atau kedua, pilihlah yang kedua. Karena kalau kamu benar-benar menyukai yang pertama, kamu tidak akan pernah jatuh cinta untuk yang kedua kalinya"? Kalimat itulah yang berusaha Jun percaya dan pada akhirnya meyakinkan diri bahwa Wonwoo adalah pelabuhan terakhir. Namun apa yang Jun dapat?

Melihat Jisoo bersama Seokmin, hanya membuat hatinya menyesal. Tidak bisa dipungkiri. Jun ingin Jisoo. Hanya ingin Jisoo. Ia harus membawa Jisoo masuk ke dalam pelukannya lagi.

Dan sekarang, kejadian kemarin berhasil membuat Jun berpikir ribuan kali sebelum beraksi kembali. Bukan takut dengan Seokmin. Juga bukan takut dengan ancaman dilaporkan polisi. Alasannya murni berdasarkan Jisoo sendiri. Ekspresi Jisoo saat ketakutan dan tangisan Jisoo yang pecah saat Seokmin berhasil melepas lakban dari mulutnya sungguh menghantui Jun setiap malam. Jun menyesal.

Hasil akhir keputusan, cukup menyukai Jisoo dari kejauhan. Jun takut Jisoo kembali mengalami trauma akibat dirinya. Bukankah bagus? Ya... Tentu saja sangat bagus. Namun masalahnya adalah, sosok yang sempat menjadi partner Jun saat beraksi, belum juga menemukan alasan untuk menghentikan aksi.

Jun mendesah nyaring. Dengan rasa penuh kekesalan ia memutar balik arah. Kedua tangan di samping badan. Mengepal. Berjalan cepat menuju area parkir mobil.

Berbanding terbalik dengan Jun, Hao yang baru saja melihat penampakan lelaki bermarga Moon itu segera berlari menyusul. "Tunggu dulu!" teriaknya.

Kepalan tangan Jun dibuat semakin kencang. Berusaha menahan amarah. Sudah cukup ia dibuat pusing oleh rasa penyesalan terhadap kejadian Jisoo kemarin. Jangan sampai ia berbuat hal tidak terpuji lainnya terhadap Hao. Apalagi yang Jun tahu, pasangan Hao memiliki badan yang bahkan lebih besar dibandingkan Seokmin. Di tangan Seokmin saja ia bisa babak belur. Apalagi di tangan Mingyu.

Jun mengerang nyaring. "Aish! Apa lagi? Aku sudah bilang tidak mau! Pokoknya tidak mau, paham? Kamu susun saja taktik sendiri. Buat rencana sendiri. Aku tidak mau lagi berurusan dengan Seokmin. Mengerti?"

"Oh... Aku paham sekarang. Jadi lukamu itu disebabkan Seokmin. Iya, kan? Karena itu kamu takut dengannya? Astaga... Kamu ini pengecut sekali. Pantas saja Jisoo tidak suka," kata Hao. Menggeleng tidak percaya. Memandang rendah Moon Junhui.

"Kamu!" Jun sungguh murka mendengarnya. Sempat kelepasan sampai meneriaki Hao. Akan tetapi, baru berteriak seperti itu saja, ia sudah menjadi pusat perhatian orang lain. Bagaimana jika Jun sampai melakukan kekerasan? Sontak Jun mengecilkan volume suara. "Maksudmu apa, hng? Sekarang begini saja. Katakan apa maumu. Tapi apa pun itu, terserah. Hasil akhirnya akan tetap sama. Aku tidak mau terlibat lagi. Puas?"

Setelahnya, Jun diam. Menunggu apa yang akan Hao ucapkan. Namun pada kenyataannya selama Jun diam, Gadis Bermarga Xu itu pun sama. Juga terdiam. Membuat Jun kesal bukan main. Buang-buang waktu saja. Jun langsung beranjak pergi dari sana.

Drama Only (✓)Where stories live. Discover now